Menuju konten utama
Natal 2023 dan Tahun Baru 2024

Menanti Strategi Pemerintah Stabilkan Harga Pangan Jelang Nataru

Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah strategis menstabilkan harga kebutuhan pokok jelang Nataru, apalagi harga-harga sudah naik sejak lama.

Menanti Strategi Pemerintah Stabilkan Harga Pangan Jelang Nataru
Pedagang menimbang beras pesanan pembeli di pasar tradisional Masomba, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (13/9/2023). ANTARA FOTO/Basri Marzuki/nz

tirto.id - Lala, mulai merasa was-was ketika memasuki penghujung tahun. Wanita memiliki dua orang anak itu, harus mengatur kembali pos anggaran kebutuhan belanjanya. Sebab, ia sadar kenaikan harga bahan pokok bakal terjadi pada saat jelang Natal dan tahun baru (Nataru).

Bukan sekali dua kali, pola kenaikan harga bahan pokok selalu dirasakan pada saat hari-hari besar keagamaan seperti Lebaran dan Natal. Dalam momen-momen tersebut, wanita berusia 32 tahun itu punya cara agar pengeluaran tidak terlalu jebol.

“Biasanya mulai stok beberapa kebutuhan [pokok] dari sekarang, karena kalau sudah mendekati Nataru bisa lebih [tinggi] lagi harganya,” kata Lala kepada Tirto, Senin (4/12/2023).

Beberapa kebutuhan pokok sudah mulai dicicil Lala. Dari beras, minyak, gula, telur, daging ayam, hingga daging sapi. Meski diakui harganya sudah mulai naik, namun baginya membeli di awal lebih baik dibandingkan pada saat mendekati Natal.

"Iya gakpapah naik sedikit, daripada nanti naiknya makin mahal kan lumayan juga," imbuh dia.

Jika merujuk data panel harga pangan yang dilansir dari laman Badan Pangan Nasional (Bapanas), Senin 4 Desember 2023, beberapa komoditas pangan memang terpantau mengalami kenaikan harga. Beberapa di antaranya seperti beras, cabai, daging sapi, telur, daging ayam, gula, minyak goreng.

Beras medium misalnya, saat ini rerata harganya mencapai Rp13.200 per kilogram (kg) dari yang sebelumnya menyentuh Rp13.140 per kg. Naiknya harga beras medium telah merambah ke beberapa daerah.

Harga beras medium termahal dibanderol Rp30.000 per kg di Kabupaten Puncak, Papua. Sedangkan, untuk yang paling murah dipatok Rp10.500 per kg di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Sedangkan beras premium juga ikut mengalami peningkatan harga. Rerata harganya mencapai Rp15.010 per kg dari yang sebelumnya menyentuh Rp14.960 per kg.

Kenaikan harga beras di sejumlah daerah

Pedagang menata beras jenis medium yang dijual di Pasar Jambu Dua, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.

Untuk cabai rawit merah masih terus mengalami kenaikan harga hingga hari ini. Rerata harganya mencapai Rp84.940 per kg dari yang sebelumnya menyentuh Rp84.430 per kg. Kenaikan harga cabai rawit merah terjadi di semua daerah.

Harga cabai rawit merah termahal dibanderol Rp150.000 per kg di Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku. Sedangkan, untuk yang paling murah dipatok Rp14.000 per kg di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.

Daging sapi juga ikut mengalami kenaikan. Rerata harganya mencapai Rp134.280 per kg dari yang sebelumnya menyentuh Rp134.260 per kg. Daging ayam juga turut mengalami peningkatan harga. Rerata harganya mencapai Rp34.370 per kg dari yang sebelumnya menyentuh Rp34.190 per kg.

Telur juga tengah mengalami kenaikan harga. Rerata harganya mencapai Rp28.310 per kg dari yang sebelumnya Rp28.130 per kg. Kenaikan harga telur telah melanda beberapa daerah. Harga telur termahal dibanderol Rp85.000 per kg di Kabupaten Puncak, Papua. Sedangkan, untuk yang termurah dipatok Rp22.500 per kg di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

Gula hingga saat ini juga masih terus merangkak naik harganya. Rerata harganya mencapai Rp17.210 per kg dari yang sebelumnya menyentuh Rp17.130 per kg. Minyak goreng kemasan saat ini juga ikut mengalami kenaikan. Rerata harganya mencapai Rp17.400 per kg dari yang sebelumnya Rp17.310 per kg.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri, menilai kenaikan harga pangan di awal-awal Desember ini terjadi karena jumlah produksi dan stok beberapa komoditas masih terbatas. Ia pun menepis kenaikan terjadi akibat permintaan tinggi di tingkat konsumen.

“Pertama ini bukan karena permintaan besar ya. Jadi kenaikan murni karena produksi yang terbatas karena memang stok pangan terbatas itu persoalan di sana," kata Abdullah kepada Tirto, Senin (4/12/2023).

Abdullah menuturkan, secara pola tahunan permintaan besar di tingkat masyarakat itu justru terjadi menjelang Nataru. Puncaknya baru akan terlihat pada H-7 sampai H-3 Nataru. Setelahnya di awal-awal tahun biasanya kembali normal.

“Jadi permintaan besar Nataru itu fasenya seminggu menjelang Nataru. Puncaknya di H-3 hari menjelang Natal. Itu puncaknya," ucap dia.

Pedagang gula di pasar Kopro

Pedagang gula di pasar Kopro, Jakarta, Selasa (24/10/2023). (Tirto.id/Hanif Reyhan Ghifari)

Butuh Langkah Strategis dari Pemerintah

Pemerintah, lanjut Abdullah, harus memastikan bahwa stok yang dimiliki pemerintah atau produsen cukup untuk konsumsi masyarakat saat ini. Jika tidak cukup, maka harga sejumlah kebutuhan pokok diprakirakan akan merangkak naik pada saat jelang Nataru.

“Jelang Nataru pasti saat kenaikan permintaan lebih tinggi lagi dari sekarang," kata Abdullah.

Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah, memandang bahwa perlu langkah-langkah strategis dipersiapkan oleh pemerintah. Karena kenaikan harga pada peringatan hari besar sudah dapat diprediksi dan terpola setiap tahunnya.

“Pada peringatan hari besar semisal hari raya keagamaan atau tahun baru permintaan selalu meningkat sekalipun produksi cukup kerap menyebabkan kenaikan harga,” kata Said kepada Tirto, Senin (4/12/2023).

Menurut Said, pemerintah perlu melakukan pemetaan daerah yang produksi. Perhitungan produksi dan perkiraan produksi menurutnya dapat dijadikan data dasar untuk mengambil serangkaian kebijakan.

Misalnya, kata Said, dari hitungan produksi stok cukup untuk menjawab kenaikan permintaan. Namun yang diperlukan upaya dan kepastian juga adalah distribusi dari daerah surplus ke yang minus

“Pemerintah harus sudah punya basis data yang akurat. Salah satunya adanya dashboard sistem informasi pangan (pemantauan) yang dioptimalkan, sehingga pengambilan kebijakan menjadi tepat sasaran," tutur dia.

Said menambahkan, kebijakan impor bisa dilakukan sebagai opsi terakhir jika seluruh kebijakan ditempuh pemerintah tidak berhasil meredam kenaikan harga di lapangan. Selain itu, perlu juga disiapkan rencana dan kebijakan menjaga stabilitas harga dan pasokan. Salah satunya dengan operasi pasar.

“Oleh karenanya pemerintah melalui Bulog misalnya perlu menghitung dan menyiapkan cadangan terutama dengan mengandalkan produksi dalam negeri,” ungkap dia.

Strategi Pemerintah Kendalikan Harga Pangan

Dalam upaya menjaga stabilisasi harga pangan, pemerintah tentu tidak tinggal diam. Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas, turun gunung mengecek langsung kondisi harga barang-barang kebutuhan pokok. Tidak hanya di pasar tradisional Jakarta, beberapa wilayah lainnya juga tak luput dari pijakannya.

Mengawali pekan pertamanya di Desember 2023, Zulhas bersama Plt Sekretaris Jenderal Kemendag, Suhanto, dan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag Isy Karim, memantau langsung ke Pasar Johar Baru Jakarta. Zulhas ingin memastikan stabilitas harga dan pasokan barang-barang kebutuhan pokok aman jelang Nataru.

“Jadi, semua masih stabil. Beras juga stabil tapi tinggi, belum turun. Hanya, memang cabai. Kita terus cari jalan agar cabai ini bisa diatasi karena akan berpengaruh kepada inflasi, meskipun memang setiap Desember seperti itu,” kata Zulhas dalam keterangannya.

Berdasarkan survei Bank Indonesia, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Desember 2023 sebesar 131,2 atau lebih tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong periode Nataru, libur akhir tahun dan sekolah, serta kecenderungan konsumsi yang meningkat. Kondisi ini sesuai dengan pola musiman.

Pada November 2023, inflasi secara bulanan tercatat sebesar 0,38 persen (M-to-M). Inflasi tahun ke tahun pada November 2023 dibandingkan dengan November 2022 (Y-on-Y) adalah sebesar 2,86 persen. Inflasi tersebut masih terjaga dalam sasaran inflasi 2—4 persen.

Menurut Zulhas, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk membantu menekan harga bapok seperti cabai adalah melalui subsidi ongkos kirim. Ia menyampaikan agar pemerintah daerah dapat mensubsidi ongkos kirim jika ada pengiriman dalam jumlah besar.

“Tadi kita juga minta kalau banyak, nanti angkutnya itu bisa disubsidi pemerintah daerah,” kata Zulhas.

Zulhas mengatakan menjaga stok dan stabilitas harga bapok merupakan prioritas utama pemerintah. Pihaknya berkomitmen akan terus memantau ke pasar di berbagai daerah agar perayaan Natal dan tahun baru bisa berlangsung dengan baik.

“Jelang Natal dan tahun baru, Kemendag terus turun ke lapangan, sebelumnya ke Gresik dan Bogor. Jelang Natal dan tahun baru pemerintah menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok dengan harga terjangkau agar Natal dan tahun baru bisa berlangsung dengan baik," tegas Zulhas.

Baca juga artikel terkait NATARU 2024 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz