tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan keprihatinan atas lebih banyaknya nilai belanja rumah tangga masyarakat Indonesia untuk rokok dibanding kebutuhan pangan bergizi. Hal ini disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam acara peluncuran Kampanye Gerakan Berhenti Merokok untuk Indonesia Sehat di JW Marriott Hotel Jakarta, Rabu (11/6/2025).
“Yang lebih menyedihkan lagi, teman-teman media sekalian, kami lihat-lihat terus nih, walaupun sekarang [prevalensi merokok] turun ya, tapi kalau kami lihat bagaimana pola pengeluaran rumah tanga Indonesia. Daripada beli sayur, ikan, udang, dan telur, lebih pilih beli rokok,” ujar Nadia.
Nadia menjelaskan bahwa pos pengeluaran untuk rokok dan tembakau adalah yang tertinggi ke-3 setelah alokasi untuk makanan jadi dan padi-padian. Ia pun 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan pengeluaran untuk telur dan susu.
Pengeluaran rokok dan tembakau pada kepala keluarga yang merokok juga 3 kali lebih tinggi dibanding yang tidak merokok.
“Bahkan, untuk pendidikan jauh lebih rendah [daripada] untuk rokok dan tembakau. Padahal, kita tahu pendidikan adalah investasi,” jelas Nadia.
Nadia mengungkapkan bahwa banyak negara sudah menempatkan pendidikan sebagai prioritas dan menerapkan regulasi ketat terhadap produk tembakau demi melindungi masyarakat. Indonesia pun sebenarnya tengah berupaya untuk melakukan perlindungan anak dari paparan rokok dan produk tembakau.
“Jadi, kami punya banyak sebenarnya upaya-upaya dalam bagaimana menurunkan, melindungi anak-anak dan [orang yang] terjebak dari rokok dan produk tembakau lainnya,” ucapnya.
Salah satu strategi yang kini tengah dilakukan adalah program M-POWER yang diadopsi dari WHO. Nadia menjelaskan bahwa strategi ini mencakup langkah-langkah memonitor konsumsi tembakau, perlindungan dari asap rokok, mengoptimalkan dukungan layanan UBM, Menanamkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya rokok, mengeliminasi iklan dan sponsor rokok, serta menaikkan harga dan cukai tembakau.
“Kayaknya kemarin saat pertandingan badminton udah enggak ada lagi ya, sponsor rokoknya ada di mana. Kalau bola ada enggak? Ada di GBK enggak? Masih ada enggak tuh Sponsor rokoknya. Udah enggak ada lagi ya,” kata Nadia.
Sebagai informasi, Kemenkes dengan dukungan dari Kenvue dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) secara resmi meluncurkan kampanye Gerakan Berhenti Merokok untuk Indonesia Sehat.
Kampanye yang diluncurkan dalam rangka Hari Tanpa Tembakau ini bertujuan untuk membantu para perokok melepaskan diri dari kecanduan tembakau, salah satunya melalui pendekatan berbasis bukti ilmiah seperti penggunaan terapi pengganti nikotin (nicotine replacement therapy/NRT).
“Untuk mencapai upaya perlindungan anak dan remaja dari bahaya rokok, baik rokok elektronik dan rokok konvensional, tentunya pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Perlu dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak. Dengan membangun Gerakan Upaya Berhenti Merokok yang dimotori oleh komunitas dan masyarakat serta didukung oleh pihak swasta tentunya ini akan semakin memperkuat upaya perlindungan bagi anak dan remaja kita,” tutur Nadia dalam keterangannya.
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Fadrik Aziz Firdausi
Masuk tirto.id


































