tirto.id - Selama hamil, para calon ibu rentan dipapar kecemasan. Salah satu sumber kecemasan berasal dari beragam informasi seputar kehamilan yang banyak beredar dan dipercaya mentah-mentah oleh masyarakat. Beberapa di antaranya bahkan telah menjelma menjadi "pengetahuan lokal" yang bersifat turun-temurun dan kadung diterapkan dalam keseharian.
Misalnya mengenai konsumsi makanan untuk ibu hamil setiap harinya. Satu di antaranya adalah anjuran makan dengan porsi dua kali lebih banyak untuk ibu hamil. Bagi sejumlah orang, informasi tersebut adalah sesuatu yang masuk akal. Asumsinya sederhana: si ibu sedang membesarkan bayi di dalam rahimnya, sehingga kebutuhan terhadap asupan pun bertambah.
Ibu hamil memang harus makan untuk dua orang, tetapi bukan berarti dalam sekali waktu makan harus mengonsumsi dua porsi orang dewasa. Sebagai gambaran, wanita dengan berat badan normal, pada saat hamil hanya membutuhkan kalori tambahan sebesar 300 kalori per hari untuk menunjang pertumbuhan bayi. Jumlah itu hanya setara dengan segelas susu skim. Sedangkan untuk ibu hamil yang mengandung anak kembar, berarti membutuhkan 600 kalori tambahan tiap harinya.
Pengetahuan tentang gizi itu belum banyak diketahui. Dalam survei terhadap 2100 perempuan, National Charity Partnership (NCP) menemukan bahwa terdapat 1400-an perempuan yang tidak tahu mengenai kalori tambahan yang dibutuhkan selama kehamilan.
Hal ini perlu diperhatikan karena kelebihan berat badan selama kehamilan justru berpengaruh pada status gizi ibu hamil. Status gizi yang tidak normal dapat menimbulkan beberapa gangguan kesehatan, baik pada ibu hamil maupun janin yang dikandungnya.
Gangguan tersebut berupa munculnya gejala diabetes gestasional karena glukosa dan korbohidrat yang berlebih, preeklampsia atau tekanan darah tinggi karena kelebihan protein dalam urin ibu. Selain itu, kelebihan berat badan dapat meningkatkan potensi infeksi, terutama infeksi saluran urin.
“Makan untuk dua orang adalah mitos yang sangat menyesatkan. Hal ini juga yang berpotensi ibu hamil memakan ‘sampah’,” kata Alex Davis, kepala NCP.
Mitos mengenai konsumsi makanan ibu hamil yang lain adalah perkara buah nanas. Ada yang percaya bahwa nanas menginduksi persalinan. Terdapat kepercayaan dalam masyarakat bahwa mengonsumsi buah nanas menjelang minggu-minggu terakhir persalinan akan memberi dampak baik untuk membantu keluarnya janin dari rahim.
Buah nanas memang mengandung zat bromelain yang bersifat bisa membantu kontraksi leher rahim dan membantu induksi persalinan. Hal ini berbahaya jika buah nanas dikonsumsi terlalu banyak saat janin masih muda, karena akan menyebabkan janin keluar dari waktu yang telah ditentukan (prematur). Namun, ibu hamil membutuhkan paling tidak sekitar 6 buah nanas untuk mendapatkan efek ini.
Nanas sebenarnya aman dikonsumsi dalam jumlah wajar. Selain karena buah nanas mengandung serat dan air dalam jumlah yang sangat tinggi sehingga bisa mengatasi dehidrasi pada ibu hamil, buah ini juga kaya vitamin C dan asam folat yang baik untuk pertumbuhan janin.
Baca juga
- Fit Pregnancy yang Bermanfaat Bagi Wanita Hamil
- Mana Lebih Berisiko: Melahirkan Saat Masih Muda atau Tua?
Selain dari konsumsi makanan ibu hamil, mitos-mitos kehamilan mengenai hubungan seksual ketika hamil juga sering disebut-sebut. Ada yang mengatakan bahwa berhubungan seksual dapat membahayakan kehamilan, beberapa orang lainnya menyebut sebaliknya, berhubungan seks dapat membantu persalinan.
Faktanya, hubungan seksual tidak akan membahayakan bayi di dalam kandungan karena bayi terlindung oleh kantong ketuban, otot rahim yang kuat, serta lapisan lendir tebal di mulut rahim. Orgasme juga tidak menyebabkan keguguran karena kontraksi otot pada saat orgasme berbeda dengan kontraksi ketika melahirkan.
Ibu hamil tidak perlu khawatir selama kondisi kehamilan tidak ada kelainan. Untuk memastikan, tidak ada salahnya menanyakan terlebih dahulu ke dokter bagi ibu yang berisiko keguguran, persalinan prematur, ataupun terjadi pendarahan dari vagina yang belum diketahui sebabnya.
Kaitannya dengan berhubungan seksual saat kehamilan, yang perlu diwaspadai adalah infeksi penyakit menular seksual. Jika ibu hamil terinfeksi penyakit tersebut, misalnya HIV, klamidia, kutil, atau herpes, maka meningkatlah potensi bayi menjadi ikut terinfeksi.
Berhubungan seksual ketika memasuki minggu-minggu akhir persalinan bahkan merupakan satu hal yang disarankan. Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam Iran Red Crescent Medical Journal dijelaskan bahwa aktivitas seksual mampu merangsang payudara dan puting susu, fenomena ini diikuti dengan pelepasan hormon oksitosin.
Hormon oksitosin ini diketahui berperan penting membantu proses kelahiran. Produksi alami oksitosin dalam tubuh merangsang rahim berkontraksi pada akhir kehamilan sebagai tanda awal kelahiran bayi.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Indian Journal of Endocrinol Metabolisme mulai menyelidiki peran oksitosin dalam berbagai tingkah laku manusia, seperti orgasme, kedekatan sosial, dan sikap keibuan. Untuk alasan ini, hormon oksitosin terkadang dianggap sebagai hormon cinta. Dampak oksitosin pada tingkah laku dan respons emosi juga terlihat dalam membangun ketenangan, kepercayaan, dan stabilitas psikologi.
Sementara itu, oksitosin juga dianggap sebagai obat yang dapat membantu meningkatkan perasaan positif serta kecakapan sosial. Hormon ini dapat meringankan gangguan kondisi kejiwaan dan tingkah laku, seperti depresi, hingga gangguan stres pascatrauma.
Dengan penetrasi (hubungan seksual), segmen uterus bawah dirangsang. Rangsangan ini menghasilkan pelepasan prostaglandin. Selain itu, sperma juga mengandung prostaglandin, hormon yang digunakan secara medis untuk menginduksi kelahiran.
Mitos lain mengenai kehamilan adalah larangan naik pesawat karena risiko komplikasi kehamilan akibat radiasi, baik karena mesin pemindai di bandara maupun karena tempat ketinggian. Mesin X-ray atau mesin pemindai tubuh yang ada di bandara dan berada di ketinggian di dalam pesawat memang memancarkan radiasi. Namun, tingkat radiasi tersebut terbilang kecil dan tidak cukup untuk menembus masuk ke tubuh sehingga kecil kemungkinan mengganggu bayi yang ada di dalam kandungan -- apalagi jika hanya beberapa detik saja terjadi pemindaian.
- Baca juga:Risiko Ibu Hamil Melahirkan di Pesawat
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Zen RS