tirto.id - Benazir Bhutto adalah Perdana Menteri Pakistan periode 1988-1990 dan 1993-1996. Banyak kontroversi yang melingkupi sosok pemimpin perempuan pertama di negara muslim pada era modern ini, hingga berujung pada tragedi kematiannya pada 27 Desember 2007.
Pemerintahan Benazir Bhutto di Pakistan merupakan pemerintahan koalisi dengan anggota parlemen independen dari Provinsi Sindh. Namun, koalisi tersebut rapuh. Baru setahun Benazir Bhutto menjabat perdana menteri pada 1988, koalisi terpecah-belah karena ketegangan etnis di provinsi itu meningkat.
Tanpa dukungan koalisi, Benazir Bhutto tidak dapat meloloskan undang-undang untuk mengatasi masalah kritis Pakistan, termasuk kemiskinan yang meluas, korupsi, dan meningkatnya kejahatan. Benazir Bhutto pun harus menanggung beban atas hubungan yang tidak harmonis dengan para petinggi militer.
Kontroversi dalam Kehidupan Politik Benazir Bhutto
Pada Agustus 1990, Presiden Pakistan kala itu, Ghulam Ishaq Khan, memberhentikan Benazir Bhutto dari posisi sebagai perdana menteri atas tuduhan korupsi serta dugaan penyimpangan lainnya.
Dalam pemilihan umum di Pakistan pada Oktober 1990, partai pimpinan Benazir Bhutto, yakni Partai Rakyat Pakistan atau Pakistan People's Party (PPP), mengalami kekalahan.
Setelah itu, Benazir Bhutto memimpin oposisi melawan Perdana Menteri Pakistan penggantinya, Nawaz Sharif. Perjuangan Benazir Bhutto akhirnya membuahkan hasil.
PPP berhasil mengalahkan Partai Liga Muslim Pakistan (PML-N) pimpinan Nawaz Sharif di nyaris semua provinsi dalam pemilihan umum pada Oktober 1993.
Untuk kedua kalinya, Benazir Bhutto terpilih sebagai Perdana Menteri Pakistan. Sedangkan kursi presiden dijabat oleh Farooq Leghari, juga dari Partai Rakyat Pakistan.
Dalam masa jabatan keduanya itu, Benazir Bhutto membuat kemajuan dalam hubungan luar negeri Pakistan, menarik investasi asing di negara itu, dan mengimplementasikan program-program sosial.
Akan tetapi, Pakistan terus mengalami kondisi ekonomi, hukum, dan keamanan yang tidak stabil. Situasi yang kurang kondusif bagi Benazir Bhutto ini diperparah dengan skandal yang melibatkan keluarganya terkait tuduhan korupsi.
Dalam pemilihan umum 1997, PPP yang dipimpin Benazir Bhutto menderita kekalahan telak dari PML-N pimpinan Nawaz Sharif. Pemerintahan baru Pakistan terus mengejar tuduhan korupsi terhadap Benazir Bhutto dan keluarganya.
Benazir Bhutto dan suaminya, Asif Ali Zardari, meninggalkan Pakistan. Mereka ditengarai memiliki uang ratusan juta dolar AS yang tidak diketahui dari mana sumbernya. Tudingan penyelewengan terhadap Benazir Bhutto pun semakin kencang.
Tragedi Kematian Benazir Bhutto
Benazir Bhutto bakal ditangkap jika dia kembali ke Pakistan. Oleh karena itu, Benazir Bhutto tetap berada di Inggris dan Uni Emirat Arab.
Pada 2007 atau setelah lebih dari 8 tahun, Benazir Bhutto akhirnya bersedia pulang ke Pakistan setelah Presiden Pervez Musharraf memberikan amnesti kepadanya atas semua tuduhan korupsi, membuka jalan bagi kepulangannya, serta kemungkinan kesepakatan pembagian kekuasaan.
Kepulangan Benazir Bhutto disambut unjuk rasa, bahkan terjadi serangan bunuh diri yang menewaskan 136 orang. Benazir Bhutto selamat lantaran berlindung di belakang kendaraan lapis baja.
Benazir Bhutto mengatakan itu adalah "hari paling gelap" Pakistan ketika Presiden Musharraf memberlakukan keadaan darurat pada 3 November 2007.
Selamat dari percobaan pertama, Benazir Bhutto bernasib malang di percobaan berikutnya. Tanggal 27 Desember 2007, ia meninggal dunia akibat serangan bom bunuh diri. Kematian tragis juga menimpa dua saudara Benazir Bhutto.
Saat itu, Benazir Bhutto baru saja selesai berkampanye. ia ingin maju sebagai perdana menteri untuk ketiga kalinya.
Murtaza, saudara Benazir Bhutto yang lain, selamat dari insiden itu melarikan diri ke Afghanistan. Saat kembali ke Pakistan, ia ditembak mati. Sampai saat ini, kasus pembunuhan tersebut masih gelap.
Beberapa tahun sebelumnya, Shahnawaz, juga saudara laki-laki Benazir Bhutto, tewas secara misterius di apartemen French Riviera, Cannes, Prancis.
Terlepas dari segala kontroversi yang menaungi perjalanan hidup dan politiknya, Benazir Bhutto tetap dikenang sebagai perempuan pendobrak politik Pakistan. Pada 2008, Benazir Bhutto secara anumerta menerima penghargaan dari PBB di bidang Hak Asasi Manusia (HAM).
Penulis: Fadhillah Akbar Zakaria
Editor: Iswara N Raditya