Menuju konten utama

Mengungkap Rahasia Ilmiah Penentu Jenis Kelamin Bayi

Menurut studi terbaru dari Harvard, perempuan yang mulai melahirkan di usia 28 tahun sedikit lebih mungkin memiliki anak laki-laki atau perempuan saja.

Mengungkap Rahasia Ilmiah Penentu Jenis Kelamin Bayi
Ilustrasi Jenis Kelamin Bayi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Sejak dulu, banyak pasangan suami istri berkeinginan bisa mengatur jenis kelamin bayi mereka, apakah nanti akan lahir bayi laki-laki atau bayi perempuan.

Beragam mitos dan cara tradisional pun bermunculan, dari waktu berhubungan hingga posisi tidur setelahnya.

Namun, di balik kisah-kisah turun-temurun itu, terdapat proses biologis yang jauh lebih kompleks dan menakjubkan. Para peneliti kini dapat menelusuri faktor-faktor yang benar-benar menentukan apakah bayi akan lahir laki-laki atau perempuan.

Dilansir Healthline, jenis kelamin dan gender adalah istilah yang terus berkembang di dunia manusia. Penting untuk memahami bahwa istilah jenis kelamin bayi merujuk pada kombinasi kromosom, bukan identitas gender.

Berdasarkan penjelasaan biologis, bayi laki-laki biasanya memiliki kromosom XY, sementara perempuan memiliki XX.

Penentu utamanya adalah sperma: sebagian membawa kromosom X, sebagian lagi Y.

Ketika sperma Y membuahi sel telur yang selalu membawa X, terbentuklah kombinasi XY yang menghasilkan bayi laki-laki.

Secara umum, peluang untuk memiliki anak laki-laki atau perempuan adalah seimbang sekitar 50/50.

Meski begitu, banyak pasangan tertarik mencari cara lain untuk mengesampingkan peluang ini, mulai dari mengatur waktu pembuahan hingga mengubah pola makan.

Studi dari Newcastle University tahun 2008 terhadap 927 silsilah keluarga menunjukkan bahwa kecenderungan memiliki lebih banyak anak laki-laki atau perempuan bisa diwariskan dari pihak ayah, bergantung pada proporsi sperma pembawa kromosom X dan Y yang ia hasilkan.

Jadi, meski peluangnya tampak adil secara alami, faktor genetik dan biologis tetap memainkan peran dalam menyeimbangkan angka tersebut di populasi manusia.

Hasil studi lainnya, terbit di Proceedings of the Royal Society B (2008), menyebutkan, seorang ibu perlu mempertimbangkan apa yang harus dimakannya saat ingin hamil.

Penelitian yang melibatkan 740 perempuan tersebut menemukan hubungan antara mengonsumsi lebih banyak kalori dan kemungkinan hamil anak laki-laki.

Namun, ini bukan berarti perempuan harus meningkatkan porsi makannya secara drastis saat mencoba untuk hamil.

Yang perlu diingat bahwa kebiasaan makan sehat saat ini (makanan utuh, buah dan sayur, camilan rendah gula) akan membantu seseorang untuk terus mengonsumsi jumlah kalori yang tepat selama kehamilan.

Ilustrasi Bayi dan Batita

Ilustrasi Bayi dan Batita. foto/istockphoto

Mitos Cara Punya Bayi Laki-Laki dan Perempuan

Meski sains telah menjelaskan bagaimana jenis kelamin bayi ditentukan, berbagai “resep” dan tips untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan tetap beredar luas.

Dari pola makan tertentu hingga waktu berhubungan yang dikaitkan dengan fase ovulasi, banyak di antaranya terdengar meyakinkan.

Beberapa mitos yang berkembang di masyarakat, seperti dilansir Baby Center, di antaranya:

Hamil Anak Laki-laki

Jika menginginkan anak laki-laki, maka yang harus dilakukan adalah:

  • Tidurlah bersama saat bulan purnama di langit.
  • Berhubungan intim di malam hari.
  • Berhubungan intim setiap tanggal ganjil di kalender.
  • Ikuti arah kompas, yakni mengarahkan kepala perempuan ke utara saat berhubungan intim akan menjamin anak yang lahir laki-laki.

Hamil Anak Perempuan

Sementara jika menginginkan anak perempuan, maka:

  • Lakukan hubungan seks saat bulan purnama.
  • Berhubungan intim di sore hari.
  • Berhubungan intim setiap tanggal genap kalender.
Selain itu, mitos lain yang beredar tentang pemilihan jenis kelamin adalah berkaitan dengan ovulasi, atau saat ovarium melepaskan sel telur.

Konon, berhubungan seks mendekati tanggal ovulasi berarti lebih mungkin melahirkan anak laki-laki.

Alasannya, sperma yang mengandung kromosom Y berenang lebih cepat. Sementara untuk mendapatkan anak perempuan, maka harus memberi jarak waktu yang lebih lama.

Tentu saja, itu semua mitos dan tidak terbukti secara ilmiah. Secara umum, tanggal dan waktu berhubungan seks tidak memengaruhi apakah bayi yang lahir laki-laki atau perempuan.

Studi Terbaru Harvard tentang Penentuan Jenis Kelamin Bayi

Seperti dijelaskan di atas, peluang untuk memiliki anak laki-laki atau perempuan adalah seimbang sekitar 50/50.

Namun, berdasarkan studi terbaru dari Harvard, ternyata peluangnya bukan lagi pada rasio 50/50.

Studi yang diterbitkan 18 Juli 2025 di jurnal Science Advances ini menemukan bahwa jenis kelamin saat lahir kemungkinan berkaitan dengan usia ibu, gen tertentu, dan jenis kelamin kakak kandung.

“Jika kalian memiliki dua atau tiga anak perempuan dan berharap mendapatkan anak laki-laki, peluang kalian sebenarnya tidak benar-benar 50-50. Kemungkinannya, kalian justru akan memiliki anak perempuan lagi,” ujar Jorge Chavarro, profesor nutrisi dan epidemiologi sekaligus penulis utama studi ini, seperti dikutip dari The Washington Post.

Penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Harvard Chan School ini menganalisis lebih dari 146.000 kehamilan dari 58.000 perawat di Amerika Serikat.

Mereka tergabung dalam Nurses’ Health Study, proyek riset jangka panjang yang didanai oleh National Institutes of Health (NIH) antara tahun 1956 dan 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam beberapa keluarga, jenis kelamin anak-anaknya cenderung sama.

Ibu dengan tiga anak atau lebih, misalnya, ternyata lebih sering memiliki anak dengan jenis kelamin yang sama dibandingkan jika hasilnya benar-benar acak.

Selain itu, usia ibu juga berperan penting.

Perempuan yang mulai melahirkan di atas usia 28 tahun sedikit lebih mungkin memiliki anak laki-laki atau perempuan saja.

Menurut Chavarro, hal ini bisa disebabkan oleh perubahan biologis yang terjadi seiring bertambahnya usia.

Studi tersebut juga menemukan dua gen yang tampaknya berkaitan dengan kecenderungan memiliki anak dengan jenis kelamin yang sama.

"Kami tidak tahu mengapa gen-gen ini dikaitkan dengan jenis kelamin saat lahir, tetapi memang demikian, dan itu membuka pertanyaan baru," ucap Chavarro.

Chavarro berharap penelitian lanjutan dapat menelusuri lebih jauh yang meliputi pengaruh gaya hidup, nutrisi, serta paparan bahan kimia lingkungan terhadap kemungkinan jenis kelamin bayi saat lahir.

Simak artikel terkait ibu hamil dan melahirkan lainnya di laman ini.

Baca juga artikel terkait IBU HAMIL atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Lyfe
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Sekar Kinasih