Menuju konten utama

Mengenal Pakaian Adat Lampung dan Keunikannya

Mengenal pakaian adat Lampung beserta keunikan, ciri khas, dan makna filosofisnya menurut adat Pepadun dan Saibatin.

Mengenal Pakaian Adat Lampung dan Keunikannya
Parade pawai budaya pakaian adat Lampung yang menggambarkan keberagaman adat budaya yang ada di Provinsi Lampung, di Lampung, Minggu (25/8/2019) ANTARA FOTO/Ardiansyah/ama. (ANTARA FOTO/ARDIANSYAH)

tirto.id - Sebagai gerbang Pulau Sumatera, Provinsi Lampung menyimpan keanekaragaman budaya yang kaya. Tidak hanya terkenal dengan gajah Way Kambas dan keindahan pantainya, Lampung juga memiliki tradisi adat yang kuat, salah satunya tercermin melalui pakaian adat Lampung. Warisan ini bukan sekadar busana, tetapi juga simbol identitas yang mencerminkan adat istiadat masyarakatnya.

Dalam kehidupan masyarakat Lampung, dikenal dua sistem adat besar, yaitu Pepadun dan Saibatin. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya (2021), Saibatin biasanya bermukim di pesisir Lampung, sementara Pepadun lebih banyak ditemui di pedalaman. Keduanya memiliki perbedaan dalam tata adat, bahasa, hingga busana. Inilah yang menjadikan baju adat Lampung begitu beragam dan penuh makna.

Baju Adat Lampung
Baju Adat Lampung. foto/pariwisata indonesia

Keunikan dan Ciri Khas Pakaian Adat Lampung

Baju adat Lampung dikenal kaya detail dan sarat simbol. Dalam tradisi pernikahan misalnya, setiap elemen busana maupun aksesori memiliki fungsi estetika sekaligus makna sosial.

Baju adat Lampung terdriri dari dua varian utama, yakni adat Saibatin dan Pepadun yang memiliki ciri khas masing-masing. Keduanya sama-sama indah, tetapi memiliki ciri khas tersendiri baik dari warna, bentuk, maupun aksesori yang digunakan.

Berikut beberapa keunikan dan ciri khas baju adat Lampung yang perlu kamu ketahui:

1. Siger (Mahkota Wanita)

Pada adat Pepadun, siger berukuran besar dengan sembilan lekukan yang melambangkan sembilan sungai besar di Lampung. Bentuknya kokoh dan megah, menjadi simbol kebesaran leluhur sekaligus penanda identitas wanita Lampung di pedalaman.

Sebaliknya, dalam adat Saibatin, siger tampil lebih ramping dengan jumlah lekukan biasanya tujuh. Mahkota ini melambangkan kekuasaan tunggal seorang raja atau penguasa adat. Perbedaan ini membuat baju adat Lampung punya filosofi yang berbeda meskipun sama-sama menggunakan siger.

2. Busana Pria

Dalam adat Pepadun, pria mengenakan kopiah emas berbentuk bulat meruncing. Penutup kepala ini menandakan kedewasaan, kewibawaan, dan status sosial. Kombinasi dengan kemeja putih dan sarung tapis menambah kesan megah pada baju Lampung versi Pepadun.

Sementara pada adat Saibatin, busana pria lebih sederhana. Penutup kepala biasanya terbuat dari kain atau logam ringan dengan ornamen perak tipis. Kesederhanaan ini sejalan dengan kehidupan masyarakat pesisir yang lebih praktis, meskipun tetap menonjolkan nilai simbolik baju khas Lampung.

3. Kain Tapis

Kain tapis Pepadun dikenal lebih mewah, dengan sulaman benang emas yang padat dan motif rumit. Warna-warnanya mencolok, menandakan status sosial tinggi serta kekayaan pemakainya. Tidak heran tapis menjadi bagian utama dalam pakaian adat Lampung pedalaman.

Berbeda dengan itu, tapis Saibatin lebih sederhana dengan sulaman renggang dan motif lebih ringan. Warna yang digunakan cenderung lembut, terinspirasi dari kehidupan pesisir. Meski tampak sederhana, kain tapis ini tetap menjadi simbol identitas penting dalam baju adat Lampung Saibatin.

4. Warna Pakaian

Pakaian adat Pepadun didominasi putih, merah, dan emas. Putih melambangkan kesucian, merah melambangkan keberanian, dan emas sebagai simbol kejayaan. Kombinasi warna ini menjadikan baju khas Lampung dari Pepadun tampak megah dan penuh wibawa.

Sementara itu, warna dominan Saibatin lebih gelap seperti hitam, merah marun, atau cokelat. Nuansa ini melambangkan kewibawaan raja dan keteguhan masyarakat pesisir. Dengan demikian, pemilihan warna dalam baju Lampung merefleksikan filosofi adat masing-masing.

5. Aksesori dan Ornamen

Pepadun kaya akan aksesori, mulai dari serajo bulan, buah jukun, gelang burung, hingga pending. Setiap aksesori mengandung makna simbolik, seperti persatuan keluarga, perlindungan dari roh jahat, hingga kebebasan berpendapat. Inilah yang membuat pakaian adat Lampung Pepadun tampak meriah.

Berbeda dengan itu, Saibatin menggunakan aksesori lebih minimalis. Biasanya hanya berupa kalung sederhana, gelang, dan siger. Kesederhanaan ini menekankan pada otoritas tunggal penguasa, di mana baju khas Lampung berfungsi sebagai simbol loyalitas masyarakat kepada raja.

6. Simbol Status Sosial

Dalam adat Pepadun, pemakaian busana dan aksesori lebih demokratis. Siapa saja dapat mengenakan ornamen megah, asalkan melalui prosesi adat cakak pepadun atau penobatan gelar. Hal ini menunjukkan fleksibilitas baju Lampung dalam masyarakat pedalaman.

Sebaliknya, adat Saibatin lebih hierarkis. Aksesori tertentu hanya boleh dikenakan keluarga bangsawan atau keturunan raja. Dengan demikian, baju adat Lampung Saibatin menjadi penanda kuat atas struktur sosial dan legitimasi kekuasaan.

Baju Adat Lampung pepadun

Parade pawai budaya pakaian adat Lampung yang menggambarkan keberagaman adat budaya yang ada di Provinsi Lampung, di Lampung, Minggu (25/8/2019) ANTARA FOTO/Ardiansyah/ama. (ANTARA FOTO/ARDIANSYAH)

Makna Filosofis Pakaian Adat Lampung

Lebih dari sekadar busana tradisional, pakaian adat Lampung menyimpan filosofi mendalam yang diwariskan dari generasi ke generasi. Menurut penelitian Suyatno dan Rinezia Putri Lelapari dalam Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya (2021), setiap aksesori dalam baju adat Lampung memiliki simbol tertentu yang berkaitan dengan alam, kedudukan sosial, hingga hubungan antar manusia.

1. Simbol Alam dan Asal-usul

Makna simbolik dalam baju khas Lampung salah satunya tercermin pada siger yang dipakai mempelai wanita. Sembilan lekukannya melambangkan sembilan sungai besar di Lampung seperti Wai Sekampung, Wai Tulangbawang, hingga Wai Mesuji. Hal ini memperlihatkan bagaimana alam dijadikan sumber filosofi utama dalam pakaian adat Lampung.

Selain itu, serajo bulan yang dipasang di atas siger melambangkan bulan purnama, sebuah simbol kejernihan dan cahaya yang memberi keteduhan. Dengan begitu, baju Lampung tidak hanya menghiasi penampilan, tetapi juga merepresentasikan hubungan harmonis antara manusia dan alam.

2. Simbol Kehormatan dan Kedudukan Sosial

Setiap elemen dalam baju adat Lampung juga mencerminkan status sosial pemakainya. Serajo bulan, misalnya, melambangkan kedudukan tinggi dalam adat maupun keluarga. Filosofi ini juga terkait dengan lima kerajaan yang pernah berdiri di Lampung, seperti Keratuan Darah Putih dan Ratu Dipuncak.

Sementara itu, bagi pria, kopiah emas menjadi lambang kewibawaan dan kedewasaan. Dalam konteks adat, busana tidak hanya berfungsi sebagai pakaian, tetapi juga sebagai simbol struktur sosial. Dengan demikian, baju khas Lampung menjadi penanda yang memperkuat tatanan masyarakat.

3. Simbol Perlindungan dan Penolak Bala

Makna perlindungan tampak jelas dalam sejumlah aksesori pakaian adat Lampung. Buah jukun dipercaya sebagai penolak bala, melindungi pemakainya dari niat jahat dan iri dengki. Begitu pula bulu serati, ikat pinggang beludru merah yang dipercaya melindungi tubuh dari roh jahat.

Selain itu, bebe atau kain sulam usus yang dikenakan di bahu diyakini mampu melindungi dari penyakit. Keyakinan ini merupakan warisan kepercayaan animisme masyarakat Lampung kuno. Filosofi ini menegaskan bahwa baju Lampung tidak hanya berfungsi estetis, melainkan juga spiritual.

4. Simbol Persatuan dan Kekerabatan

Baju adat Lampung juga mengandung pesan tentang persatuan. Gelang kano berbentuk bulat melambangkan keutuhan keluarga, agar tidak tercerai-berai menghadapi cobaan hidup. Filosofi ini menegaskan pentingnya ikatan dalam rumah tangga maupun masyarakat.

Adapun buah manggus berfungsi sebagai wadah untuk membersihkan diri, melambangkan kesucian dan kesiapan membangun kehidupan bersama. Makna ini memperlihatkan bahwa baju khas Lampung bukan sekadar pakaian pernikahan, tetapi juga doa agar keluarga baru dapat hidup harmonis.

5. Simbol Kebebasan dan Martabat

Dalam penelitian Suyatno dan Rinezia (2021), gelang burung memiliki filosofi unik. Aksesori ini melambangkan kebebasan berpendapat dan berbicara. Jika dipakai menghadap ke atas, menandakan keluarga terpandang, sementara menghadap ke bawah menandakan rakyat biasa.

Simbol tersebut menunjukkan bahwa baju adat Lampung bukan hanya penanda status, tetapi juga pengingat tentang kebebasan dan martabat manusia. Filosofi ini menjadi cerminan nilai luhur masyarakat Lampung yang menjunjung tinggi kehormatan dan kebebasan berekspresi dalam adat.

Sebagai warisan budaya, pakaian adat Lampung adalah cerminan nilai luhur masyarakatnya. Baik dalam adat Saibatin maupun Pepadun, baju adat Lampung menghadirkan keindahan visual sekaligus filosofi yang dalam. Keunikan baju khas Lampung tidak hanya memperkuat identitas budaya daerah, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga tradisi di tengah arus modernisasi.

Melestarikan baju Lampung berarti ikut menjaga jati diri bangsa. Sebab, setiap helai tapis dan setiap perhiasan dalam pakaian adat Lampung mengandung pesan tentang persatuan, kehormatan, dan kebanggaan akan budaya lokal.

Baca juga artikel terkait PAKAIAN ADAT atau tulisan lainnya dari Robiatul Kamelia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Robiatul Kamelia
Penulis: Robiatul Kamelia
Editor: Robiatul Kamelia & Yulaika Ramadhani