tirto.id - Uni Soviet atau USSR (Union of Soviet Socialist Republics) yang berdiri sejak 30 Desember 1922 resmi runtuh pada 26 Desember 1991. Ada beberapa faktor yang menjadi fakta sejarah bubarnya Uni Soviet pada era pemerintahan Mikhail Gorbachev (1985-1991).
,
Ada beberapa penyebab yang merupakan latar belakang runtuhnya Uni Soviet, termasuk kebijakan yang diterapkan Gorbachev seperti Glasnost dan Perestroika, kemudian demokratisasi, bubarnya Pakta Warsawa, beban masalah ekonomi, serta hukum keteraturan yang diterapkan di negara tersebut.
Bubarnya Uni Soviet sebagai negara komunis adidaya dunia, mengakibatkan pula runtuhnya kekuasaan komunis internasional. Hal tersebut sekaligus mengakhiri Perang Dingin yang terjadi antara USSR melawan Amerika Serikat sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Beberapa negara yang sebelumnya berada di bawah Uni Soviet kemudian memiliki kebebasan untuk menentukan kebijakan politik mereka sendiri, seiring dengan bubarnya negara komunis terbesar pada masanya itu.
Dampak runtuhnya Uni Soviet tidak hanya dirasakan oleh di bekas wilayah negara mereka, tetapi juga di dunia. Pasalnya, banyak negara komunis di dunia juga ikut melemah sebagai akibat dari bubarnya USSR.
Faktor-faktor Penyebab Runtuhnya Uni Soviet
Uni Soviet berdiri pada 1922 yang kemudian salah satu kekuatan terbesar di dunia selain Amerika Serikat. USSR atau Uni Soviet menganut paham Sosialisme Marxis dan merupakan salah satu negara komunis terbesar pada masanya.
Selain Rusia, Uni Soviet terdiri dari beberapa negara atau bangsa seperti Ukraina, Georgia, Belarusia, Armenia, Azerbaijan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Turkmenistan, Moldova, Latvia, Tajikistan, Estonia, dan Lithuania.
Kedigdayaan Uni Soviet yang merupakan pesaing terberat Amerika Serikat sejak usainya Perang Dunia II mulai meluruh pada masa pemerintahan Mikhail Gorbachev yang berkuasa sejak 1985. Berikut ini beberapa faktor penyebab runtuh atau bubarnya Uni Soviet yang terjadi pada 1991:
Bubarnya Pakta Warsawa
Amos Yoder dalam Communism in Transition: The End of the Soviet Empires (1993) menyebutkan, tujuan dibentuknya Pakta Warsawa oleh Blok Timur adalah sebagai penyeimbang NATO bentukan Blok Barat yang dimotori Amerika Serikat dan para sekutunya.
Lantaran berbagai polemik internal yang terjadi, Pakta Warsawa tidak sesolid NATO. Negara-negara anggota Pakta Warsawa satu per satu kemudian melepaskan diri.
Hingga akhirnya, Pakta Warsawa dibubarkan pada 25 Februari 1991. Secara resmi, pembubaran ini dilakukan tanggal 1 Juli 1991. Beberapa bulan kemudian, Uni Soviet pun dinyatakan runtuh.
Beban Masalah dan Tragedi Chernobyl
Di bawah kepemimpinan Mikhail Gorbachev, Uni Soviet memiliki masalah yang kompleks. Tidak hanya masalah dalam negeri, tetapi juga masalah luar negeri yang yang harus segera diselesaikan.
Berbagai masalah tersebut dianggap tidak bisa diselesaikan dengan cara sosialis-komunis. Oleh karena itu, Gorbachev kemudian membuat Uni Soviet menjadi negara yang lebih terbuka.
Di saat yang sama, Uni Soviet sedang berusaha mempertahankan pengaruhnya di dunia. Akan tetapi, tragedi kebocoran nuklir Chernobyl di Ukraina, membuat kepercayaan negara-negara di dunia menjadi hilang. Pasalnya, banyak negara yang mengalami dampak dari tragedi tersebut.
Kebijakan Perestroika
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Mikhail Gorbachev untuk mengatasi beban masalah Uni Soviet adalah menerapkan kebijakan Perestroika.
Tujuan dari Perestroika adalah melakukan restrukturalisasi dalam negara. Kebijakan tersebut menimbulkan pro-kontra yang pada akhirnya justru semakin melemahkan Uni Soviet.
Kebijakan Glasnost
Kebijakan Glasnost atau keterbukaan di Uni Soviet memungkinkan rakyat memiliki hak milik atas suatu barang dan perusahaan swasta, menyuarakan pendapat di media massa, membiarkan media menampilkan berita apapun, hingga membiarkan memasukkan unsur kebebasan agama dalam kehidupan masyarakat.
Praktek keterbukaan ini ternyata tidak cocok diterapkan di Uni Soviet. Pada masa sebelumnya, hal-hal seperti itu dikendalikan sepenuhnya oleh negara. Akibatnya, kebijaka Glasnost justru memicu perpecahan di internal Uni Soviet.
Demokratisasi
Sejak berdiri pada 1922, Uni Soviet menggunakan sistem satu partai untuk memilih dan menentukan wakil di parlemen. Akan tetapi, Gorbachev membuatnya menjadi lebih demokratis dan mengizinkan rakyat untuk memilih sendiri wakilnya di parlemen.
Situasi tersebut membuat pengaruh partai komunis di Uni Soviet kian pudar, dan membuat USSR yang sebelumnya merupakan negara sosialis-komunis berubah menjadi lebih demokratis.
Hukum Keteraturan
Tidak hanya mengubah kebijakan di pemerintahan, Mikhail Gorbachev benar-benar membuat Uni Soviet menjadi negara yang menjunjung hak asasi manusia.
Akan tetapi, kebijakan-kebijakan yang dijalankan pemerintahan Gorbachev tersebut gagal dilaksanakan. Pasalnya, ada banyak pihak yang kontra dan berencana melakukan kudeta.
Meski kudeta tersebut gagal, tetapi Gorbachev kemudian memutuskan mundur sebagai kepala negara. Di saat bersamaan, saat situasi belum dapat diatasi, berbagai wilayah Uni Soviet memproklamirkan kemerdekaannya dan lepas dari Uni Soviet.
Dimulai dengan merdekanya Georgia pada 1990, wilayah Uni Soviet lainnya ikut menyusul memproklamirkan diri. Uni Soviet pun akhirnya resmi runtuh pada 30 Desember 1991.
Dampak Bubarnya Uni Soviet
Runtuhnya kekuasaan Uni Soviet sebagai negara komunis adidaya di dunia berakibat pada pudarnya kekuasaan komunis internasional. Hal tersebut sekaligus membuat Amerika Serikat memenangkan Perang Dingin yang dimulai sejak usainya Perang Dunia II.
Banyaknya negara yang berbeda adat dan budaya yang sebelumnya berada di bawah Uni Soviet berhasil merdeka dan menyelenggarakan pemerintahan serta kedaulatan sendiri.
Negara-negara bekas Uni Soviet kemudian mendirikan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (Commonwealth of Independent States). Namun, tiga negara Baltik, yakni Estonia, Lithuania, dan Latvia, tidak bergabung dengan perkumpulan tersebut.
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Iswara N Raditya