tirto.id - Minyak jelantah dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat menjadi sumber pendapatan khususnya bagi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), untuk diolah menjadi bioavtur.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengatakan setiap SPPG mengonsumsi rata-rata 800 liter minyak goreng per bulan. Sekitar 71 persen atau 550 liternya menjadi minyak jelantah.
Minyak jelantah ini pun dijual dengan harga Rp7.000 per liter atau potensi pendapatannya mencapai Rp3.850.000 per bulan.
“Daripada dibuang, minyak jelantah ini sekarang ditampung oleh pengusaha lokal dengan harga sekitar Rp7.000 per liter,” ujarnya dalam penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Gizi Nasional dengan Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin), Senin (16/6/2025).
Dia menjelaskan, untuk mendukung program MBG saat ini telah beroperasi 1.785 SPPG di 38 provinsi. Dengan jumlah SPPG sebanyak itu, maka produksi bioavtur dari minyak jelantah akan sangat besar.
Apalagi, bioavtur atau bahan bakar pesawat dari minyak nabati, kini diwajibkan minimal 1 persen penggunaannya oleh beberapa maskapai internasional.
Jika dikelola dengan baik, sambungnya, pengumpulan minyak jelantah dari SPPG di tiap kabupaten bisa menjadi lini bisnis baru. Jelantah bisa dijual ke industri pengolah bioavtur atau diekspor, menciptakan pendapatan tambahan dan mengurangi limbah domestik.
“Dan itu tidak dibukukan, karena itu termasuk barang yang sudah selesai, tapi kemudian menjadi pendapatan di SPPG,” ujarnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra