tirto.id -
Langkah ini diambil sebagai respons atas penurunan permintaan tembakau petani di Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah, dampak kenaikan Harga Jual Eceran (HJE) rokok.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin, Merrijantij Punguan Pintaria mengungkapkan, untuk mengatasi penurunan serapan tembakau, Kemenperin fokus pada penguatan ekspor.
"Kami upayakan industri rokok mencari pasar nontradisional atau memperkuat pasar yang sudah ada. Harapannya, ekspor meningkat dan serapan tembakau petani tetap terjaga," katanya saat ditemui di Kompleks Kementerian Perindustrian, Senin (30/6/2025).
Dia menjelaskan, pada periode Januari-April 2025 ekspor produk tembakau dan rokok elektrik telah mencapai 650 juta dolar AS atau naik sebesar 8,15 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.
Angka ekspor ini, sambungnya, akan terus didorong agar serapan tembakau petani dapat dijaga sehingga memberi multiplier effect kepada petani dan ekosistemnya.
“Kalau untuk penyerapan (tembakau petani) kita usahakan. Kita upayakan untuk industri industri rokok ini bisa ekspor,” tuturnya.
Adapun, beberapa perusahaan rokok besar seperti Djarum, Gudang Garam, dan Nojorono disebut mulai mengurangi pembelian tembakau segar.
Hal ini dampak dari kenaikan HJE, yang membuat konsumen beralih ke Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang lebih murah.
Sementara itu, permintaan terhadap Sigaret Kretek Mesin (SKM) dari industri besar seperti Gudang Garam, Djarum, dan Nojorono menurun.
Penurunan permintaan terhadap SKM ini jelas membuat produk rokok mengurangi serapan tembakau petani dan cenderung memanfaatkan stok tembakau mereka yang tersimpan di gudang.
"Industri SKM golongan 1 cenderung melambat karena harganya sudah overpriced. Mereka mengurangi produksi dan memanfaatkan stok tembakau yang sudah di-aging," ujarnya.
Namun begitu, dia optimistis dengan peningkatan ekspor dapat menopang serapan tembakau dalam jangka panjang. Kebijakan ekspor ini diharapkan menjadi harapan baru bagi petani tembakau, terutama di tengah lesunya pasar domestik.
“Kita harus duduk bersama sebetulnya. Ini perlu duduk bersama bagaimana untuk mengatasi (turunnya serapan) tembakau-tembakau petani saat ini,” jelasnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































