Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Motif Partai Ramai-Ramai Umumkan Kandidat Capres Sedini Mungkin

Upaya menyampaikan kandidat capres dinilai sebagai bagian untuk menjaga pemilih agar partai diperbincangkan publik.

Motif Partai Ramai-Ramai Umumkan Kandidat Capres Sedini Mungkin
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah) bertumpu tangan dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (kanan) pada acara silaturahmi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di Plataran Senayan, Jakarta, Sabtu (4/6/2022). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.

tirto.id - “Dari klaster kepala daerah, ada Pak Ganjar [Pranowo], ada Pak Anies [Baswedan], ada Pak Ridwan Kamil dan Ibu Khofifah [Indar Parawansa].”

Pernyataan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan tersebut langsung disambut kegembiraan ribuan kader PAN pada acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III PAN di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (27/8/2022).

Saat itu, Zulkifli Hasan menyampaikan sembilan nama kandidat bakal calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung PAN. Selain nama kepala daerah di atas, Zulhas juga mengumumkan namanya sendiri, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, Ketua DPP PDIP Puan Maharani, dan Menteri BUMN Erick Thohir.

Pemilihan kesembilan nama tersebut dinyatakan atas rekomendasi kader PAN di daerah. Hasil diambil dari rapat kerja daerah secara demokratis, kemudian dibahas dalam rapat kerja wilayah di 34 provinsi. Hasil ke-34 provinsi dibahas dalam rakernas yang digelar di Istora Senayan tersebut.

PAN menambah daftar partai yang melakukan rapat kerja nasional sambil menyinggung nama kandidat calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung dalam Pemilu 2024. Sebelumnya, Partai Nasdem juga melakukan manuver yang sama.

Pada 17 Juni 2022, di Jakarta Convention Center, Partai Nasdem juga mengumumkan tiga nama bakal calon presiden yang akan diusungnya. Ketiga nama tersebut antara lain: Anies Baswedan (32 dari 34 DPW Nasdem), Ganjar Pranowo (29 dari 34 DPW Partai Nasdem) dan Andika Perkasa (13 dari 34 DPW Partai Nasdem).

Selain Nasdem dan PAN, Partai Gerindra juga mengumumkan kandidat capres mereka. Dalam Rakernas Gerindra di Bogor, Jawa Barat pada 12 Agustus 2022, Gerindra resmi mengusung kembali Prabowo Subianto sebagai bakal capres. Jika ia benar-benar maju, maka ini adalah kesempatan keempat Prabowo bertarung di pilpres.

Di luar ketiga partai di atas, PKB juga mendorong Abdul Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon presiden. Hal itu ditegaskan saat pria yang akrab disapa Cak Imin itu menghadiri acara Gus Muhaimin Festival the Next 2024 di Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (6/8/2022).

Upaya Melihat Persepsi Publik

CEO & Founder sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai, aksi partai-partai yang mengumumkan kandidat bakal capres-cawapres sebagai upaya melihat persepsi publik.

“Sebenarnya bukan tidak ada alasan, bukan tanpa alasan mereka ketika menyebut nama kandidasi, sama saja cek ombak ya, testing the water kemampuan calon tersebut,” kata Pangi kepada reporter Tirto, Selasa (30/8/2022).

Di sisi lain, kata Pangi, partai ingin mencari perhatian lewat isu nama-nama kandidat tersebut. Mereka pun melihat apakah kandidat tersebut bisa menarik perhatian pemilih atau tidak.

Pangi mengingatkan, kondisi politik Indonesia ada tiga model jelang Pemilu 2024. Pertama, koalisi partai tanpa kandidat yang didukung seperti Koalisi Indonesia Bersatu; kedua, ada koalisi dan kandidat seperti Gerindra-PKB; dan ketiga, belum ada koalisi dan belum ada kandidat seperti Nasdem, PKS dan Demokrat meski beredar kabar ada pasangan Anies-AHY.

Dalam pandangan Pangi, partai-partai mulai melihat apakah elektabilitas kandidat ini akan membawa efek politik kepada partai. Mereka akan melihat kandidat ini akan membawa efek positif kepada partai atau tidak.

Sebagai contoh, pengusungan Prabowo-Muhaimin, apakah akan berdampak pada pemilu legislatif kepada Gerindra maupun PKB? Contoh lain apakah pengusungan Anies-Puan Maharani bisa berdampak pada elektabilitas PDIP? Pangi mengingatkan bahwa partai bukan mengedepankan pemenangan pemilu presiden, tapi fokus pada pemenangan legislatif.

“Tujuan awal partai sekarang adalah bagaimana partai itu elektabilitasnya bagusnya gitu. Elektabilitas bagus itu dalam arti bisa masuk papan atas lah,” kata Pangi.

Pangi menambahkan, “Rata-rata partai lagi mencari tokoh yang kira-kira itu bisa mengerek atau mendongkrak atau menaikkan elektabilitas partainya. Artinya mereka sedang uji coba. Artinya mereka bisa klik, bisa nggak.”

Pangi juga melihat bahwa partai sangat memperhatikan soal kandidasi karena kondisi Pemilu 2024 yang bersifat serentak. Partai perlu berhitung efek kandidat akan membawa elektoral. Upaya menyampaikan kandidat capres juga sebagai bagian untuk menjaga pemilih agar partai diperbincangkan publik.

“Keserentakan itu sangat menggantungkan nasib partai itu kepada kandidasinya,” kata Pangi.

Namun ia mengingatkan agar partai tidak gegabah dalam memilih kandidat secara terburu-buru. Ia mengingatkan partai yang buru-buru memilih kandidat bisa membawa dampak buruk bagi partai apabila kandidat tersebut ternyata tidak kuat.

“Partai yang hari ini sudah punya kandidasi itu juga sebenarnya berbahaya, karena siapa yang menjamin elektabilitas mereka tetap stabil? Kalau elektabilitas di tengah jalan itu stagnan atau stagnasi tidak menjadi pertumbuhan atau tidak ada tren signifikan, maka partai yang sudah terlanjur mengusung nama tadi akan dirugikan sebenarnya,” kata Pangi.

Sementara itu, peneliti politik PRP-BRIN, Wasisto Raharjo Jati menilai, aksi partai mengumumkan kandidat capres-cawapres di depan sebagai upaya mencari pemilih dengan pendekatan coattail effect. Partai ingin mencari efek dari figur sehingga pemilih mau memilih partai mereka.

“Fenomena ini muncul karena adanya upaya parpol/koalisi ingin sapu bersih kemenangan dalam pemilu sehingga mereka menominasikan calon populer sebagai motor penggerak suara,” kata Wasisto kepada Tirto.

Wasisto menuturkan, situasi pengumuman kandidat lebih dulu akan mempermudah masyarakat untuk mengenal sosok yang akan diusung. Publik bisa menimbang kandidat yang mereka pilih. Di sisi lain, partai bisa mulai menarik pemilih.

“Apalagi dalam pemilu mendatang, ada transisi demografi pemilih di mana segmen pemilih pemula lebih banyak. Oleh karena itulah sosialisasi dini menjadi solusi,” kata Wasisto.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz