tirto.id - Deodorant dan antiperspirant merupakan produk perawatan diri yang hampir digunakan oleh semua orang. Dua produk tersebut biasanya digunakan untuk menghilangkan bau badan dan mengontrol keringat.
Meski demikian, masih banyak orang yang bingung memahami perbedaan deodorant dan antiperspirant. Memahami perbedaan keduanya cukup penting agar kita bisa memilih produk perawatan diri yang tepat sesuai kebutuhan.
Secara umum, deodorant berfungsi untuk mengendalikan bau badan. Sementara itu, antiperspirant bertugas menghambat produksi keringat sehingga jumlahnya terkontrol.
Selain terkait dengan fungsinya, antiperspirant dan deodorant masih memiliki perbedaan lainnya. Lantas, apa perbedaan deodorant dan antiperspirant? Untuk mengetahui lebih lanjut simak penjelasan dalam artikel ini.
5 Perbedaan Antiperspirant dan Deodorant
Dilansir dari artikel “What is the Difference Between Deodorant and Antiperspirant?” (2024) oleh Jenna Fletcher di Medical News Today, terdapat beberapa perbedaan antiperspirant dan deodorant. Di antaranya berkaitan dengan fungsi, bahan produk, klasifikasi produk, cara kerja serta efek sampingnya.
Hal serupa juga dijelaskan dalam artikel “Difference Between Deodorant And Antiperspirant” (2023) oleh Debra Jaliman di Web MD. Menurut publikasi tersebut, antiperspirant dan deodorant telah disetujui sebagai produk aman untuk penggunaan sehari-hari, tanpa menimbulkan risiko efek samping berbahaya.
1. Perbedaan fungsi deodorant dan antiperspirant
Seperti telah disinggung di awal, fungsi deodorant adalah menutupi atau menyamarkan bau badan. Ia bertugas mengurangi jumlah bakteri yang menghasilkan bau serta memberikan efek wangi untuk menutupi bau.Sementara itu, antiperspirant berfungsi mencegah produksi keringat di ketiak. Namun, antiperspirant biasanya juga mampu mengurangi bau badan. Pasalnya, bakteri dan zat lain dalam keringat dapat menjadi pemicu bau badan. Oleh karena itu, dengan mencegah keringat, bau badan juga berkurang.
2. Bahan antiperspirant dan deodorant
Banyak deodorant mengandung parfum untuk mencegah atau menyamarkan bau badan. Pada umumnya, deodorant tidak memiliki bahan aktif.Sebaliknya, antiperspirant biasanya mengandung aluminium sebagai bahan aktif untuk mencegah produksi keringat. Hal ini mengurangi keringat yang dapat timbul akibat aktivitas, seperti berjalan kaki; panas yang berlebihan; atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres, misalnya berbicara di depan umum dan ketakutan.
3. Klasifikasi produk
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat alias FDA mengklasifikasikan deodoran sebagai kosmetik. Oleh karena itu, perusahaan pembuat deodorant umumnya tidak memerlukan persetujuan dari FDA sebelum dipasarkan. Meski demikian, perusahaan secara hukum tetap bertanggung jawab atas keamanan bahan dan produk.Di sisi lain, antiperspirant diklasifikasikan sebagai obat oleh FDA, karena cara kerjanya memengaruhi tubuh. Akibatnya, perusahaan harus meminta persetujuan FDA sebelum merilis suatu produk. Berkaitan dengan hal ini, produsen antiperspirant diwajibkan mencantumkan label yang menyarankan agar berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan produknya.
4. Cara kerja antiperspirant dan deodorant
Selain klasifikasi produk menurut FDA, perbedaan antiperspirant dan deodorant juga bisa dilihat dari cara kerjanya.Antiperspirant
mengandung garam aluminium yang bereaksi dengan sel-sel pada kulit dan saluran keringat yang disebut mukopolisakarida. Hal ini akan merusak sel-sel kulit permukaan dan menyumbat kelenjar keringat.Sementara itu, cara kerja deodorant dengan sifat antimikrobanya adalah mengurangi jumlah bakteri yang menyebabkan bau badan. Ia bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri di kulit sehingga mengurangi bau badan. Selain itu, dengan kandungan parfum, deodoran juga akan membuat ketiak wangi.
5. Efek samping
Menggunakan deodorant atau antiperspirant yang mengandung bahan parfum dapat membuat kulit ketiak mengalami dermatitis kontak alergi alias ACD. Dalam sebuah penelitian disebutkan, deodoran dan antiperspiran berada di urutan teratas dalam daftar produk kosmetik yang menyebabkan reaksi alergi pada kulit.Secara spesifik disebutkan dalam artikel Medical News Today, penggunaan antiperspirant dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kista akibat penyumbatan kelenjar keringat terus-menerus. Untuk membantu mengurangi risiko pembentukan kista, cuci area ketiak yang diolesi antiperspirant secara teratur.
Selain itu, dalam artikel di Web MD disebutkan, meski ada kekhawatiran tentang aluminium dalam antiperspirant, penelitian belum menemukan hubungan jelas antara penggunaan aluminium dan kanker payudara. American Cancer Society menyatakan, hanya sedikit aluminium yang masuk ke dalam kulit, dan tidak ada bukti kuat bahwa ini meningkatkan risiko kanker.
Deodorant vs Antiperspirant, Mana yang Lebih Baik?
Setelah memahami perbedaan deodorant dan antiperspirant, kini Anda dapat menentukan produk mana yang lebih baik. Memilih antara deodoran dan antiperspiran sebenarnya tergantung pada kebutuhan.
Jika kebutuhannya menghilangkan bau badan dan ingin wangi, deodoran menjadi produk yang tepat untuk digunakan. Namun, apabila Anda ingin mengurangi keringat dan tetap kering sepanjang hari, antiperspiran menjadi pilihan tepat. Antiperspiran juga bisa memiliki fungsi sebagai penghilang bau badan.
Pada dasarnya, baik antiperspiran dan deodoran merupakan produk perawatan khusus ketiak yang aman digunakan untuk sehari-hari. Yang paling penting saat memilih produk ini adalah memeriksa label bahannya.
Perhatikan ada atau tidaknya bahan deodorant dan antiperspirant yang berisiko mengiritasi kulit. Hindari menggunakan produk dengan bahan yang dapat mengiritasi kulit. Produk yang baik dan cocok untuk kulit, kemungkinan besar tidak akan memberikan efek samping yang merugikan.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin