Masuk tirto.id
tirto.id - Kasus penyakit dengan gejala flu melonjak di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa pekan terakhir. Kementerian Kesehatan menyebut peningkatan ini sejalan dengan pola musiman yang juga terjadi di sejumlah negara Asia Tenggara. Virus influenza tipe A menjadi dominan di kawasan, termasuk Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Data Kemenkes menunjukkan kenaikan tren Influenza Like Illness (ILI), ISPA, dan Covid-19 melalui laporan sistem pemantauan SKDR. Peningkatan kasus terjadi bertepatan dengan peralihan musim dan menurunnya kualitas udara di kota-kota besar. Lingkungan dengan suhu rendah dan kelembapan tinggi dinilai mempercepat penyebaran virus.
Pemerintah meningkatkan pengawasan melalui surveilans sentinel dan memperkuat komunikasi risiko kepada masyarakat. Masyarakat diimbau menjaga kebersihan, memakai masker saat sakit, dan mempertimbangkan vaksinasi tahunan. Langkah ini penting untuk melindungi kelompok rentan, seperti lansia dan penderita penyakit kronis.
Penyebab Kasus Influenza Meningkat di Asia, Termasuk Indonesia
Dalam laporan National Institutes of Health (NIH), influenza diklasifikasikan sebagai penyakit sangat mudah menyebar. Penularannya bisa melalui percikan mikroskopis dari batuk atau bersin, juga lewat sentuhan langsung dengan penderita. Tak pandang usia, semua kelompok, mulai dari balita hingga lansia berpotensi tertular.
Kelompok dengan kondisi medis tertentu punya risiko lebih tinggi mengalami gejala flu yang parah. Individu dengan penyakit jantung, paru-paru, ginjal, diabetes, atau sistem kekebalan tubuh yang lemah masuk kategori rentan. Begitu pula ibu hamil, yang juga termasuk dalam daftar populasi berisiko tinggi.
Kementerian Kesehatan mencatat peningkatan kasus influenza terjadi seiring perubahan musim di sejumlah daerah. Meski lonjakan ini masih dalam batas wajar, kewaspadaan tetap diperlukan. Kelompok lansia dan penderita komorbid menjadi yang paling rentan terdampak.
Pakar kesehatan paru menyebut, gejala flu yang ringan bisa berkembang menjadi berat jika daya tahan tubuh lemah. Pneumonia hingga komplikasi fatal bisa muncul pada pasien berisiko tinggi. Jenis strain virus turut memengaruhi tingkat keparahan infeksi.
Analisis tren kasus dilakukan lewat sistem surveilans yang dikelola Kemenkes dan dinas kesehatan daerah. Data ini mencakup waktu peningkatan kasus serta tingkat kunjungan ke fasilitas kesehatan. Surveilans ILI dan SARI menjadi acuan utama pemantauan.
Kementerian juga menyoroti perlunya analisis virologi dan genomik untuk mengenali tipe virus yang mendominasi. Virus influenza tipe A dikenal memiliki banyak subtipe dan mudah mengalami mutasi. Penjelasan rinci soal strain penting untuk menentukan langkah antisipasi.
Mutasi virus seperti H1N1pdm pernah tercatat menimbulkan pandemi global pada 2009. Perubahan sifat virus bisa membuat gejala lebih berat dan menurunkan efektivitas vaksin. Oleh sebab itu, pengawasan terhadap varian yang beredar harus terus diperkuat.
Masyarakat diminta segera memakai masker bila mengalami gejala flu. Tujuannya untuk mengurangi risiko penularan di lingkungan sekitar. Istirahat cukup dan konsultasi ke tenaga medis juga dianjurkan jika kondisi memburuk.
Vaksinasi influenza tetap menjadi salah satu langkah proteksi bagi kelompok rentan. Lansia, ibu hamil, dan penderita penyakit kronis masuk dalam kelompok prioritas. Vaksin dapat mengurangi keparahan gejala meski tidak sepenuhnya mencegah infeksi.
Data terbaru Kemenkes menunjukkan peningkatan proporsi pasien positif influenza dalam dua pekan terakhir. Kasus terbanyak ditemukan pada kelompok usia balita. Hal ini memperkuat pentingnya langkah pencegahan sejak dini.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono menegaskan bahwa lonjakan kasus tahun ini masih serupa dengan pola tahun-tahun sebelumnya. Tidak ditemukan varian baru atau dominasi virus selain influenza tipe A. Pergantian musim tetap menjadi faktor utama penyebab peningkatan kasus.
Pembaca yang ingin mengetahui informasi lainnya seputar Influenza dapat klik tautan di bawah ini.
Penulis: Satrio Dwi Haryono
Editor: Indyra Yasmin
