Menuju konten utama

Menjaga Air di Pulau Obi Tetap Jernih

Selain kualitas air, Harita juga memantau komponen lain dari ekosistem laut seperti sedimen laut, biota plankton, benthos, terumbu dan ikan karang.

Menjaga Air di Pulau Obi Tetap Jernih
Kolam sedimentasi untuk menampung air tangkapan hujan yang datang dari area pertambangan. tirto.id/Rachmadin Ismail

tirto.id - Industri tambang dan smelter nikel di Pulau Obi, Maluku Utara, terus bertambah. Sejumlah kekhawatiran muncul mengenai dampak lingkungan, terutama terhadap kualitas air laut dan air tanah di sana. Bagaimana cara melindunginya?

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nickel) adalah salah satu perusahaan yang memiliki izin tambang nikel di Pulau Obi. Kepada sejumlah pemimpin media yang diundang ke lokasi tambang, mereka menunjukkan sejumlah upaya agar menjaga air tetap jernih sampai ke laut.

“Kami memang tidak sempurna, tapi kami berkomitmen untuk terus memperbaiki diri,” kata Direktur Health, Safety, and Environment (HSE) PT Harita Nickel, Tonny H. Gultom, di sela sela kunjungan di Pulau Obi, Jumat (22/8/2025).

Upaya ini juga dijadikan sebagai bagian dari syarat mendapatkan sertifikasi IRMA (Initiative for Responsible Mining Assurance) yang kini menjadi acuan global. IRMA menuntut perusahaan tambang untuk tidak hanya mematuhi regulasi nasional, tetapi juga menunjukkan praktik terbaik dunia.

Apa Upaya Harita Nickel untuk Menjaga Air Tetap Jernih?

Harita Nickel membangun kolam sedimentasi untuk menampung air tangkapan hujan yang datang dari area pertambangan. Salah satunya adalah kolam Tuguraci 2 yang memiliki luas hingga 43 hektar.

Dedy Amrin, Environmental and Business Improvement Manager Harita Nickel, menjelaskan proses penjernihan kolam tersebut. Awalnya, air limpasan (infulent) masuk melalui saluran inlet dan diinjeksi menggunakan bahan kimia tertentu yang membuat partikel kecil yang tersuspensi menjadi flok, proses ini dinamakan flokulasi.

Untuk meyakinkan partikel terikat secara sempurna, maka dibutuhkan kolam pencampuran berbentuk zigzag. Setelah keluar dari kompartemen ini, aliran air akan masuk pada kompartemen perjernihan (purifier), yaitu kompartemen yang berfungsi untuk memisahkan flok dengan air yang telah jernih.

“Pada proses ini, flok yang telah terbentuk akan mengendap ke dasar kolam karena memiliki berat jenis yang lebih besar dari air. Air yang telah jernih akan dialurkan menuju saluran outlet yang selanjutnya akan dialirkan menuju badan air penerima,” jelas Dedy.

Kolam penjernihan Tuguraci 2 memiliki kapasitas penampungan air sebanyak 924.000m3, yang seluas 43 Ha. Kolam Tuguraci 2 juga mampu menampung debit air mulai dari 10.000 - 50.000 m3 per jam, bahkan dengan intensitas hujan yang tinggi.

“Fasilitas ini mempunyai waktu retensi hingga 10-15 jam lamanya, hingga air yang turun dari hulu, menjadi jernih dan dapat dirilis ke badan air yang telah ditentukan,” imbuhnya.

Kolam Harita Nickel

Kolam Harita Nickel. tirto.id/Rachmadin Ismail

“Air ini bukan limbah pabrik ya. Tapi air tangkapan hujan yang bercampur dengan tanah. Jadi tidak ada zat kimianya,” tambah Tonny.

Saat berkunjung pada 21 Agustus 2025, kondisi TSS air yang berada di area sedimentasi saat itu berada dalam ambang batas normal yakni di bawah 200 mg/L.

Semua proses ini kemudian dicatat dan dilaporkan secara real-time ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Acuan pelaporan menggunakan sejumlah parameter, di antaranya tingkat pH, kejernihan (Total Suspended Solid/TSS), suhu hingga kandungan logam berat.

“Sistem Pemantauan Kualitas Air Limbah Secara Terus Menerus dan Dalam Jaringan (SPARING) dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang dipasang di titik penaatan memungkinkan pemantauan debit dan kualitas air limbah secara real-time dan terhubung langsung ke sistem nasional, sehingga transparansi terjaga,” ungkap Dedy.

Untuk mengendalikan potensi mineral terlarut, diterapkan proses sedimentasi, flokulasi, dan koagulasi sebelum air dialirkan keluar. Selain itu, pengambilan sampel dan analisis laboratorium dilakukan secara berkala oleh pihak ketiga independen yang terakreditasi, sehingga hasilnya objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Bagaimana dengan Air Laut? Selain menjaga kualitas air masuk ke laut, air yang sudah berada di laut dekat kawasan pertambangan smelter juga dipantau dan dilaporkan. Dalam kurun waktu dua hari sepekan, tim mengecek kondisi pH laut, kejernihan, suhu permukaan laut hingga keanekaragaman plankton dan biota. Pemantauan rutin jug dilakukan di beberapa titik dipasang continuous water quality monitoring system (CWQMS) untuk memantau pH, suhu, salinitas, dan kekeruhan secara real-time.

“Hasil pengujian tersebut kami persandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan pemerintah, baik yang tercantum dalam PP 22 Tahun 2021 maupun persetujuan teknis yang berlaku,” kata Windy Prayogo, Environmental Marine Manager Harita Nickel.

Kolam Harita Nickel

Kolam Harita Nickel. tirto.id/Rachmadin Ismail

Parameter yang diuji di laboratorium cukup ketat: pH (6,5–8,5), TSS (<80 mg/L), Dissolved Oxygen (≥5 mg/L), minyak & lemak (<5 mg/L), serta logam berat seperti nikel, mangan, besi, timbal, dan merkuri. Hasil pemantauan yang dirangkum dari 2024, misalnya, menunjukkan angka TSS berkisar 18–32 mg/L (jauh di bawah ambang batas 80 mg/L), DO antara 6,2–7,5 mg/L (baik untuk ikan dan karang), serta kandungan logam berat yang tetap aman.

Menurut Windy, hasil pemantauan selanjutnya dilaporkan secara online ke dalam sistem pelaporan SIMPEL KLH. Selain kualitas air laut, pemantauan juga mencakup komponen lain dari ekosistem laut seperti sedimen laut, biota plankton, benthos, terumbu dan ikan karang.

“Dengan cara ini, kami memastikan pengelolaan lingkungan laut dilakukan secara menyeluruh dan transparan,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, Harita juga menebar reef cube—struktur buatan terbuat dari sisa produksi ferronickel yang berfungsi sebagai substrat pertumbuhan terumbu karang—di sejumlah titik strategis di perairan. Langkah ini diyakini bisa membantu terbentuknya kembali karang sehingga akhirnya biota laut pun datang.

Baca juga artikel terkait EMITEN atau tulisan lainnya dari Rachmadin Ismail

tirto.id - Insider
Reporter: Rachmadin Ismail
Penulis: Rachmadin Ismail
Editor: Hendra Friana