Menuju konten utama

Pertamina Siapkan Rute Baru Jika Konflik Timur Tengah Memanas

Pertamina akan menganalisis potensi dampak dari memanasnya konflik di Timur Tengah dan menentukan rute-rute mana saja yang lebih aman.

Pertamina Siapkan Rute Baru Jika Konflik Timur Tengah Memanas
PT Pertamina International Shipping (PIS) terus memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia. FOTO/Pertamina

tirto.id - PT Pertamina (Persero) akan mengubah jalur pelayaran logistik (reroute) jika konflik antara Israel dan Iran semakin memanas. Namun, sebelum melakukan reroute, anak usaha Pertamina, Pertamina International Shipping dan PT Pertamina Patra Niaga akan menganalisis potensi dampak dari memanasnya konflik di Timur Tengah dan menentukan rute-rute mana saja yang lebih aman untuk dilalui.

“Timur Tengah memang selalu fluktuatif ya, kondisi sana. Dan sudah terjadi beberapa kali dan ya, kita lakukan mitigasi dengan contohnya kalau rute perkapalan kita bisa reroute melalui rute-rute yang relatif aman misalnya tidak melewati wilayah konflik,” jelas VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso, saat ditemui awak media usai Konferensi Pers Kinerja Pertamina 2024 di Grha Pertamina, Jakarta Pusat, Jumat (13/6/2025).

Selain itu, seiring dengan aturan impor minyak mentah (crude oil) yang kini jauh lebih fleksibel karena tidak terikat dalam kontrak panjang, Indonesia juga berpeluang mencari sumber minyak mentah dari negara lain yang tidak terimbas konflik di Timur Tengah, seperti Afrika. Hal ini dilakukan untuk mengganti impor minyak Indonesia dari negara-negara yang tengah berkonflik atau yang terdampak konflik Timur Tengah.

“Jadi, kita tidak terikat kontrak panjang. Jadi, kita bisa modifikasi ketika memang ada gangguan di satu titik. Kita bisa shift misalnya dari Afrika atau dari lokasi-lokasi lain,” tambah Fadjar.

Namun, meski telah menyiapkan langkah antisipasi, namun Fadjar memastikan sampai saat ini konflik antara Israel dan Iran belum menimbulkan dampak, baik bagi pengiriman logistik maupun impor minyak mentah yang dilakukan Pertamina.

Hanya saja, jika konflik semakin memanas dan Indonesia harus mengalihkan jalur pengiriman logistik maupun mencari sumber minyak mentah dengan jarak yang lebih jauh, ada ongkos pengiriman yang lebih mahal yang harus dibayar perusahaan migas pelat merah tersebut.

“Karena kan dari secara jarak lebih jauh, ya. Otomatis cost juga salah satu yang jadi pertimbangan kita kalau misalnya impor (minyak mentah) dari Amerika (misalnya). Tapi, semuanya masih kita kaji. Regulasi dari pemerintah juga masih kita tunggu, gitu ya bagaimana kelanjutannya,” tambah Fadjar.

Baca juga artikel terkait PT PERTAMINA atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra