tirto.id - Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape mengumumkan keadaan darurat nasional selama 14 hari pada Kamis, 11 Januari 2024 karena kerusuhan yang terjadi di negara itu.
Kerusuhan di Papua Nugini terjadi pada Rabu, 10 Januari 2024 dan sebabkan 16 orang tewas. Reuters melaporkan, sembilan orang tewas dalam kerusuhan di ibukota Port Moresby dan tujuh orang tewas di Kota Lae, yang berlokasi di bagian utara negara itu.
AP News mewartakan, pada saat kerusuhan itu berlangsung, terjadi penjarahan yang menyebabkan dua kota terbesar di negara itu terbakar.
James Marape tidak hanya mengumumkan keadaan darurat nasional, dia juga mengerahkan 1.000 personil pertahanan untuk siaga terhadap peningkatan kekerasan yang mungkin terjadi.
Apa Penyebab Kerusuhan di Papua Nugini?
BBC memberitakan, kerusuhan di Papua Nugini terjadi setelah ratusan polisi, tentara, staf negara, dan pegawai negeri melakukan aksi mogok kerja sebagai bentuk protes atas pemotongan gaji yang mencapai 50 persen. Di lain pihak, pemerintah Papua Nugini mengaitkan pemotongan gaji tersebut dengan kesalahan administrasi.
Marape mengatakan pemotongan gaji tersebut terjadi karena kesalahan pada komputer, sehingga telah memotong hingga $100 atau sekira Rp1,5 juta dari gaji pegawai negeri. Dia mengatakan kesalahan administrasi akan diperbaiki pada pembayaran bulan depan.
Namun jawaban ini tidak diterima oleh banyak pengunjuk rasa, beberapa di antaranya kemudian mencoba masuk ke gedung parlemen. Video yang beredar saat kerusuhan itu terjadi menunjukkan orang-orang membakar mobil di luar kompleks perdana menteri dan melewati gerbang.
Banyak yang menunjuk pada klaim di media sosial bahwa pemerintah menaikkan pajak penghasilan, sebuah pernyataan yang dibantah oleh pemerintah.
“Media sosial menangkap informasi yang salah, informasi yang salah,” kata Marape, dikutip New York Times. Dia juga menambahkan bahwa masyarakat telah mengambil keuntungan dari tidak adanya polisi di jalanan.
Maholopa Laveil, warga Port Moresby, mengatakan kepada BBC bahwa kelompok oportunis yang mencari kesempatan di tengah situasi darurat telah menjarah kota tersebut. Mereka membakar banyak gedung dan pusat perbelanjaan kecil, serta mencuri mobil. Kekerasan terparah terjadi pada siang hari.
Kondisi Terkini Papua Nugini
James Marape dalam konferensi pers pada Kamis mengatakan Port Moresby "berada di bawah tekanan dan paksaan" tetapi kekerasan telah mereda.
"Polisi tidak bekerja kemarin di kota dan orang-orang melakukan pelanggaran hukum, tidak semua orang, tetapi di beberapa bagian kota kami," kata Marape dikutip AP news.
"(Laporan) situasi pada pagi ini menunjukkan ketegangan di kota telah mereda," ujarnya.
Pada hari Kamis, banyak toko dan layanan perbankan tutup karena pemilik bisnis memperbaiki kerusakan.
Kepala cabang layanan tanggap darurat nirlaba St John Ambulance, Matt Cannon mengatakan pada Reuters bahwa situasi telah kembali normal pada Jumat pagi.
Canon menggambarkan situasi sebagai “normal baru” dengan polisi dan tentara yang berjaga. Namun masyarakat sudah melanjutkan aktivitas mereka, terlihat dengan antrean panjang di pom bensin.
"Kami berharap supermarket yang berfungsi akan dibuka kembali hari ini dan saya dengar mereka telah meningkatkan keamanan untuk melayani orang-orang yang berpotensi datang dalam jumlah besar," kata Cannon.
Salah satu karyawan di Rumah Sakit Umum Port Moresby bernama Eddie Allo mengatakan bahwa dia telah kembali bekerja pada Jumat pagi.
"Semuanya terhenti sekarang," kata Allo kepada Reuters.
"Tidak banyak orang yang berada di jalan dan polisi serta tentara berpatroli di sekitar area dengan berjalan kaki. Tidak ada penjarahan yang terjadi," ujarnya.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra & Balqis Fallahnda