Menuju konten utama
Pilkada Serentak 2024

Menerka Peluang Marzuki Mustamar Lawan Khofifah di Pilgub Jatim

PKB mempertimbangkan usung Marzuki Mustamar di Pilgub Jatim. Bagaimana peluangnya menang lawan Khofifah?

Menerka Peluang Marzuki Mustamar Lawan Khofifah di Pilgub Jatim
Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar, memberikan keterangan kepada pers, di Kediri, Jawa Timur, Rabu (13/10/2021). ANTARA/Asmaul

tirto.id - Dinamika politik menjelang Pilgub Jawa Timur 2024 semakin memasas. PKB sebagai pemenang Pileg DPRD Jatim pada Pemilu 2024 mulai serius menyiapkan lawan yang sepadan dengan Khofifah Indar Parawansa. Parpol yang dinakhodai Muhaimin Iskandar atau Cak Imin ini memunculkan nama KH Marzuki Mustamar, eks Ketua PWNU Jatim yang sempat ramai jelang Pilpres 2024.

Kabar tersebut telah dikonfirmasi Ketua DPW PKB Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar. Kakak kandung dari Cak Imin tersebut mengatakan, dukungan kepada Marzuki adalah respons parpol terhadap aspirasi akar rumput di Jatim. Ia memastikan pengusungan nama akan dibahas di internal partai.

“Itu aspirasi yang berkembang di masyarakat. Pasti akan dibahas di internal,” kata Halim kepada Tirto, Jumat (17/5/2024).

Dia menyampaikan hingga saat ini, PKB belum berkomunikasi secara resmi dengan Marzuki terkait pencalonan di Jawa Timur. Pihak PKB berkeinginan melakukan konsolidasi terlebih dahulu dengan seluruh keanggotaan partai di Jawa Timur terkait dukungan ke Marzuki.

“Ya belum lah, kita akan berkomunikasi dulu dengan para pengusul di daerah-daerah yg semakin hari semakin banyak yang masuk," kata Halim.

Halim merasa perlu ada konsolidasi dengan seluruh organ PKB di Jawa Timur untuk memastikan keseriusan mereka dalam mendukung Marzuki di Pilkada Jawa Timur.

“Kami pastikan dulu keseriusan mereka untuk kerja pemenangan,” kata dia.

Jika Marzuki resmi diusung oleh PKB, maka situasi ini akhirnya membuka sebagian peta Pilkada Jawa Timur. Hal ini tidak lepas dari pertanyaan siapa yang berani melawan eks Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. Ketua umum Muslimat NU itu sudah mengantongi 4 surat rekomendasi partai, yakni Partai Golkar, Partai Gerindra, PAN, dan Partai Demorkat.

Akan tetapi, situasi rekomendasi itu bisa berubah karena Khofifah ingin agar maju kembali dengan Emil Dardak, yang notabene Ketua DPW Partai Demokrat Jawa Timur sekaligus mantan rekannya saat memimpin Jawa Timur periode 2018-2023. Posisi kursi Demokrat yang berada di bawah partai lain seperti Golkar dan Gerindra masih menjadi tanda tanya apakah mau mengusung Khofifah-Emil di periode kedua.

Terbaru, Golkar mengiyakan keinginan Khofifah dengan membolehkan dia maju bersama Emil. Hal ini menandakan tinggal dua partai Koalisi Indonesia Maju lain yang bersikap dengan permintaan Khofifah.

“Tadi dalam pertemuan silaturahmi sekaligus dari pemenangan pemilu Partai Golkar, kami sudah keluarkan surat keputusan untuk mengusung Ibu Khofifah dan Mas Emil sebagai calon gubernur Jatim dan wagub Jatim," ujar Airlangga dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (17/5/2024).

Golkar Rekomendasikan Khofifah-Emil di Jatim

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyerahkan surat keputusan rekomendasi dukungan kepada Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak untuk maju di Pilkada Jawa Timur di rumah dinas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di Komplek Widya Candra, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2024). (Tirto.id/M. Irfan Al Amin)

Di sisi lain, beberapa partai lain juga masih wait and see. PDIP misalnya tengah membangun komunikasi ke semua pihak, termasuk dengan Khofifah. PSI yang pada Pileg 2024 mendapat kursi di DPRD Jatim juga melirik Khofifah. Sementara itu, PKS, PPP, dan Nasdem belum terlihat arah politiknya.

Khofifah sendiri mengklaim siap melawan Marzuki jika eks ketua PWNU Jatim itu diusung PKB. Ia mengaku tetap berkawan sebagai sama-sama NU.

“Pada dasarnya, kami berkawan dan bersinergi dalam proses membangun Jawa Timur,” kata Khofifah di rumah dinas Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, di kawasan Widya Candra, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2024) malam.

Khofifah mengatakan tidak mempermasalahkan bila harus bertanding dengan Marzuki yang notabene sama-sama berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama.

“Kita lihat saja nanti perjalanan berikutnya,” kata dia.

Khofifah menjelaskan selama dia di Jawa Timur, Khofifah melakukan banyak komunikasi dengan banyak tokoh agama selain dengan Marzuki. “Kami membangun sinergi dengan banyak pihak, seluruh elemen strategis Jawa Timur,” kata dia.

Marzuki Mustamar Populer di Jawa Timur

Analis politik dari Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo, mengatakan, nama Marzuki memang cukup populer di Jawa Timur, baik di kalangan nahdliyin maupun di kalangan nasionalis.

Suko menilai, pemecatan Marzuki jelang Pilpres 2024 juga memicu respons publik. Sebagai catatan, Marzuki diberhentikan dari kursi Ketua PWNU Jawa Timur karena dinilai berpihak dalam pemilu. Suko mengakui bahwa Marzuki punya pengaruh besar di Jawa Timur dan berpotensi mengubah peta politik.

“Artinya kalau dia dilepaskan, dia pasti punya daya perubahan yang cukup signifikan, memang pengaruhnya cukup besar,” kata Suko kepada reporter Tirto.

Akan tetapi, Suko mengatakan ada tantangan ketika PKB akan mengusung Marzuki. Sebab, kata dia, Marzuki adalah tokoh agama yang tidak memiliki latar birokrat. Hal itu tentu akan memicu perbincangan di masyarakat.

“Dalam konteks pemerintahan, beliau tidak punya pengalaman, di situ record-nya. Kadang sebagian orang menganggap oh dia lebih baik menjadi kiai saja daripada masuk dalam ruang politik. Itu kan pandangan-pandangan publik seperti itu, jadinya begitu, tapi bahwa kiai Marzuki adalah kiai yang cukup berpengaruh di Jawa Timur [sudah pasti],” kata Suko.

Meski demikian, Suko tidak mau berspekulasi soal apakah Marzuki berpeluang menang melawan Khofifah atau tidak. Akan tetapi, ia tidak memungkiri elektabilitas Khofifah lebih tinggi daripada Marzuki. Hal ini tidak lepas sepak terjang politik Khofifah yang sudah lama selama ini.

Jika memang Khofifah berhasil mendapat Emil, Suko melihat kehadiran Marzuki bisa saja membuat posisi pertarungan menjadi dua poros dan menggaet PDIP. Hal ini akan memunculkan koalisi nasional di mana partai pendukung Prabowo-Gibran akan melawan koalisi Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. Masalahnya, dalam catatan sejarah, PDIP-PKB sulit menang ketika bersatu.

“Jika merujuk partai PKB dan PDIP selama ini dalam 3-4 periode pemilu terbuka sejak Pak Soekarwo selalu kalah. PKB-PDIP itu dalam tradisinya, jagonya dipastikan kalah, tetapi Kiai Marzuki tentu pertandingan kemudian sama-sama hijau secara kultural, orang NU semua. Itu yang pasti akan terjadi sengit perebutan di nahdliyin,” kata Suko.

Ia mengatakan, Khofifah kuat di birokrat, pengusaha, dan nasionalis. Selain itu, Khofifah juga merupakan orang nomor satu di Muslimat NU. Hal itu tentu akan berebut pengaruh dengan Marzuki yang merupakan kiai besar NU di Jawa Timur.

Di sisi lain, Khofifah mungkin akan sulit dikalahkan jika menggaet Emil Dardak. Jika duet Khofifah-Emil kembali maju, mereka berpotensi akan sangat kuat di Mataraman dan hal itu perlu ditangani PKB jika mengusung Marzuki dengan pemilihan wakil yang tepat, baik mengusung sendirian maupun bersama partai lain.

“Jadi kalau itung-itungan kalau wakilnya enggak tepat, pasti menang Khofifah,” kata Suko.

Perayaan Harlah ke-25 PKB

Kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengikuti perayaan hari lahir (Harlah) ke-25 PKB di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Minggu (23/7/2023). Acara Harlah ke-25 PKB yang dihadiri puluhan ribu kader dari berbagai kota di Indonesia tersebut sebagai momentum untuk konsolidasi kekuatan jelang Pemilu 2024. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/nz.

Analis sosio-politik ISESS, Musfi Romdoni, mengakui situasi politik Jawa Timur jelang Pilkada Jatim mulai mengental. Kini, sudah ada poros Khofifah dan antitesa dari mantan mensos itu. Ia mengakui nama Marzuki sebagai nama alternatif selain kader PDIP yang juga Walikota Surabaya, Ery Cahyadi serta Mensos Tri Rismaharini hingga Bupati Sumenap, Ahmad Fauzi.

Lantas seberapa kuat Marzuki? Musfi mengutip hasil survei ARCI bahwa Marzuki masih di bawah Khofifah, baik secara simulasi 6 nama, yakni 41,5 persen untuk Khofifah, sementara Marzuki hanya 10,7 persen. Selain itu, angka Marzuki masih kalah dalam simulasi head to head, Khofifah unggul 59 persen berbanding 23,7 persen. Namun, perolehan Marzuki tetap dikatakan baik.

“Dengan status nama yang baru masuk bursa, elektabilitas KH Marzuki terbilang cukup bagus. Biasanya elektabilitas nama baru di bawah 10 persen,” kata Musfi kepada reporter Tirto, Jumat (17/5/2024).

Akan tetapi, Musfi menilai, PKB akan punya pekerjaan berat jika benar mengusung Marzuki. Ia beralasan, PKB sebagai partai nahdliyin, basis mayoritas pemilih Jawa Timur, sempat kalah pada Pileg 2019 oleh PDIP. PKB juga tidak memiliki suara signifikan dalam Pilpres 2024 meski menang Pileg 2024 di Jawa Timur. Di sisi lain, PKB hanya mampu meraup 4 juta suara dari total suara nahdliyin sekitar 20 juta di Jawa Timur.

Selain itu, kata dia, PKB harus ingat bahwa Marzuki adalah orang yang dipecat dari kursi PWNU Jawa Timur. Pergantian tersebut menandakan bahwa NU struktural berpotensi tidak berada pada barisan pendukung Marzuki.

Dari variabel yang ada, Musfi masih melihat Khofifah berpotensi keluar sebagai pemenang di Pilkada Jawa Timur. Selama jarak elektabilitas masih tembus 20 persen, Khofifah adalah magnet kemenangan. Ia akan punya pengaruh besar dalam memenangkan Pilkada Jatim.

Hal tersebut tidak lepas dengan kerelaan Golkar mengamini permintaan Khofifah yang mengharapkan maju lagi dengan Emil Dardak. Ia menilai, sikap Golkar melunak dari sebelumnya mengajukan Ketua DPD Golkar Jawa Timur, Sarmudji, sebagai pendamping Khofifah adalah bentuk kekuatan magnet tersebut.

Musfi mengatakan, magnet inilah yang memunculkan kubu Khofifah dan anti-Khofifah. Jika ingin memenangkan pilkada, Musfi menilai salah satu opsi yang bisa diambil adalah mengawinkan Marzuki yang diusung PKB dengan kader PDIP.

“Pilihan PDIP saya kira antara bergabung ke poros Khofifah atau memutuskan untuk menantang poros Khofifah. Jika memutuskan menantang, mengusung Risma atau Eri Cahyadi sebagai pasangan KH Marzuki saya kira akan menarik,” kata Musfi.

Musfi malah lebih penasaran pada langkah Partai Gerindra. Ia melihat ada potensi tukar-kursi partai-partai di KIM. Ia menduga, kursi pimpinan eksekutif di Jawa Timur akan ditukar dengan niatan partai besutan Prabowo itu untuk memenangkan Sudaryono, kandidat Gerindra yang didorong di Pilkada Jateng.

“Gerindra sepertinya akan mengalah di Jawa Timur. Praktik barter dukungan seperti ini lumrah dilakukan. Partai politik akan mengalah di daerah A untuk meningkatkan daya tawarnya mengusung kandidat di daerah B,” tutur Musfi.

Musfi menambahkan, “Penentuan siapa yang diusung partai politik di pilkada ditentukan di pusat. Kacamata yang digunakan adalah helicopter view. Akan dicari win-win solution untuk memaksimalkan kepentingan partai secara nasional. Ini membuat praktik barter dukungan umum terjadi.”

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz