tirto.id - Presiden Prabowo Subianto menyebut pertahanan yang kuat adalah fondasi utama kedaulatan bangsa. Meski Indonesia tak pernah menghendaki perang dan selalu mendambakan perdamaian, ia menilai menjaga kekuatan militer adalah hal yang penting.
“Kita ingin damai, tapi kita mengerti sejarah manusia. Mengajarkan kepada kita bahwa mereka yang tidak punya pertahanan yang kuat biasanya dilindas oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat,” kata Prabowo dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD, pada Jumat (15/8/2025).
“Biasanya kekayaannya diambil, dirampok dan itulah yang terjadi ratusan tahun kepada bumi nusantara kita ini. Kita tidak mau lagi menjadi sapi perahan bangsa-bangsa lain,” sambung Prabowo.
Terlebih, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat berharga. Di sektor mineral, misalnya, bumi Indonesia menyimpan kekayaan logam tanah jarang atau rare earth. Sumber daya ini ini bisa menjadi modal untuk kehidupan modern, asalkan dikelola dengan tepat.
“Alhamdulillah yang maha kuasa telah memberi karunia kepada kita. Kita memiliki mineral-mineral yang disebut tanah jarang, rare earth. Kita memiliki semua rare earth yang ada di dunia kita miliki,” ucapnya.
Ia juga menyinggung bagaimana Belanda menjadi salah satu negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tertinggi di dunia lantaran menjajah Indonesia. Adapun di masa sekarang, sebut Prabowo, negara yang bisa menguasai kekayaan Indonesia akan memiliki PDB per kapita dengan posisi tiga besar di dunia.
“Untuk itu kita harus modernisasi alat utama sistem pertahanan. Memperkuat komponen cadangan kita. Kita berdayakan industri strategis nasional, serta kesejahteraan para prajurit patriot bangsa,” tutur Prabowo.
Sebagai informasi, pemerintah menganggarkan Rp185 triliun untuk belanja Kementerian Pertahanan (Kemhan) pada 2026. Angka tersebut turun jika dibandingkan outlook belanja Kemhan di tahun ini yang sebesar Rp247,5 triliun.
Adapun dana Rp185 triliun tersebut dialokasikan untuk pengadaan/harwat alutsista strategis, pengadaan/harwat/peningkatan non alutsista, pembangunan atau pengadaan sarana-prasarana pertahanan dan keamanan, penguatan kapasitas industri pertahanan, penguatan komponen utama cadangan dan pendukung termasuk penambahan batalyon dan komando Daerah militer (Kodam).
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































