"Dulu waktu muda, saya sering manjat pohon buat petik mangga Indramayu yang rasanya manis banget. Dulu pohonnya ada di dekat tiang lampu di tengah genangan itu," ujar Bang Ji'i (52), ia sedang mengingat masa lalunya, sebelum air merendam kampung huniannya di Kapuk Teko. Sekarang kampung itu lebih dikenal dengan nama Kampung Apung RT.10/01 Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Bang Ji'i tokoh masyarakat asli Kampung Apung memeriksa ketinggian genangan air yang menurut prediksinya sekitar 2 meter. tirto.id/Hafitz Maulana
Akses masuk utama melalui jalan yang terbangun di atas genangan air di Kampung Apung RT. 10/01 Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat (6/1/18). Genangan air yang membanjiri pemukiman di Kampung Apung mulai terjadi di awal tahun 90-an bersamaan dengan maraknya pembangunan pabrik industri dan perumahan elit di sekitar Kapuk Teko (nama Kampung Apung sebelum dibanjiri genangan air). tirto.id/Hafitz MaulanaAir yang menggenang lebih dari 20 tahun di atas tanah milik warga Kampung Apung membuat mereka harus membangun rumah panggung sebagai huniannya. tirto.id/Hafitz MaulanaSeorang warga memikul terpal saat melintasi jalan setapak di dalam Kampung Apung yang dikelilingi genangan air. tirto.id/Hafitz MaulanaSampah tercecer mengampung di atas genangan air yang telah lama menggenang disekitar area Kampung Apung, Jakarta Barat (6/1/18). tirto.id/Hafitz MaulanaBang Ji'i tokoh masyarakat asli Kampung Apung memeriksa ketinggian genangan air yang menurut prediksinya sekitar 2 meter. tirto.id/Hafitz MaulanaBeberapa rumah dibangun dengan dua lantai karena genangan air membanjiri tanah milik hunian mereka. tirto.id/Hafitz MaulanaSaluran air sempit yang tersumbat ini merupakan satu-satunya yang terdapat di Kampung Apung, Jakarta Barat. tirto.id/Hafitz MaulanaKarung pasir dipersiapkan di depan rumah warga Kampung Apung guna menghalang air masuk ke dalam rumah mereka saat hujan turun. tirto.id/Hafitz MaulanaSeluruh rumah permanen yang berdiri di atas tanah milik warga Kampung Apung dimodifikasi layaknya panggung karena harus berbagi ruang dengan genangan air tak kunjung surut selama lebih dari 20 tahun. tirto.id/Hafitz MaulanaGenangan air yang terus naik membuat beberapa warga harus menguruk permukaan tanah hingga kehilangan fungsi jendela rumahnya. tirto.id/Hafitz MaulanaKetinggian lantai di dalam rumah dinaikkan dengan menguruk tanah secara padat, namun saat hujan datang, air tetap akan merembes dari lantai yang diuruk tanah ini. tirto.id/Hafitz MaulanaPedagan air bersih keliling melintas di sekitar area Kampung Apung. Setelah 20 tahun lebih air menggenang di pemukiman ini, sanitasi air di kawasan ini sangat tidak memungkinkan dikonsumsi untuk untuk berbagai keperluan rumah tangga. Warga Kampung Apung harus membeli air bersih seharga 5000 Rupiah per jerigen. tirto.id/Hafitz MaulanaSebuah bak rendam terbengkalai di kebon yang terapung di atas genangan air Kampung Apung (6/1/18). tirto.id/Hafitz MaulanaPompa air manual yang berada di bagian belakang rumah warga Kampung Apung dimodifikasi untuk tetap mendapatkan air tanah meskipun tanah mereka telah digenangi air hingga lebih dari 20 tahun. tirto.id/Hafitz MaulanaBang Ji'i warga Kampung Apung meninjau halaman belakang rumahnya. Puluhan tahun permukaan tanah digenangi air, membuat halaman belakang rumahnya ditumbuhi tumbuhan air liar. tirto.id/Hafitz MaulanaSalah satu sumur di Kampung Apung yang dikepung genangan air puluhan tahun ini masih digunakan warga setempat untuk mendapatkan air tanah. tirto.id/Hafitz MaulanaSalah satu sumur di area Kampung Apung yang bebas dari kepungan genangan air, namun kualitas airnya sangat memprihatinkan untuk digunakan kebutuhan rumah tangga. tirto.id/Hafitz MaulanaKondisi lingkungan Kampung Apung semakin memburuk dengan sampah-sampah rumah tangga yang mengapung di sekitar pemukiman. tirto.id/Hafitz MaulanaSeorang warga menaiki rakit untuk membersihkan sampah yang kebanyakan bermaterial plastik di sekitar genangan air yang telah puluhan tahun membanjiri pemukiman warga Kampung Apung, Cengkareng, Jakarta Barat. tirto.id/Hafitz Maulana
"Dulu waktu muda, saya sering manjat pohon buat petik mangga Indramayu yang rasanya manis banget. Dulu pohonnya ada di dekat tiang lampu di tengah genangan itu," ujar Bang Ji'i (52), ia sedang mengingat masa lalunya, sebelum air merendam kampung huniannya di Kapuk Teko. Sekarang kampung itu lebih dikenal dengan nama Kampung Apung RT.10/01 Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Penghujung 1980an adalah tahun-tahun terakhir warga Kapuk Teko melihat permukaan tanah tempat rumah mereka berdiri. Memasuki 1990an, kampung ini mulai terendam setiap kali hujan besar. Ini merupakan dampak dari berdirinya pabrik-pabrik di sekitar kampung, pabrik-pabrik itu mengunci aliran air ke arah selatan pemukiman warga.
Gagasan Pemerintah DKI Jakarta meninggikan jalan di Kapuk Raya semakin membuat Kapuk Teko seperti mangkuk. Kondisi ini terus berlangsung hingga kawasan tersebut terendam sedalam hampir dua meter selama puluhan tahun sehingga masyarakat Jakarta saat ini lebih mengenal pemukiman ini dengan nama Kampung Apung.
Pada 2013, di masa pemerintahan Guberner Joko Widodo, Kampung Apung sempat ada usaha untuk mengeringkan genangan tersebut. Namun usaha pemulihan tersebut mandeg. Sampai sekarang warga Kampung Apung masih belum bisa melihat permukaan tanah tempat berdirinya rumah mereka.
Foto & Teks: Hafitz Maulana
Baca juga artikel terkait KAPUK TEKO atau tulisan lainnya