tirto.id - Sanae Takaichi menjadi perdana menteri (PM) perempuan pertama Jepang setelah parlemen memilihnya pada Selasa (21/10/2025).
Takaichi menggantikan Shigeru Ishiba usai lengser setelah Partai Demokrat Liberal (LDP) mengalami kekalahan telak pada pemilihan umum (pemilu) majelis tinggi parlemen Juli lalu. Partai yang lama berkuasa tersebut, tahun sebelumnya tidak lagi menjadi mayoritas di majelis rendah.
Ishiba mempertanggungjawabkan kekalahan dalam pemilu tersebut dengan mengundurkan diri. Takaichi lantas menggantikannya sebagai ketua LDP pada 4 Oktober 2025.
Pemilihan Takaichi dilakukan sehari usai LDP mencapai kesepakatan dalam koalisinya yang rapuh, bersama mitra baru yakni Partai Inovasi jepang (JIP). Hal ini diharapkan akan menarik blok pemerintahan jauh ke kanan yang lebih konservatif.
Mengutip Associated Press, di awal kepemimpinannya, Takaichi bersiap menerima kunjungan Presiden AS Donald Trump Senin sampai Rabu pekan depan. Ia memiliki komitmen membahas peningkatan pertahanan Jepang saat bertemu Trump nanti.
"Saya bertekad membangun ekonomi Jepang yang kuat dan melindungi kepentingan nasional Jepang dengan diplomasi dan keamanan," kata Takaichi.
Dalam pandangan Takaichi, aliansi Jepang-AS menjadi landasan dalam diplomasi yang dilakukannya. Jepang menjadi mitra strategis yang sangat diperlukan AS sebagai penyeimbang dengan Cina untuk kawasan Indo-Pasifik.
Profil SanaeTakaichi
Sanae Takaichi adalah politisi perempuan yang cukup naik daun di Jepang. Selain terpilih menjadi perdana menteri (PM) perempuan Jepang pertama, ia juga ditunjuk sebagai ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) pada awal Oktober 2025.
LDP merupakan partai yang kuat. Namun, partai ini menghadapi kemunduran setelah Partai Komeito mengalahkan koalisi pemerintah dalam pemilu.
Di sinilah Takaichi memiliki andil besar dalam kemenangannya pada pemilihan PM baru Jepang lewat parlemen. Ia bekerja cepat dengan menggandeng partai lain dalam koalisi, lalu memperoleh dukungan Partai Inovasi Jepang (JIP) dari sayap kanan (konservatif)
Meski JIP hanya memiliki 35 anggota di parlemen, tetapi mampu menyokong kemenangan Takaichi. Ia memperoleh dukungan 237 dan 125 suara di majelis rendah dan mejelis tinggi perlemen bikameral Jepang.
Hal ini yang lantas menjadikan Takaichi sebagai PM ke-104 Jepang di era pascaperang. Ia juga perempuan pertama yang menjadi pemimpin negara Matahari terbit itu.
Takaichi lahir di Kota Yamatokoriyama, Provinsi Nara. Wilayah ini berada di sebelah barat Honshu yang merupakan pula utama Jepang.
Pendidikannya diselesaikan di Fakultas Administrasi Bisnis Universitas Kobe pada Maret 1984. Ia lantas bekerja sebagai penulis, dosen, asisten legislatif, dan penyiar sebelum akhirnya memutuskan terjun ke dunia politik.
Kariernya sebagai politisi mulai diakui setelah terpilih pertama kali dalam parlemen pada pemilihan umum (pemilu) 1993 dari jalur independen. Ia akhirnya memutuskan bergabung LDP lantas terpilih sebagai anggota DPR hingga 9 kali.
Sementara itu, berbagai jabatan menteri dan wakil menteri sudah pernah dijalaninya. Ia bergabung pada Kabinet Keizho Obuchi (1998-2000), Kabinet Junichiro Koizumi (2001-2006), Kabinet Shinzo Abe (2012-2020) hingga Kabinet Fumio Kishida (2021-2024).
Beberapa posisi menteri yang pernah dijabatnya mulai Menteri Negara untuk Kebijakan Sains dan Teknologi hingga Menteri Negara untuk Inovasi di Kabinet Abe pertama. Ia juga sempat menjadi Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi pada Kabinet Abe kedua dan ketiga.
Jabatan menteri terakhirnya yakni bersama Kabinet Kishida kedua. Ia menjadi Menteri Negara untuk Strategi Jepang sampai Menteri Negara untuk Keamanan Ekonomi.
Keilmuan yang dimiliki Takaichi juga diakui. Ia tercatat ditetapkan sebagai profesor di Fakultas Ekonomi Universitas Kinki pada 2004.
Simak berbagai artikel internasional lainnya melalui tautan berikut:
Editor: Iswara N Raditya
Masuk tirto.id


































