Menuju konten utama

Menilik Dampak Ekonomi Global & RI usai Presiden Iran Meninggal

Dampak ekonomi, akan sangat tergantung pada situasi berkembang dan bagaimana pemerintah Iran yang baru menangani masalah produksi dan ekspor minyak.

Menilik Dampak Ekonomi Global & RI usai Presiden Iran Meninggal
Ambulans dan kendaraan lain melaju di jalan berkabut menyusul jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi, di Varzaqan, Provinsi Azerbaijan Timur, Iran, 19 Mei 2024 dalam tangkapan layar dari sebuah video. Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran/Handout via REUTERS/foto/Reuters

tirto.id - Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dinyatakan meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan helikopter di daerah pegunungan dekat perbatasan Azerbaijan, pada Minggu (19/5/2024) waktu setempat. Kejadian ini, juga ikut menewaskan Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, yang berada dalam rombongan helikopter tersebut.

Presiden Raisi, menteri luar negeri dan semua penumpang di dalam helikopter tewas dalam kecelakaan itu,” kata seorang pejabat senior Iran kepada Reuters, yang tidak mau disebutkan namanya karena sensitivitas peristiwa ini.

Kematian Raisi kemudian dikonfirmasi dalam sebuah pernyataan di media sosial oleh Wakil Presiden Mohsen Mansouri dan di televisi pemerintah.

TV pemerintah melaporkan bahwa gambar-gambar dari lokasi kejadian menunjukkan helikopter menabrak sebuah puncak gunung. Namun demikian, belum ada keterangan resmi mengenai penyebab kecelakaan tersebut.

Kematian mendadak Ebrahim Raisi, dalam kecelakaan helikopter tentu saja mengejutkan seluruh dunia. Karena hal ini terjadi pada saat Iran terlibat dalam perang proksi dengan saingan lamanya, yakni Israel.

Helikopter Presiden Iran

Helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi lepas landas, dekat perbatasan Iran-Azerbaijan, 19 Mei 2024. Helikopter yang membawa Raisi kemudian jatuh. Ali Hamed Haghdoust/IRNA/WANA (Kantor Berita Asia Barat) melalui REUTERS PERHATIAN EDITOR -/Foto/Reuters

Dampak terhadap harga minyak kemungkinan besar akan menyebabkan gejolak di pasar dunia. Hal ini terjadi karena investor memperkirakan dampak potensial terhadap produksi dan ekspor minyak negara tersebut. Pada awal perdagangan Asia, Senin kemarin, harga minyak sempat naik menyusul kabar meninggalnya Raisi.

Gangguan apa pun terhadap produksi minyak Iran, dapat mempengaruhi pasokan dan harga minyak global. Mengingat Iran sendiri sebagai produsen minyak utama. Meskipun demikian, para ahli berpendapat bahwa pasar minyak mungkin tetap relatif stabil karena kapasitas pasokan yang ada.

Tidak hanya berpengaruh terhadap harga minyak dunia, ketidakpastian geopolitik umumnya mendorong investor memilih aset-aset safe-haven seperti emas, sehingga mendorong harga lebih tinggi.

Setelah kematian Raisi, harga emas sempat melonjak ke rekor tertinggi baru, dengan emas batangan meningkat sebanyak 1,1 persen mencapai 2.440 dolar AS per ons.

Kenaikan ini juga disebabkan oleh optimisme bahwa Federal Reserve AS akan menerapkan dua kali penurunan suku bunga pada tahun ini. Kondisi ini menyusul angka inflasi yang lebih rendah dari perkiraan pada pekan lalu, menurut laporan The Telegraph, Inggris.

Kabar meninggalnya Presiden Raisi juga dapat mempengaruhi pasar saham. Ini karena investor bereaksi terhadap potensi perubahan stabilitas regional dan kebijakan ekonomi. Namun, reaksi pasar mungkin akan terpengaruh oleh besarnya kapasitas cadangan yang dimiliki OPEC, yang dapat melindungi terhadap gangguan yang terjadi dalam waktu dekat.

Bagaimana Dampaknya ke Dalam Negeri?

Direktur Eksekutif Energy Watch, Daymas Arangga Radiandra, melihat situasi politik di Iran saat ini masih terus berkembang setelah Presiden Raisi dilaporkan meninggal dunia. Dampak ekonomi, akan sangat tergantung pada situasi berkembang dan bagaimana pemerintah Iran yang baru menangani masalah produksi dan ekspor minyak.

Karena sejatinya, kata Daymas, harga minyak saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor lain. Seperti permintaan global, produksi minyak dari negara lain, dan spekulasi pasar.

"Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan semua faktor ini saat menganalisis dampak kematian presiden Iran terhadap harga minyak," kata Daymas kepada Tirto, Senin (20/5/2024).

Dari studi yang dilakukan oleh Energy Watch, menunjukkan bahwa gangguan pasokan minyak dari Iran dapat meningkatkan harga minyak dunia hingga 10-20 persen. Apabila ada kenaikan harga minyak sebesar 10 persen, maka ini dapat meningkatkan harga BBM di Indonesia sebesar 5-10 persen.

"Dengan kenaikan harga BBM sebesar 10 persen dapat meningkatkan inflasi Indonesia sebesar 0,5 - 1 persen," ujar dia.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan dampak kematian Presiden Iran akan semakin besar jika kemudian konflik negara tersebut dengan Israel berkepanjangan.

Dampak ekonomi ini sangat bergantung pada respons Iran atas kejadian ini. Misal, ketika ada potensi yang disinyalir kecelakaan helikopter ini ada sabotase lalu menyebabkan konflik lebih panjang, maka dampaknya lebih besar lagi. Sebab, jika konflik antara Iran-Israel meluas bisa berdampak kepada produksi minyak.

"Kalau kita [Indonesia] sebetulnya agak riskan karena kita sebagai price maker berapa pun harga di pasar kita harus ambil harga itu dan kita dalam kondisi saat ini sudah net importir. Artinya berapa pun harga di pasar pasti kita akan beli karena kita butuh," ujar Komaidi kepada Tirto, Senin (15/5/2024).

Iran sendiri merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia dengan produksi sekitar 3,9 juta barel per hari, dengan ekspor minyak mencapai 1,29 juta barel per hari pada tahun 2023. Perang tidak hanya akan mengganggu produksi, tetapi juga jalur distribusi. Situasi ini akan memicu lonjakan harga minyak.

"Itu dikhawatirkan begitu. Kalau produksi dan distribusi terganggu kan harga akan naik. Kalau harga naik impact kita beli lebih mahal nanti ke fiskal dan moneter kita akan kena dampaknya," ujar dia.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, justru belum melihat tanda-tanda atau dampak harga minyak dunia meningkat pasca kematian presiden Iran. Sebab, beda kasus antara kematian presiden Iran dengan konflik geopolitik terjadi di negara tersebut.

"Saya rasa ketika seorang presiden tewas dan sesuai dengan konstitusi negara Iran segera digantikan oleh wakil presidennya. Artinya pucuk pimpinan negara segera berganti, sehingga diharapkan itu bisa mengurangi keresahan kepada masyarakat termasuk manajemen perekonomian," jelas dia kepada Tirto, Senin (20/5/2024).

Meskipun akan digantikan dengan wakil presiden, kata Faisal, dalam hal pengambilan keputusan dikhawatirkan efek globalnya terhadap harga minyak. Meski begitu, dia meyakini dampaknya terhadap harga minyak mentah, khususnya Indonesia masih relatif minimum.

HARGA MINYAK MENTAH INDONESIA

Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.

Untuk diketahui, rata-rata minyak mentah Indonesia pada April 2024 dibandingkan bulan Maret 2024 mengalami peningkatan sebesar 3,83 dolar AS per barel (bbl) dari 83,78 dolar AS per barel menjadi 87,61 dolar AS per barel.

Faktor yang mempengaruhi peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional karena beberapa faktor. Di antaranya, peningkatan ketegangan di Timur Tengah picu kekhawatiran pasar akan gangguan suplai minyak, khususnya apabila terdapat hambatan jalur minyak di Selat Hormuz.

Faktor utama lain yang menyebabkan peningkatan harga minyak mentah April 2024, karena OPEC merevisi penurunan proyeksi produksi dari negara-negara Non-OPEC pada publikasi per April 2024 dibandingkan bulan sebelum, untuk tahun 2024 sebesar 80 juta bph menjadi 70,53 juta bph.

"Kalau suplai minyak saya lihat jalan seperti biasa, tidak ada disrupsi karna tewasnya pemimpin Iran sehingga dampak terhadap harga minyak masih relatif minimum," ujar dia.

Di sisi lain, Yusuf justru melihat dampak terhadap perekonomian Iran dalam jangka pendek akan terjadi guncangan pasca tewasnya kepala negara dan juga menlunya. Ini karena sedikit banyaknya pasti akan ganggu dalam hal pengambilan keputusan jangka pendek dan ini termasuk bagaimana pengganti daripada pemimpin yang tewas ini.

"Kalau tidak di-manage dengan baik bisa merambah perekonomian Iran. Tapi untuk sampai menjalar efeknya ke negara lain itu saya rasa relatif kecil," tukas dia.

Baca juga artikel terkait IRAN atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Maya Saputri