tirto.id - Pancasila merupakan kumpulan nilai yang disusun sebagai dasar negara Indonesia. Bentuk Pancasila itu sendiri terdiri dari lima konsep atau prinsip yang ternyata telah dicerminkan nilainya semenjak zaman kerajaan.
Dalam Modul Pancasila (2015, hlm. 12), Pancasila dianggap menjadi pandangan hidup masyarakat Indonesia. Pernyataan ini ditulis karena dalam Pancasila terdapat gagasan dasar mengenai wujud kehidupan yang didambakan dan dianggap baik.
Sebelum membahas lebih jauh, berikut ini lampiran isi Pancasila:
- Ketuhanan Yang Maha Esa
- Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarahan perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dari lima bunyi Pancasila, dasar negara ini memiliki nilai-nilai berupa nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Pada bagian nilai dasar, lima poin dinyatakan sebagai sesuatu yang hakiki.
Lalu, instrumental merupakan penjelasan mengenai dasar negara yang hakiki tersebut. Terakhir, praksis mengenalkan bentuk praktik dari nilai instrumental.
Dengan berpedoman nilai terakhir ini, Pancasila berkembang mengkuti perkembangan masyarakat Indonesia yang kian berubah.
Kedinamisan masyarakat ini, seperti ungkapan Ida Rohayani dalam Modul PPKn (2020, hlm. 4) , membuat nilai-nilai Pancasila akhirnya menjadi sesuatu yang bersifat penting dan perlu digunakan sebagai pedoman negara Indonesia ketika memerintah.
Lantas, bagaimana nilai-nilai Pancasila dicerminkan pada masa kerajaan di Indonesia?
Nilai-nilai Pancasila pada Zaman Kerajaan
Terdapat beberapa kerajaan di Indonesia (dahulu bernama Nusantara) yang sudah mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan. Kerajaan-kerajaan tersebut meliputi Kutai, Sriwijaya, dan Majapahit.
Berikut ini deskrpsi mengenai nilai-nila Pancasila pada tiga kerajaan tersebut:
1. Kerajaan Kutai
Berdasarkan catatan Ida Sugiarti dkk. dalam Modul Pendidikan Pancasila (2020, hlm. 28), Kutai Mulawarman dahulu kala hidup dengan mencerminkan nilai sosial, politik, serta ketuhanan.
Ketiga aspek ini dicerminkan melalui pengadaan “Kenduri”, yaitu memberi sedekah pada para Brahmana.
Raja yang melaksanakan upacara ini adalah Raja Mulawarman. Sebagai bentuk balas kasih kepada Mulawarman, para Brahmana akhirnya memberikan persembahan kepada raja tersebut yang berwujud “Prasasti Yupa”.
Selengkapnya, berikut ini tiga nilai Pancasila yang dicerminkan oleh Kerajaan Kutai:
- Ketuhanan: Beragama Hindu
- Kerakyatan: Rakyat Kutai makmur
- Persatuan: Punya wilayah seluas Kalimantan Timur di bawah pemerintahannya
2. Kerajaan Sriwijaya
Pada masa kejayaannya, Sriwijaya pernah memiliki wilayah meliputi Sumatera, sebagian Pulau Jawa, Semenanjung Malaka, dan beberapa daerah lain di sekitarnya.
Kendati wilayah kerajaannya luas, namun Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan yang teratur.
Dalam kehidupan ekonomi misalnya, Sriwijaya berupaya menyatukan pengrajin, pedagang, dan pegawai raja. Dengan adanya pegawai raja dan persatuan akses dagangan ini, masyarakat jadi memiliki efektivitas ketika ingin melakukan transaksi.
Selain nilai persatuan di atas, berikut ini nilai Pancasila lengkap yang tercermin pada masa Kerajaan Sriwijaya:
- Ketuhanan: Menjadi pusat pengajaran agama Buddha di kawasan Asia Tenggara.
- Kemanusiaan: Mempunyai sikap terbuka kepada pendatang tanpa pandang bulu.
- Persatuan: Menyatukan pedagang, pengrajin, dan pengawas (pegawai raja).
- Kerakyatan: Kehidupan masyarakat sejahtera.
- Keadilan: Bercampur baur tanpa memandang latar belakang seseorang.
3. Kerajaan Majapahit
Selain Kutai dan Sriwijaya, Majapahit juga menjadi salah satu kerajaan yang mencerminkan Pancasila pada zamannya.
Kerajaan ini pernah memiliki wilayah kuasa mencakup sebagian besar pantai Nusantara, Vietnam Selatan, hingga Barat Papua.
Ketika Majapahit menjalankan kehidupan kerajaannya, orang-orang hidup rukun meski agama mereka berbeda, yakni Hindu dan Buddha. Dengan begitu, unsur persatuan dalam Pancasila terlihat ketika melihat kasus tersebut.
Berikut ini nilai-nilai Pancasila lengkap yang dicerminkan oleh Kerajaan Majapahit:
- Ketuhanan: Hindu-Buddha hidup bersama dan rukun.
- Kemanusiaan: Hayam Wuruk memiliki relasi baik dengan Kerajaan Tiongkok, Kamboja, dan Champa.
- Persatuan: Kebersamaan terwujud ketika dua agama berbeda bersatu dalam satu pemerintahan dan dapat hidup damai.
- Kerakyatan: Adanya profesi khusus di kerajaan yang memberikan arahan musyawarah.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Maria Ulfa