tirto.id - Mekkah dan Madinah merupakan dua kota suci yang setiap tahunnya dikunjungi jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Namun, tak dapat dimungkiri, padatnya kerumunan kadang dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Di tengah kekhusyukan ibadah, sebagian individu justru melihat kesempatan untuk melakukan penipuan demi keuntungan pribadi. Oleh karena itu, kesiapan spiritual perlu diimbangi dengan kehati-hatian di lapangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, jemaah asal Indonesia tercatat menjadi sasaran empuk sejumlah aksi kriminal. Bentuk kejahatan pun beragam, mulai dari penipuan hingga perampasan, yang umumnya menyasar mereka yang tampak lengah atau kurang waspada.
Apa yang Dilakukan Jamaah Haji di Masjidil Haram?
Di Masjidil Haram, jemaah melaksanakan berbagai ibadah utama, baik yang berkaitan langsung dengan rukun haji maupun ibadah tambahan, khususnya di bulan Ramadan.
Salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah iktikaf atau berdiam diri di masjid guna mendekatkan diri kepada Allah melalui bacaan Al-Qur’an, zikir, dan shalat sunnah. Aktivitas ini mencapai puncaknya pada sepuluh malam terakhir Ramadan, ketika jemaah berlomba-lomba mencari malam Lailatul Qadar.
Selain iktikaf, ibadah haji meliputi dua ritual utama yaitu Tawaf dan Sa’i. Tawaf dilakukan dengan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali, sebagai simbol penghambaan dan ketaatan kepada Allah Swt.
Gerakan ini bukan sekadar simbolis, tapi juga merefleksikan persatuan umat Islam tanpa memandang latar belakang sosial. Dalam suasana spiritual yang kuat, setiap jemaah menyatu dalam satu arah ibadah yang sama.
Ritual dilanjutkan dengan Sa’i, yakni berjalan bolak-balik tujuh kali antara bukit Safa dan Marwah. Ini merupakan bentuk penghormatan terhadap perjuangan Hajar, istri Nabi Ibrahim, yang mencari air untuk putranya Ismail di tengah gurun.
Sa’i mengajarkan nilai kesabaran dan tawakal, sekaligus menggambarkan kekuatan tekad dalam menghadapi ujian hidup. Selama berada di Masjidil Haram, jemaah juga dituntut menjaga adab, ketenangan, dan kebersihan, demi menjaga kesucian tempat dan kekhusyukan beribadah.
Daftar Penipuan di Masjidil Haram yang Harus Diwaspadai
Di balik kesakralan Tanah Haram, kenyataan menunjukkan bahwa tak semua orang datang dengan niat ibadah. Di antara jutaan peziarah, terdapat pula sejumlah oknum yang memanfaatkan keramaian untuk melakukan penipuan dengan berbagai modus.
Jemaah dari berbagai negara, termasuk Indonesia, disarankan untuk tidak mudah terpisah dari rombongan dan waspada terhadap tawaran dari orang asing. Berikut beberapa modus penipuan yang pernah dilaporkan terjadi di sekitar Mekkah dan Madinah:
1. Berpura-pura Menjadi Korban Pencopetan
Modus ini biasanya melibatkan pria muda dan wanita paruh baya yang mengaku berasal dari India atau Pakistan. Dengan wajah memelas dan membawa tas rusak, mereka meminta uang beberapa puluh riyal, khususnya kepada jemaah Indonesia yang dikenal murah hati.Jika diberi, mereka akan segera pergi. Biasnaya akan disusul oleh pasangan lain dengan cerita serupa. Bila ditolak, tak jarang mereka melontarkan kata-kata kasar.
2. Penipuan Berkedok Bantuan Mendekati Hajar Aswad
Di sekitar Ka'bah, ada individu yang menawarkan jasa pengawalan untuk mencium Hajar Aswad. Mereka biasanya bergerak dalam kelompok kecil dan meminta bayaran tinggi, bahkan bisa mencapai Rp4 juta. Jemaah disarankan untuk menolak secara tegas, karena mencium Hajar Aswad bersifat sunah, bukan kewajiban.3. Penyewaan Gunting untuk Tahallul
Setelah menyelesaikan Sa’i, beberapa oknum menawarkan gunting untuk tahallul dengan tarif yang tidak masuk akal. Padahal, jasa cukur resmi tersedia di sekitar Masjidil Haram dengan harga wajar. Membawa gunting sendiri atau pergi ke barber shop resmi adalah pilihan yang lebih aman dan praktis.4. Mengaku sebagai Pengungsi
Beberapa orang berpura-pura sebagai pengungsi dari Palestina atau Suriah, meminta donasi besar dengan dalih kemanusiaan. Mereka memanfaatkan empati, terutama dari jemaah Indonesia. Namun, dana yang dikumpulkan sering kali tidak digunakan sebagaimana mestinya.5. Tukang Foto Keliling di Jabal Rahmah
Di lokasi wisata Jabal Rahmah, sejumlah fotografer keliling bersikap agresif. Mereka membujuk jemaah untuk difoto dan kemudian memaksa meminta bayaran tinggi. Ada juga yang langsung mengambil gambar tanpa izin, lalu menagih biaya dengan paksa. Sikap tegas sangat diperlukan dalam menghadapi mereka.Penulis: Astam Mulyana
Editor: Elisabet Murni P
Masuk tirto.id


































