Menuju konten utama

Lima Investor Asing Tertarik Bangun PLTN 10 Giga Watt di RI

Kapasitas daya terpasang saat ini baru sekitar 90 GW dan lebih dari separuhnya berasal dari batu bara.

Lima Investor Asing Tertarik Bangun PLTN 10 Giga Watt di RI
Adik Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo saat akan memasuki Komplek Istana Kepresidenan untuk menghadiri acara jamuan makan malam atau gala dinner, Rabu malam (23/10/2024). (Tirto.id/M. Irfan Al Amin)

tirto.id - Pemerintah Indonesia berencana akan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan kapasitas 10 giga watt (GW). Ini menjadi ekspansi besar-besaran pemerintah di sektor energi terbarukan (EBT) dilakukan hingga 2040 mendatang.

Utusan Khusus Presiden Energi dan Lingkungan, Hashim Djojohadikusumo, menyampaikan kontrak-kontrak terkait pembangunan PLTN tersebut akan diberikan dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Hal ini bertujuan agar tercapainya netralitas karbon di 2050.

“Banyak kontrak akan.. dalam lima tahun ke depan terutama (kontrak) nuklir karena waktu tunggu yang lama,” ujar Hashim di New York, dikutip dari Reuters, Senin (5/5/2025).

Lebih lanjut, adik dari Presiden Prabowo Subianto itu menuturkan, sejumlah perusahaan tenaga nuklir internasional telah menyampaikan ketertarikannya untuk bergabung dalam rencana tersebut. Beberapa perusahaan itu adalah perusahaan nuklir negara Rusia Rosatom, China National Nuclear Corporation, Rolls Royce dari Inggris, EDF dari Prancis, dan perusahaan reaktor modular kecil AS NuScale Power Corporation.

“Saya pikir mungkin saja mereka akan berinvestasi bersama dengan lembaga seperti Danantara,” katanya.

Hanya saja, hingga kini belum ada keputusan yang dibuat tentang lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir. Mengingat topik lokasi PLTN sendiri pun merupakan isu kontroversial bagi negara yang berada di Cincin Api Pasifik, di mana tempat berbagai lempeng di kerak Bumi bertemu sehingga meningkatkan risiko gempa bumi dan aktivitas gunung berapi.

Meski demikian, dia mengatakan wilayah Indonesia bagian barat cocok untuk pembangkit nuklir tunggal yang bisa menghasilkan daya sekitar 1 GW. Sementara untuk wilayah timur, lebih cocok untuk pembangkit nuklir modular kecil terapung yang dapat menghasilkan hingga 700 megawatt.

Untuk diketahui saja, kapasitas daya terpasang saat ini baru sekitar 90 GW dan lebih dari separuhnya berasal dari batu bara. Energi terbarukan hanya sekitar 15 GW dari kapasitas saat ini, dan negara ini tidak memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir.

Oleh karenanya, hingga 2040 mendatang Indonesia ingin menambah kapasitas listrik sebesar 103 GW yang terdiri dari 75 GW dari tenaga surya, angin, panas bumi, dan biomassa, 10 GW dari energi nuklir, dan 18 GW dari gas.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan, pemerintah akan mempercepat pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) melalui revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Targetnya, Indonesia sudah mengoperasikan PLTN dengan kapasitas 250 Megawatt (MW) hingga 2030.

Rancangan PP tersebut telah disetujui oleh para menteri terkait dan tinggal menunggu pengesahan dari Presiden Prabowo Subianto.

Dalam rancangan PP KEN yang baru, posisi energi nuklir tidak lagi dianggap sebagai opsi terakhir seperti dalam PP 79/2014, melainkan diposisikan sejajar dengan energi baru dan terbarukan lainnya untuk mencapai target dekarbonisasi nasional.

“Lebih detail RPP KEN tersebut. Di sana sudah ada angka terkait dengan road map-nya. Jadi sampai 2030 250 MW. Kemudian naik ekspansif sampai 2060 itu ke angka 45-53 GW (Gigawatt),” ujar Dadan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR, Rabu (30/4/2025).

Baca juga artikel terkait NUKLIR atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Insider
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Dwi Aditya Putra