Menuju konten utama
Pilkada Serentak 2024

Peluang Dua Poros Pilgub Sumut: Bobby Nasution vs Edy Rahmayadi

Pilgub Sumut berpotensi hanya akan diikuti dua poros, yakni kubu Bobby Nasution dan Edy Rahmayadi. Bagaimana peluangnya?

Peluang Dua Poros Pilgub Sumut: Bobby Nasution vs Edy Rahmayadi
Wali Kota Medan Bobby Nasution memberi salam dari dalam mobil usai melakukan pertemuan tertutup dengan Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI Perjuangan Komarudin Watubun di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (6/11/2023). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.

tirto.id - Bobby Nasution, menantu Presiden Joko Widodo yang juga Wali Kota Medan dipastikan maju dalam pilkada serentak 2024 sebagai bakal calon gubernur Sumatra Utara (Sumut). Hal ini terkonfirmasi ketika Bobby mendaftarkan diri sebagai bakal cagub dari Partai Gerindra serta resmi menjadi kader parpol besutan Prabowo Subianto itu.

Ketua DPD Partai Gerindra Sumut, Gus Irawan Pasaribu, mengatakan Bobby tidak hanya menerima KTA, tetapi juga ikut mendaftarkan diri sebagai bakal calon gubernur Sumut. “Saya serahkan KTA. Beliau [Bobby] hadir di Kantor DPD Medan di Jalan Sudirman. Beliau juga mendaftar sebagai bakal calon gubernur,” kata Irawan saat dihubungi Tirto, Senin (20/5/2024) malam.

Irawan juga memastikan Bobby akan diprioritaskan partainya dalam kontestasi Pilgub Sumut. Ia mengatakan hasil rapat koordinasi Gerindra pada 7 Mei di Jakarta, memprioritaskan kader untuk maju pada pilkada serentak tahun ini.

Menurut Irawan, hal itu bertujuan menyukseskan program-program unggulan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan pasangan pemenang Pilpres 2024. Akan tetapi, keputusan memprioritaskan Bobby ada di tangan Prabowo selaku Ketum Gerindra.

“Jadi prioritas (Bobby). Kewenangan penuh dari keputusan untuk mencalonkan di ketua umum, Pak Prabowo,” kata Irawan.

Di satu sisi, politikus PDIP, Andreas Hugo Periera, enggan berkomentar soal manuver politik Bobby yang merapat ke Gerindra dan mendaftar sebagai bakal cagub.

“Itu urusan mereka itu. Enggak ikut campur kami soal itu,” kata Hugo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (21/5/2024).

Menurut legislator asal NTT itu, langkah Bobby memilih menjadi kader Gerindra merupakan urusan pribadi menantu Presiden Jokowi tersebut. “Itu urusan dia lah. Kami sudah lupa juga soal itu,” ucap Hugo.

Hugo mengatakan, PDIP mempertimbangkan eks Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi, untuk kembali diusung dalam Pilkada Sumut 2024. Namun, kata dia, saat ini masih dalam tahap penjaringan.

“Ada beberapa yang sedang melakukan proses, yang ikut proses pencarian termasuk gubernur incumbent. Ada beberapa, tapi ini nanti masuk di proses penyaringan di DPP baru diputuskan,” tutur Hugo.

Sementara itu, Presiden Jokowi selaku mertua Bobby menilai sikap pindah ke Gerindra adalah wewenang Bobby secara individu. Ia mengingatkan bahwa Bobby sudah dewasa sehingga memilih sikap sendiri.

“Tanyakan ke Bobby Nasution langsung, karena sudah menjadi orang tua, sudah dewasa, tanggung jawabnya, kemandiriannya ada di dia,” kata Jokowi di sela kunjungan kerja di Sumatera Barat, Selasa (21/5/2024).

Jokowi sebagai mertua dari Bobby Nasution mengaku hanya bisa mendoakan. Dia mengklaim tak ada intervensi darinya soal pilihan politik anak-anaknya.

“Jadi tanyakan langsung ke yang bersangkutan, orang tuanya hanya mendoakan,” kata dia.

Edy Rahmayadi

Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Edy Rahmayadi mengungkapkan alasannya mendukung Anies-Muhaimin di Pilpres 2024 di Haul Guru ke-21 di Deli Serdang, Sumatera Utara pada Minggu (3/12/2023). (Tirto.id/M. Irfan Al Amin)

Kondisi ini memastikan Gerindra memiliki perwakilan dalam Pilkada Sumut. Sebagai catatan, Edy Rahmayadi sebagai petahana berencana maju lagi dalam Pilkada Sumut. Edy Rahmayadi sudah mengambil formulir pendaftaran di PDIP, PKS, dan PKB.

Di sisi lain, posisi Bobby masuk ke Gerindra tentu akan mempengaruhi rencana Golkar yang ingin mengusung Bobby-Musa Rajekshah dalam Pilkada Sumut. Sebagai catatan, Golkar sudah memberikan rekomendasi untuk mengusung Musa Rajekshah atau Ijeck sebagai calon Gubernur Sumut di Pilkada Sumut mendatang.

Partai Golkar sendiri menghormati sikap Bobby masuk Gerindra. Wakil Ketua Partai Golkar, Melki Laka Lena, mengatakan, sikap penentuan Golkar dalam rencana mengusung Bobby-Ijeck akan melihat survei. Ia yakin Golkar sudah menyiapkan beragam skenario, tetapi semua pasti akan berbasis survei. Ia yakin DPP akan memutuskan yang terbaik.

“Nanti, kan, DPP akan memutuskan yang terbaik. Yang penting kan menang dan bisa mengurus kota dan seluruh provinsi, kabupaten/kota akan pakai pola yang kurang lebih sama. Kalau Golkarnya tinggi, kami bisa di nomor 1, kalau Golkarnya mungkin yang dari partai lain lebih tinggi, nomor 2, nanti tergantung survei,” kata Melki di Jakarta, Selasa (21/5/2024).

Jika mengacu pada perolehan suara Pileg 2024, Golkar memperoleh kursi terbanyak dengan 22 kursi dari total 100 kursi di DPRD Sumut. Dengan kata lain, Golkar bisa mengusung sendiri dalam Pilkada Sumut. Selain Golkar, PDIP juga bisa mengusung sendiri dengan 21 kursi. Selain itu, berturut-turut di bawah Golkar dan PDIP antara lain: Gerindra (13 kursi), Nasdem (12 kursi), PKS (10 kursi), PAN (6 kursi), Demokrat dan Hanura (5 kursi), PKB (4 kursi), dan PPP serta Perindo (1 kursi).

Barisan Pengusaha Pejuang deklarasi dukung Prabowo-Gibran

Bakal calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto (tengah) menerima piagam deklarasi dari Ketua Umum relawan Barisan Pengusaha Pejuang Bobby Nasution saat acara deklarasi dukungan Pilpres 2024 di Jakarta, Rabu (8/11/2023). Relawan Barisan Pengusaha Pejuang mendeklarasikan dukungannya untuk bakal calon presiden dan wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

Analis politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai aksi Bobby tergolong cerdas dengan masuk Gerindra. Ia menilai, Bobby akan mendapat keuntungan berganda dengan masuk Gerindra. Sebab, kata dia, Bobby perlu kendaraan partai politik untuk maju Pilkada Sumut dan Gerindra menjadi kendaraan paling ideal jika dilihat dari sisi politik elektoral.

“Jadi itu strategi yang menurut saya yang bagus dari Bobby agar bisa mengamankan tiket di pilkada. Di saat yang sama juga akan mendapatkan dukungan dari partai-partai lain di KIM dan juga agar bisa unggul dan menang ketika didukung oleh Gerindra yang Prabowo-nya presiden dan didukung oleh koalisi pemerintah yang baru, koalisi Indonesia Maju begitu,” kata Ujang.

Ujang menilai, rekomendasi Bobby-Ijeck akan tetap hidup. Ia beralasan, kans kemenangan Bobby tinggi karena tidak hanya didukung oleh Presiden Jokowi sebagai mertuanya, melainkan juga pengaruh Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih selaku Ketua Umum Partai Gerindra, apalagi proses kampanye akan berlangsung di era kepemimpinan Prabowo.

Ujang yakin, kondisi Bobby akan memaksa Golkar untuk menurunkan ego dengan memastikan Ijeck sebagai pendamping Wali Kota Medan itu di Pilkada Sumut. Di sisi lain, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto bisa saja meminta Ijeck menjadi pendamping Bobby demi realitas keuntungan politik Golkar. Alhasil, Pilkada Sumut hanya akan diikuti dua poros, yakni kubu Bobby dan Edy Rahmayadi yang kini bergerilya mencari rekomendasi.

“Kalau saya sih melihatnya akan ada dua poros, akan ada dua pasangan, akan terjadi head-to-head. Kayaknya Bobby dengan pasangannya, bisa dengan Ijek, bisa dengan yang lain. Lalu ada, apa namanya, Edy Rahmayadi dengan pasangannya,” kata Ujang.

“Jadi saya melihat Ijek itu posisinya Golkar ya, khususnya mendukung Bobby seperti itu. Jadi dalam konteks realita politik seperti itu, maka ya akan terjadi head-to-head dua pasangan. Saya melihatnya ke arah sana sih,” tutur Ujang.

WAKIL GUBERNUR SUMUT DIPERIKSA POLISI

Wakil Gubernur Sumut Musa Rajeckshah (tengah) mendatangi Mapolda Sumut untuk memenuhi panggilan penyidik, di Medan, Sumatera Utara, Kamis (7/2/2019). ANTARA FOTO/Septianda Perdana/foc.

Analis sosio-politik ISESS, Musfi Romdoni, menilai wajar bila Bobby maju Pilkada Sumut. Ia menilai, hal itu tidak lepas dari posisi Bobby yang mempunyai momentum, yakni sebagai menantu presiden untuk mengincar kursi tertinggi di daerah dalam hal ini Gubernur Sumatera Utara.

“Status Bobby sebagai menantu presiden membuatnya mendapatkan surplus pemberitaan. Sejak awal, dapat dikatakan popularitas Bobby sudah bertarung di kancah nasional, bukan lagi di seputaran Kota Medan,” kata Musfi.

Musfi menilai situasi Bobby saat ini mungkin tidak serta-merta menang. Namun, peluang Bobby memang besar. Ia mengacu pada temuan Charta Politica pada September 2022, elektabilitas Bobby bahkan sudah melewati Edy Rahmayadi. Bobby 35,1%, sedangkan Edy 34,3%.

“Ini kan menarik. Ini antara kinerja Edy sebagai Gubernur Sumut kurang memuaskan, atau kinerja Bobby di Medan mendapat kepuasan publik yang cukup tinggi,” kata Musfi.

Musfi menilai, permasalahan partai bukan menjadi masalah bagi Bobby. Ia malah melihat partai sudah menarget agar suami Kahiyang Ayu itu maju di Gubernur Sumut seperti Gerindra, Golkar hingga Nasdem.

Selain itu, pilihan Bobby ke Gerindra akan membuat partai besutan Prabowo itu mengejar kursi gubernur daripada wakil, meski total kursi Gerindra hanya di peringkat ketiga. Di sisi lain, peluang Bobby-Ijeck akan menjadi rasional untuk memenangkan Pilkada Sumut. Oleh karena itu, Musfi melihat hanya akan ada dua poros di Pilkada Sumut yakni Bobby-Ijeck melawan Edy Rahmayadi.

“Saya kira hanya dua poros. Cukup sulit membayangkan Golkar membangun koalisi sendiri dengan mengusung Ijeck. Melihat gestur Golkar selama ini yang mendekat ke Bobby, saya kira Golkar akan memutuskan untuk mengusung Bobby-Ijeck. Sementara Edy kemungkinan besar akan diusung PDIP. Bagaimanapun, status Edy sebagai petahana membuatnya memiliki magnet tersendiri,” kata Musfi.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz