tirto.id - Organisasi kemasyarakatan Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) menjadi perhatian publik setelah terlibat bentrok dengan massa Front Persatuan Islam (FPI) di Pemalang, Jawa Tengah.
Insiden itu terjadi saat Tabligh Akbar yang menghadirkan tokoh FPI, Rizieq Shihab, di Desa Pegundan, Pemalang, pada Rabu malam tanggal 22 Juli 2025.
Bentrokan pecah di tengah pengamanan aparat gabungan dan menyebabkan sedikitnya 15 orang luka-luka, termasuk dari kalangan ormas, peserta pengajian, serta anggota kepolisian.
Peristiwa ini menyita perhatian karena melibatkan dua kelompok dengan basis massa yang besar. Padahal, sebelumnya telah digelar rapat koordinasi antar unsur untuk menjaga ketertiban selama acara.
Bentrok ini tidak hanya mencerminkan ketegangan antar ormas, tetapi juga menyoroti pentingnya pengawasan terhadap kegiatan keagamaan serta perlunya langkah konkret dalam mencegah konflik sosial di ruang publik.
Profil Ormas PWI-LS
Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah atau PWI-LS adalah organisasi sosial-keagamaan yang muncul dari kekhawatiran terhadap apa yang mereka anggap sebagai penyimpangan dari nilai-nilai kebangsaan dan ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Organisasi ini dikenal lantang mengkritisi gerakan yang dinilai mengaburkan sejarah nasional, mengganti nama situs makam leluhur, atau menyebarkan ajaran yang diklaim berasal dari keturunan Rasulullah tanpa bukti yang sah.
PWI-LS secara terbuka menolak tokoh-tokoh yang dianggap menggunakan simbol agama untuk tujuan politik atau pengaruh sosial. Dalam berbagai pernyataan, pimpinan organisasi menyebut klaim keturunan Nabi yang tidak terverifikasi sebagai sumber perpecahan di tengah masyarakat.
Penolakan terhadap klaim semacam itu menjadi bagian dari misi mereka mempertahankan warisan Islam Nusantara, khususnya ajaran para wali, dari pengaruh budaya dan paham teologis luar yang mereka anggap mengancam identitas bangsa.
Secara kelembagaan, PWI-LS mengusung pendekatan Islam moderat ala Walisongo, disertai komitmen terhadap pelestarian budaya lokal dan pemberdayaan ekonomi umat. Mereka mengklaim berdiri atas dasar kepentingan umat, mempertahankan jati diri bangsa, serta memperjuangkan keadilan sosial.
Kiprah organisasi ini tidak lepas dari kontroversi, termasuk insiden bentrokan dengan FPI di Pemalang yang kembali menempatkan mereka di bawah sorotan nasional.
Sosok Gus Abbas Billy Yachsi Pemimpin PWI-LS
Pemimpin PWI-LS adalah KH Muhammad Abbas Billy Yachsi yang juga merupakan pemimpin Pondok Pesantren An Nadwah, Buntet, Cirebon. Sosok yang akrab disapa Kang Babas atau Gus Abbas ini aktif menyerukan pentingnya menjaga persatuan bangsa dan mewaspadai provokasi yang dapat memicu konflik horizontal.
Dalam berbagai pernyataan publik, Gus Abbas menekankan pentingnya membela garis keturunan Rasulullah SAW yang sah, meluruskan sejarah, serta melindungi masyarakat dan ulama dari manipulasi yang dinilai dapat merusak tatanan sosial.
Gus Abbas menyampaikan kepada seluruh anggota PWI-LS untuk tidak mudah terpancing emosi dan tetap mengedepankan ketertiban serta suasana damai di masyarakat.
Hal tersebut pernah dikatana Gus Abbas kepada jajaran anggota PWI-LS untuk merespons polemik pernyataan kontroversial Gus Fuad Plered beberapa waktu lalu.
"Saya mengimbau untuk tidak terprovokasi terhadap hasutan dan provokasi dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Yang ingin mengadu domba rakyat Indonesia, masyarakat Indonesia, bahkan sesama umat Islam," pesan Gus Abbas dikutip dari laman Kantor Berita Radio Nasional (KBRN), Sabtu (12/4/2025).
Kiai Abbas menyatakan komitmennya terhadap prinsip Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta menegaskan pentingnya sinergi antara ormas, pemerintah, dan aparat keamanan.
"Edukasi masyarakat untuk mencintai persatuan, jangan mudah terprovokasi, dan terus jaga perdamaian. Kita harus bersinergi dengan semua pihak untuk menjaga keutuhan bangsa," tegas Gus Abbas.
Penulis: Astam Mulyana
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Masuk tirto.id


































