tirto.id - Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung, berjanji akan menyelesaikan genangan permanen di wilayah Kampung Apung, Cengkareng, Jakarta Barat. Dia mengatakan akan melakukan pemompaan hingga pengerukan di area tersebut.
“Dua hal, dikeruk dan dipompa. Karena kalau enggak ya akan kembali lagi seperti yang dulu pernah dilakukan Pak Jokowi di sini tahun 2012,” kata Pramono Anung dalam agenda “Nyalain Pram” Jakarta Barat, di Rumah Belajar Terapung, Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jumat (25/10/2024).
Dia mencontohkan upaya pompa yang dilakukan oleh Jokowi saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Menurutnya, pemompaan harus dilakukan secara berkelanjutan, bahkan harus diberlakukan pengerukan agar air tidak terus tergenang di area tersebut.
“Mereka pompa. Hanya memang habis itu tidak terus-menerus dipompa. Kalau mau melakukan pompa ya pompa terus, tetapi kan biayanya sangat mahal. Jadi harus dilakukan gabungan, dikeruk dan dipompa supaya yang jelas airnya juga bisa keluar dari tempat ini,” jelasnya.
Pramono mengatakan, permasalahan genangan ini seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah agar mendapatkan jalan keluar yang permanen. Sehingga, kondisinya tidak akan selalu seperti ini.
“Karena ini kan tertutup, enggak ada saluran keluar ke mana pun. Begitu keluar juga sudah laut, 1 km dari sini kan sudah laut. Jadi penyelesaian di sini enggak bisa hanya temporary,” ucap Pramono.
Lebih lanjut, Pramono menyebut akan mendatangkan tenaga ahli agar upaya yang dilakukan dapat mengatasi permasalahan secara utuh dan tepat. Terlebih, kata dia, area Kampung Apung juga terkadang terkena banjir rob.
“Tetapi kalau kemudian dikeruk dan dipompa ada air banjir, karena banjir itu kan ada tiga, banjir lokal, banjir kiriman, banjir rob. Nah, di sini ini yang terjadi adalah banjir lokal tapi kadang-kadang kena robnya laut, sehingga dengan demikian yang paling penting begitu banjir [datang], tidak lama [menggenang],” pungkasnya.
Mulanya, Kampung Apung bernama Kampung Teko. Pengujung tahun 1980-an adalah tahun-tahun terakhir warga Kapuk Teko melihat permukaan tanah tempat rumah mereka berdiri. Memasuki 1990-an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan besar akibat berdirinya pabrik-pabrik di sekitar kampung, pabrik-pabrik itu mengunci aliran air ke arah selatan permukiman warga.
Gagasan Pemerintah DKI Jakarta meninggikan jalan di Kapuk Raya semakin membuat Kapuk Teko seperti mangkuk. Kondisi ini terus berlangsung hingga kawasan tersebut terendam sedalam hampir dua meter selama puluhan tahun.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Irfan Teguh Pribadi