tirto.id - PT Pertamina (Persero) tengah menggenjot produksi sustainable aviation fuel (SAF) atau bioavtur dari minyak goreng jelantah atau used cooking oil. Langkah ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga menyasar ekspor ke pasar internasional seperti Jepang dan Korea Selatan.
Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, menyatakan bahwa aviasi menjadi sektor yang paling sepakat menggunakan bahan bakar berkelanjutan dalam transisi energi. Potensi pasar Indonesia dan Singapura saja sudah mencapai 12 juta kiloliter.
"Harapannya Indonesia bisa menjadi hub untuk sustainable aviation fuel ini," kata Oki di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Rabu (10/9/2025).
Tantangan utama, menurutnya, adalah memproduksi SAF dengan harga yang terjangkau. Solusinya adalah menggunakan bahan baku lokal yang melimpah, yaitu minyak jelantah.
Dia memaparkan, konsumsi minyak goreng nasional mencapai 8 juta ton per tahun. Dengan asumsi tingkat pengumpulan minyak jelantah sebesar 20 persen seperti di negara maju, tersedia potensi bahan baku sebesar 1,6 juta ton.
"Minyak goreng bekas ini kita olah menjadi sustainable aviation fuel di kilang kita," ujarnya.
Proses pengolahan tersebut saat ini telah berjalan di Refinery Unit IV Cilacap dengan skema co-processing. Rencananya, proses serupa akan segera diimplementasikan di Kilang Dumai dan Kilang Balongan.
Ke depan, Pertamina bercita-cita membangun green refinery yang dapat memproduksi SAF 100 persen dan menjadi pusat ekonomi baru. Ambisi besarnya adalah menjadikan Indonesia sebagai hub produksi SAF untuk memenuhi kebutuhan pasar global.
"Jepang butuh SAF bisa dapat dari Indonesia, Korea butuh SAF bisa dapat dari Indonesia. Ini cita-cita kita," tutur Oki.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































