Menuju konten utama

Pendapatan Anjlok 21%, TBS Energi Alih Fokus ke Bisnis Hijau

Penurunan pendapatan ini dikarenakan adanya fluktuasi harga batu bara.

Pendapatan Anjlok 21%, TBS Energi Alih Fokus ke Bisnis Hijau
Tangkap layar Public Expose PT TBS Energi Utama Tbk secara daring, Jumat (20/6/2025). FOTO/Tangkapan Layar

tirto.id - PT TBS Energi Utama Tbk membukukan pendapatan sebesar 392,8 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp6,44 triliun (asumsi kurs Rp16.396 per dolar AS) pada kuartal I 2025. Pendapatan tersebut anjlok 21 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang senilai 496 juta dolar AS atau setara Rp8,13 triliun.

“TBS mencatatkan pendapatan sebesar 392,8 juta dolar AS, menurun 21 persen dibandingkan periode sebelumnya dikarenakan adanya fluktuasi harga batu bara,” jelas Direktur TBS Energi, Juli Oktarina, dalam Public Expose Insidental secara daring, Jumat (20/6/2025).

Mengutip data Trading Economics, harga batu bara Newcastle berhasil mencapai titik tertingginya, di level 106 dolar AS per ton, setelah pada akhir April lalu anjlok di kisaran harga 93 dolar AS per ton. Secara bulanan, harga batu bara Newcastle masih mencatatkan kenaikan sebesar 6,41 persen, namun anjlok hingga 20,59 persen secara tahunan.

Kendati pendapatan perusahaan menurun, Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi atau Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) Perseroan naik 7 persen menjadi 109,2 juta dolar AS, dari di periode kuartal I 2025 yang senilai 102,5 juta dolar AS.

“Kedua, EBITDA adjusted senilai 109,2 juta dolar AS meningkat 7 persen dibandingkan periode sebelumnya,” paparnya.

Dengan divestasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di PT Minahasa Cahaya Lestari dan PT Gorontalo Listrik Perdana dengan nilai investasi 403 juta dolar AS yang baru saja dilakukan perusahaan, Juli memperkirakan pada tahun ini TOBA bakal mencatatkan kerugian secara akuntansi. Namun, dari sisi aliran modal (cash flow), perusahaan akan tetap membukukan keuntungan dari divestasi PLTU tersebut.

Karena itu, pasca divestasi PLTU, ke depan perusahaan dengan kode saham TOBA itu akan berfokus pada pengembangan bisnis hijau dan menjajaki peluang pertumbuhan di industri pengolahan limbah, mobil listrik, serta energi terbarukan.

“Untuk kendaraan listrik juga sama, kami akan melakukan berbagai macam pengembangan bisnis untuk selain juga penjualan kepada B2B (business to business), selain juga tadi Awalnya kami kerja sama dengan Gojek, sekarang kami sudah mendapatkan kerja sama dengan Grab dan juga nanti bisa dengan company-company lain yang dapat menggunakan motor listrik,” jelas Juli.

Baca juga artikel terkait ENERGI HIJAU atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra