tirto.id - Shandika Widya Cinema adalah rumah produksi yang diduga memasok tayangan kontroversial soal pesantren di program Xpose Uncensored Trans7 pada Senin (13/10). Lantas, siapa pemilik production house tersebut?
Televisi Indonesia "Trans7" tengah menjadi sorotan usai menayangkan segmen yang menyinggung Pondok Pesantren Lirboyo, Jawa Timur dalam program Xpose Uncensored. Tak sekadar mendapat tagar boikot, kantor Trans7 juga digeruduk massa yang mengatasnamakan diri sebagai santri.
Dalam rapat gabungan antara DPR RI, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), manajemen Trans7 dan Himpunan Alumni Santri Lirboyo, Kamis (16/10), terungkap bahwa konten kontroversi yang viral tidak diproduksi secara in-house oleh Trans7.
“Program Xpose Uncensored itu diproduksi oleh rumah produksi Shandika Widya Cinema, bukan oleh internal Trans7,” tutur Dirut Trans7, Atiek Nur Wahyudi, dalam rapat di ruang rapat Komisi IV DPR RI, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.
Kebenaran itu juga dikonfirmasi Direktur Personalia Rumah Produksi Shandika Widya Cinema, Sigit Wahyana melalui kanal Instagram shandhikaph, Senin (20/10). Ia menyampaikan permintaan maaf sekaligus mengumumkan berbagai pihak yang terlibat dalam produksi terkait telah diberhentikan.
Profil Herianto Owner PH Shandika Widya Cinema
Meskipun Shandika Widya Cinema telah meminta maaf, sejumlah publik masih bertanya-tanya tentang pemilik rumah produksi tersebut. Oleh sebab itu, nama Henricus Herianto ikut terseret.
Henricus Herianto menjadi orang yang memimpin Shandika Widya Cinema, bahkan semenjak rumah produksi ini berdiri pada 1995 silam. Ia merupakan anak dari Pollycarpus Swantoro, salah satu tokoh pers terkemuka tanah air sekaligus pendiri Kompas Gramedia.
Di dunia pertelevisian, Henricus Herianto bukanlah sosok yang asing. Pasalnya, pria ini telah berperan sebagai produser eksekutif di banyak film mulai Banda the Dark Forgotten Trail (2017), Naura & Genk Juara the Movie (2017) hingga Mobil Bekas dan Kisah-Kisah dalam Putaran (2017).
Berita lain tentang perkembangan kasus Trans7 dan sebagainya dapat dilihat secara gratis melalui tautan sebagai berikut:
Editor: Yantina Debora
Masuk tirto.id


































