tirto.id - Mobil hidrogen termasuk salah satu alat transportasi ramah lingkungan yang minim emisi karbon. Mobil bahan bakar hidrogen pun dianggap sebagai salah satu solusi untuk menciptakan kendaraan yang bersih dan berkelanjutan di masa depan. Lalu, apa itu mobil hidrogen?
Setelah popularitas mobil listrik yang terus meningkat sejak beberapa tahun terakhir, kini mobil hidrogen turut mencuri perhatian pencinta otomotif. Beberapa produsen mobil pun mulai berlomba-lomba meluncurkan mobil hidrogen, termasuk di Indonesia.
Meski memiliki potensi besar sebagai mobil masa depan yang ramah lingkungan, mobil hidrogen masih memiliki tantangan tersendiri, misalnya infrastruktur pengisian hidrogen yang masih sangat terbatas.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, bukan tidak mungkin mobil hidrogen akan sepopuler jenis mobil lainnya dan semakin umum digunakan di Indonesia.
Apa Itu Mobil Hidrogen dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Sesuai namanya, mobil hidrogen adalah mobil yang menggunakan hidrogen (H₂) sebagai sumber energi utamanya. Hidrogen sebagai bahan bakarnya disimpan dalam tangki khusus yang dirancang sangat kuat untuk menjamin keamanan.
Berbeda dengan mobil konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin atau solar, mobil hidrogen termasuk dalam kategori kendaraan ramah lingkungan. Hal ini karena mobil hidrogen tidak menghasilkan emisi gas karbon, melainkan air.
Mobil hidrogen dikenal dengan nama Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV). Jadi, mobil ini sebenarnya termasuk kendaraan listrik, tapi sumber tenaganya bukan dari baterai. Mobil hidrogen menggunakan bahan bakar hidrogen yang diperoleh melalui teknologi sel bahan bakar (fuel cell).
Seperti mobil konvensional, FCEV mampu melakukan pengisian selama sekitar 5 menit dengan jarak tempuh lebih dari 400 km. Lantas bagaimana cara kerjanya? Mengutip dari laman Kementerian ESDM, cara kerja teknologi fuel cell mirip dengan baterai.
Fuel cell memiliki dua kutub, yaitu kutub positif (katoda) dan kutub negatif (anoda). Hidrogen akan dialirkan ke kutub anoda, sedangkan oksigen dari udara masuk ke katoda. Di anoda, hidrogen dipecah menjadi proton (ion hidrogen) dan elektron.
Elektron kemudian mengalir melalui sirkuit eksternal dan menghasilkan listrik. Energi listrik ini digunakan untuk menggerakkan motor listrik yang akhirnya dapat menggerakan roda kendaraan.
Di sisi lain, ion hidrogen atau proton bergerak menuju katoda dan bereaksi dengan oksigen. Reaksi ini nantinya menghasilkan uap air (H₂O) yang menjadi satu-satunya emisi atau produk sampingan dari mobil hidrogen.
Guna memahami lebih jelas, berikut cara kerja mobil hidrogen secara bertahap:
- Hidrogen dialirkan ke anoda di dalam fuel cell, sementara oksigen masuk ke katoda.
- Di anoda, molekul hidrogen dipecah menjadi proton (ion H⁺) dan elektron
- Elektron mengalir melalui sirkuit eksternal dan menciptakan energi listrik, sedangkan proton menuju katoda.
- Energi listrik menggerakkan motor listrik yang dapat kendaraan secara keseluruhan.
- Proton yang ke katoda bertemu dengan oksigen sehingga membentuk uap air sebagai emisi.
Kelebihan dan Kekurangan Mobil Bahan Bakar Hidrogen
Di tengah upaya dunia mengurangi emisi karbon, mobil hidrogen semakin menarik perhatian sebagai alternatif kendaraan ramah lingkungan. Teknologi ini memang menawarkan solusi inovatif yang berbeda dari mobil listrik konvensional, tapi mobil hidrogen tetap memiliki beberapa kekurangan.
Kelebihan Mobil Bahan Bakar Hidrogen
1. Ramah LingkunganSalah satu keunggulan utama mobil hidrogen adalah emisinya yang sangat minim. Mobil hidrogen tidak menghasilkan emisi gas buang yang berbahaya, melainkan uap air yang benar-benar aman untuk lingkungan.Ini menjadikannya solusi transportasi yang sangat bersih, terutama jika dibandingkan dengan mobil berbahan bakar fosil yang menghasilkan emisi karbon penyebab pemanasan global.2. Waktu Pengisian CepatMobil hidrogen menawarkan keunggulan lain, yakni waktu pengisian energi yang relatif cepat. Dikutip dari laman US Department of Energy, pengisian mobil hidrogen bisa berlangsung sekitar 5 menit saja hingga tangki penuh.
Waktu pengisian ini setara dengan mobil konvensional yang menggunakan bensin atau solar. Jika dibandingkan dengan mobil listrik yang sama-sama ramah lingkungan, mobil hidrogen masih jauh lebih unggul. Hal ini karena mobil listrik bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk pengisiannya.3. Jarak Tempuh PanjangMobil hidrogen umumnya memiliki jarak tempuh yang cukup panjang, tak kalah dengan mobil listrik maupun konvensional. Jarak tempuh mobil hidrogen bisa lebih dari 400 km, bahkan ada yang mencapai lebih dari 600 km untuk satu kali pengisian. Kapasitas jarak ini menjadikannya sangat ideal untuk perjalanan jarak jauh.4. Bebas Polusi SuaraTeknologi sel bahan bakar hidrogen menghasilkan tenaga tanpa pembakaran mekanis, sehingga suara mesin yang dihasilkan sangatlah minim. Mobil hidrogen memberikan pengalaman berkendara yang tenang dan nyaman, bebas dari suara bising mesin seperti pada kendaraan atau mobil konvensional.5. Mengurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar FosilTerdapat beberapa metode untuk menghasilkan hidrogen sebagai bahan bakar utama FCEV. Salah satu yang paling umum adalah dengan steam reforminggas alam. Namun, hidrogen yang bisa diproduksi melalui energi terbarukan seperti angin, tenaga surya, hingga biomassa.
Dengan memanfaatkan hidrogen sebagai sumber energi transportasi, kita dapat mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi yang tidak ramah lingkungan.
Kekurangan Mobil Bahan Bakar Hidrogen
1. Infrastruktur Pengisian TerbatasSalah satu kekurangan mobil hidrogen adalah keterbatasan infrastruktur pengisian bahan bakar. Saat ini, stasiun pengisian hidrogen masih sangat sedikit jumlahnya dan kalah jauh dari pengisian bahan bakar fosil maupun listrik.Hal ini membuat mobil hidrogen belum siap digunakan untuk perjalanan jarak jauh atau di area yang memiliki infrastruktur minim.2. Biaya Kendaraan MahalMobil hidrogen masih tergolong mahal, baik dari segi harga jual maupun biaya produksinya. Selain karena teknologi fuel cell yang rumit, tangki bertekanan tinggi yang canggih untuk menyimpan hidrogen juga menelan biaya yang tidak murah.
Tak hanya itu, produksi hidrogen itu sendiri juga menelan biaya yang tak sedikit. Maka, tak heran jika biaya produksi mobil hidrogen sangat tinggi yang akhirnya berimbas ke harga jualnya yang relatif mahal.
Apakah Mobil Hidrogen Sudah Ada di Indonesia?
Mobil hidrogen sudah diproduksi secara global oleh beberapa produsen otomotif besar, tapi jumlahnya memang masih terbatas jika dibandingkan dengan mobil listrik maupun konvensional.
Beberapa contohnya adalah Toyota Mirai, Hyundai Nexo, hingga Honda Clarity. Toyota Mirai merupakan mobil hidrogen pertama yang diluncurkan pada tahun 2014, disusul dengan generasi keduanya di tahun 2020.
Honda Clarity dari Jepang sudah dipasarkan di Amerika Serikat sejak 2016, sedangkan Hyundai Nexo memulai debut globalnya di tahun 2018. Mobil ini diketahui memiliki tangki hidrogen dengan total kapasitas 156 liter dan memiliki jarak tempuh maksimal 611 km.
Lalu, adakah mobil hidrogen di Indonesia? Sampai saat ini belum ada mobil hidrogen yang secara resmi diluncurkan atau diproduksi di Tanah Air. Namun, pemerintah telah menyiapkan sejumlah infrastruktur sebagai langkah persiapan menyambut era mobil hidrogen.
Di tahun 2024, Kementerian ESDM meresmikan stasiun pengisian hidrogen pertama di Indonesia yang berlokasi di Senayan, Jakarta. Hydrogen Refueling Station (HRS) Senayan ini juga melibatkan PT PLN (Persero) yang sebelumnya sudah membangun 21 Green Hydrogen Plant (GHP) pada 2023.
Masa Depan Mobil Hidrogen: Potensi dan Tantangan di Dunia Otomotif
Mobil hidrogen memiliki potensi besar untuk jadi kendaraan masa depan dan menggeser eksistensi mobil listrik dan konvensional. Apalagi Indonesia ikut berkomitmen untuk bebas emisi karbon di tahun 2060 mendatang.
Setidaknya ada dua alasan utama kenapa mobil hidrogen menjadi pilihan tepat untuk dijadikan alat transportasi yang berkelanjutan. Pertama, mobil hidrogen memiliki sejumlah kelebihan, mulai dari ramah lingkungan dengan emisi berupa air hingga waktu pengisian cepat dengan jarak tempuh panjang.
Alasan kedua adalah potensi gren hydrogen yang sangat besar di Indonesia. Green hydrogen atau hidrogen hijau adalah hidrogen yang diproduksi melalui energi terbarukan. Di sisi lain, Indonesia memiliki sumber daya alam yang begitu melimpah, termasuk energi terbarukan seperti angin, air, sinar matahari, biomassa, hingga geothermal.
Meski demikian, mobil hidrogen masih harus menghadapi tantangan besar ke depannya, terutama di Indonesia. Kendala besar terletak pada infrastruktur yang masih sangat minim, baik itu stasiun pengisian hidrogen, infrastruktur penyimpanan hidrogen, hingga pipa dan jaringan transportasi hidrogen.
Pengembangan infrastruktur ini tentunya membutuhkan biaya yang tak sedikit. Selain itu, biaya produksi dan pembelian yang sangat tinggi juga menjadi tantangan tersendiri dalam perkembangan mobil hidrogen, khususnya di Indonesia.
Perkembangan mobil hidrogen di Indonesia memang masih menemui beberapa kendala. Dengan dukungan pemerintah, kolaborasi industri otomotif, serta investasi dalam riset dan infrastruktur, mobil hidrogen berpeluang menjadi alternatif penting dalam upaya mengurangi emisi karbon menuju sistem transportasi yang lebih bersih, berkelanjutan, dan bebas polusi.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani