Menuju konten utama

Pengalaman Jepang-Swedia: Produk Bebas Asap Tekan Angka Perokok

Prevalensi perokok di Jepang dan Swedia menurun setelah kedua negara membuka akses ke produk bebas asap sebagai alternatif lebih baik bagi perokok dewasa.

Pengalaman Jepang-Swedia: Produk Bebas Asap Tekan Angka Perokok
CEO Philip Morris International (PMI), Jacek Olczak, menjadi narasumber dalam konferensi internasional "Technovation: Smoke-Free by PMI" yang digelar di Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu (8/10/2025). (Foto/Dok. Rachmadin Ismail).

tirto.id - Jepang dan Swedia menunjukkan bahwa pendekatan inovatif dapat lebih efektif dalam menurunkan prevalensi perokok dibandingkan metode konvensional seperti pelarangan. Alih-alih melarang, kedua negara ini membuka akses terhadap produk tembakau bebas asap sebagai alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa—dan hasilnya terbukti berhasil.

Strategi ini menjadi sorotan dalam konferensi internasional Technovation: Smoke-Free by PMI yang digelar di Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu (8/10/2025). CEO Philip Morris International (PMI) yang merupakan perusahaan induk PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna), Jacek Olczak, menyebut Jepang dan Swedia sebagai contoh sukses dalam mengadopsi pendekatan berbasis inovasi dan pengurangan bahaya.

“Dampaknya masif. Sejak mereka memperkenalkan produk tersebut, terjadi penurunan prevalensi perokok sampai 50%,” kata Jacek.

Rilis Philip Morris International

CEO Philip Morris International (PMI), Jacek Olczak, saat berbicara dalam konferensi internasional Technovation: Smoke-Free by PMI di Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu (8/10/2025). (Foto/Dok. Rachmadin Ismail)

Dalam sesi terpisah, Director Scientific Engagement SEA CIS MEA PMI, Tomoko Iida, menceritakan awal mula pengenalan produk bebas asap PMI di Jepang. Produk tersebut pertama kali diperkenalkan di kota Nagoya pada tahun 2014.

Meski awalnya minim perhatian, masyarakat Jepang perlahan mulai membuka diri terhadap inovasi ini. Dukungan datang dari berbagai pihak—pemerintah, konsumen, hingga tenaga kesehatan—yang bersedia berdiskusi dan berkomunikasi secara terbuka.

Hasilnya signifikan. Prevalensi perokok di Jepang turun dari 19,6% pada 2010 menjadi 9,4% pada 2023. Penurunan ini bahkan melampaui target pemerintah Jepang yang mematok angka 12% pada tahun 2032.

Sementara itu, Swedia turut menunjukkan tren positif melalui adopsi kantong nikotin, seperti produk populer ZYN. Menurut Tomoko, peralihan dari rokok ke kantong nikotin berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat.

Namun, ia menekankan bahwa keberhasilan Swedia bukan semata karena produk tersebut. Faktor lain seperti kesadaran publik yang tinggi dan regulasi yang mendukung turut berperan besar dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perubahan perilaku para perokok dewasa.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI TEMBAKAU atau tulisan lainnya dari Rachmadin Ismail

tirto.id - Aktual dan Tren
Penulis: Rachmadin Ismail
Editor: Addi M Idhom