Menuju konten utama
Seni Budaya

Daftar 5 Baju Adat dari Jawa & Maknanya: Betawi hingga Madura

Daftar baju-baju adat dari Pulau Jawa dan makna kostumnya, dari Betawi hingga ke Madura.

Daftar 5 Baju Adat dari Jawa & Maknanya: Betawi hingga Madura
Ilustrasi warga mengenakan baju adat Betawi. foto/IStockphoto

tirto.id - Baju adat atau pakaian adat merupakan busana yang dikenakan untuk mewakili budaya tertentu sekaligus menjadi ciri khas suatu daerah.

Mengenakan baju adat dari suatu daerah juga bisa menumbuhkan kecintaan pada Tanah Air Indonesia.

Dikutip laman Warisan Budaya Kemdikbud, pakaian adat biasanya dikenakan saat peringatan hari besar seperti kelahiran, pernikahan, kematian, serta hari-hari besar keagamaan.

Setiap daerah di Indonesia memiliki baju adat yang berbeda-beda, mulai dari daerah bagian barat hingga bagian Timur Indonesia.

Termasuk Pulau Jawa, dari wilayah DKI Jakarta sampai ke Jawa Timur mempunyai baju adatnya masing-masing.

Daftar Baju Adat di Pulau Jawa

Berikut ini akan dibahas tentang baju adat dari Pulau Jawa dan makna dari pakaian tersebut.

1. Baju Adat Betawi

Baju adat Betawi merupakan ciri khas dari Provinsi DKI Jakarta. Warga Betawi biasa mengenakan baju adat dalam acara tertentu, misalnyahari pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar lainnya.

Ada beberapa jenis baju adat Betawi, salah satu yang dikenal adalah pakaian adat yang biasa dikenakan oleh Abang None Jakarta.

Dalam modul repositori kemdikbud tertulis, untuk baju adat Betawi yang dikenakan oleh pria disebut dengan Baju Sadariah, terdiri dari:

  • Baju koko
  • Celana bahan
  • Sorban atau sarung yang disandarkan pada bahu
  • Kopiah atau peci dikenakan di kepala
Makna atau filosofi dari baju ini menunjukkan identitas sebagai lelaki yang sopan, dinamis dan berwibawa.

Sementara untuk perempuan yang biasa dikenakan oleh None Jakarta yang juga bermakna kesederhanaan adalah:

  • Pakaian kurung/kebaya
  • Kain sarung/batik
  • Kerudung dan umumnya ditambahi dengan sanggul cepolan

2. Baju Adat Sunda

Provinsi Jawa Barat memiliki 3 baju adat, yakni baju adat Sunda Priangan, baju adat Banten, dan baju adat Baduy.

Dikutip dari buku "Desain Kebaya Sunda" yang ditulis Irma Russanti, untuk baju adat pria Sunda Priangan kalangan rakyat disebut dengan salontreng.

Pakaian ini tampak seperti baju kain berwarna gelap dengan sarung sederhana yang biasa dililitkan menyilang di bahu.

Filosofi dari pakaian ini selain menunjukkan kesederhanaan, biasanya pada bagian baju atau Salontreng memiliki 5 atau 6 buah kancing. Hal ini merujuk pada agama Islam, di mana 5 kancing menunjukkan rukun Islam sedangkan 6 kancing menunjukkan rukun iman.

Untuk bawahannya dinamakan celana pangsi atau komprang yang merupakan celana kain besar yang tidak ketat di kaki atau bisa menggunakan kain sinjang (biasanya untuk spiritual atau kebudayaan).

Sementara perempuan Sunda rakyat biasa, menggunakan kain batik panjang yang biasa disebut sebagai sarung kebat.

Nama lain dari bawahan untuk pakaian adat ini adalah sinjang bundel yang merupakan rok yang dipakai sampai betis.

Untuk atasannya, para wanita mengenakan kebaya yang dilengkapi selendang batik dengan beubeur (sejenis ikat pinggang).

3. Baju Adat Jawa Tengah

Baju adat di Jawa Tengah memiliki perbedaan seperti di Solo, Semarang, Kudus, Tegal, dan beberapa daerah Jawa Tengah lainnya.

Secara umum, baju adat di Jawa Tengah yang biasa dikenakan oleh perempuan adalah kebaya.

Menurut Triyanto dalam "Kebaya Sebagai Trend Busana Wanita Indonesia dari Masa ke Masa" (2010), istilah kebaya diyakini berasal dari kata serapan Arab kaba yang berarti jubah atau garmen longgar.

Istilah tersebut kemudian diperkenalkan ke Nusantara melalui kata serapan dari bahasa Portugis, cabaya.

Pakaian bagian bawah untuk pakaian ini biasanya dikenal sebagai sarung, kemben atau sepotong kain panjang yang dililitkan di pinggang dan dapat berupa batik, ikat, songket atau tenun.

Pada laki-laki yang dipakai seperti surjan, beskap dan jarik yang dilengkapi oleh blangkon.

Filosofi blangkon sendiri memiliki makna berbeda-beda di setiap daerah, tapi secara umum adalah pengharapan dalam nilai-nilai hidup.

4. Baju Adat Yogyakarta

Dikutip laman Warisan Budaya Kemdikbud, perkembangan pakaian atau busana adat tradisional di daerah Istimewa Yogyakarta sangat berkaitan dengan berdirinya kasultanan Yogyakarta dengan Sri Sultan Hamengku Buwana I (HB I) sebagai raja waktu itu .

Pakaian adat tradisional kraton sebagai pakaian adat masyarakat Yogyakarta, terdiri dari seperangkat pakaian yang memiliki unsur-unsurnya yang satu tak dapat dipisahkan dengan lainnya sebagai satu keseluruhan.

Kelengkapan berpakaian tersebut merupakan ciri khusus pemberi identitas si pemakai yang meliputi fungsi dan peranannya.

Secara keseluruhan seperangkat pakaian-pakaian terdiri atas bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah. Bagian atas meliputi tutup kepala, bagian tengah baju kain (atau celana) dan bagian bawah alas kaki.

5. Baju Adat Jawa Timur

Baju adat Jawa Timur yang dibahas di sini adalah baju adat dari Madura yang disebut dengan Pesa'an.

Baju Pesa'an menjadi salah satu simbol utama yang menjadi wakil budaya baju adat Jawa Timur di Nusantara.

Bagi para pria terdiri atas celana longgar dan kaos bergaris merah putih yang cukup sederhana.

dan pasangan dari baju ini adalah bawahan yang disebut dengan celana gomboran.

Sedangkan untuk para wanita menggunakan kebaya dengan warna cerah yang mencolok sebagai pasangan dari busana pria.

Penggunaan warna yang cerah dan terang yang kuat pada pakaian adat ini mencerminkan karakter masyarakat Madura dikenal akan keberaniannya, sikap tegas, tidak kenal ragu, serta bersikap terbuka dalam menyampaikan isi pikirannya kepada orang lain.

Baca juga artikel terkait BAJU ADAT atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom