tirto.id - Sejumlah musisi berkumpul di sebuah studio besar di New York pada September 1984. Satu set orkestra lengkap disiapkan. Kiri Te Kanawa, penyanyi opera kelahiran Selandia Baru datang dari Prancis selatan setelah berlibur bersama keluarganya.
Sementara José Carreras datang dari Verona setelah beberapa waktu sebelumnya tampil untuk opera Carmen. Rekaman pun dimulai. Tema opera yang dinyanyikan: West Side Story, karya Leonard Bernstein.
Setelah beberapa waktu, rekaman itu tidak berjalan sesuai harapan.
“John! Tolong jangan lakukan ini! Jangan memberikan pelajaran pengucapan kosakata dengan pengeras suara!”
Kalimat itu terlontar dari mulut Leonard Bernstein, konduktor sekaligus pencipta musik yang berwenang di ruang studio rekaman. Ia membentak John, orang yang bertanggung jawab di bagian pengucapan dan pelafalan kata-kata bahasa Inggris untuk José Carreras yang kala itu jadi penyanyi tenor utama.
Carreras adalah penyanyi tenor kelahiran Spanyol. Ia memang beberapa kali salah melafalkan sejumlah kata dalam lagu itu.
Amarah Leonard Bernstein mulai memuncak. Carreras yang kala itu berusia 38 tahun berulang kali gagal mengikuti tempo arahannya. Bahkan, di beberapa tempat ia salah mengambil nada. Proses rekaman pun berlangsung cukup lama karena banyak bagian yang harus diulang.
“Maaf, saya tidak punya nomor dalam partitur saya, maestro,” ujar Carreras kepada Bernstein ketika akan menyanyikan ulang salah satu bagian.
Karena tensi mulai memanas, mungkin juga mulai kelelahan, mereka sepakat untuk berhenti sejenak sambil mendengarkan rekaman yang sudah diambil. Bernstein mengambil jaketnya kemudian duduk di sebelah John. Mereka mengevaluasi apa yang baru saja direkam.
Bernstein membakar rokok. Ia beberapa kali menutup matanya dengan kedua tangan dan menggeleng-gelengkan kepala. Kepada John ia bilang bahwa mereka harus merekam ulang hampir semuanya.
Carreras yang juga tak kalah frustasi, sepakat. Ia paham performanya kala itu benar-benar tidak sesuai dengan ekspektasi sang konduktor. Namun, karena Carreras punya potensi hebat, tekun, dan serius menjadi penyanyi opera, maka rekaman itu akhirnya rampung dan dipublikasikan dengan judul West Side Story.
Carreras melanjutkan karier musiknya, ia bergabung dengan grup The Three Tenors bersama Plácido Domingo dan Luciano Pavarotti. Ia berhasil menempatkan namanya di jajaran elite penyanyi opera laki-laki.
Belakangan, dalam sebuah wawancara Bernstein mengenang proyek rekaman itu.
“Saya selalu membayangkan West Side Story adalah cerita soal kehidupan remaja. Tapi dalam rekaman tidak ada satupun penyanyi remaja. Tapi karena ini rekaman suara, mereka tak harus terlihat seperti berusia 16 tahun. Karena itu kami memutuskan memilih penyanyi opera kelas wahid dan itu terbukti berhasil,” kata Bernstein.
Proses rekaman West Side Story meninggalkan cerita dan kesan yang mendalam dalam perjalanan karier Carreras. Ia mengalami langsung bagaimana kharisma dan kekuatan karakter Bernstein kala berdiri memimpin di depan orkestranya.
Karier Bernstein yang lahir pada 25 Agustus 1918 sendiri terbilang cemerlang. Ia dianggap sebagai salah satu musisi paling penting pada masanya. Ia menjadi konduktor Amerika pertama yang menerima pengakuan internasional.
Kritikus musik Donal Henahan menyebutkan bahwa Bernstein adalah salah satu musisi paling berbakat dan sukses dalam sejarah negaranya. Ia menerima tujuh penghargaan Emmy Awards, dua Tony Awards, enam belas Grammy, Lifetime Achievement Award, dan Kennedy Center Honor.
Jauh-jauh hari, Bernstein telah memiliki latar belakang musik formal yang baik. Pada 1935 ia mendaftar di Harvard College untuk mendalami musik dan komposisi. Di tahun itu juga ia telah menulis karya pertamanya, Psalm 148 untuk vokal dan piano. Ia juga aktif menjadi pianis mengiringi penampilan film bisu untuk Harvard Film Society.
Di akhir masa studi ia menulis tesis berjudul “The Absorption of Race Elements into American Music” yang kemudian diterbitkan. Di Harvard, ia bertemu mentornya David Prall yang punya pandangan multidisipliner tentang seni yang menginspirasi Bernstein di sepanjang kariernya.
Setelah lulus dari Harvard College, Bernstein pindah ke New York. Tempat tinggalnya kala itu berpindah-pindah dari satu apartemen ke apartemen lainnya. Ia menafkahi diri dengan mengajar piano dan menjadi pelatih vokal.
Kemudian ia mendapat pekerjaan sebagai penulis transkripsi musik Jazz dan Pop untuk Harms-Witmark dan memublikasikan pekerjaannya dengan nama pena Lenny Amber.
“Goodbye, Lenny”
Pekerjaan sebagai konduktor mula-mula ia dapatkan pada 1943 ketika diangkat menjadi asisten konduktor oleh Artur Rodzínski-- konduktor utama New York Philharmonic. Suatu hari, konduktor Bruno Walter yang semestinya tampil mendadak berhalangan karena terserang flu berat.
Tak ada nama lain kecuali Bernstein. Ia menggantikan Walter dan tampil tanpa latihan. Padahal, repertoar konsernya terbilang sangat menantang. Mereka dijadwalkan memainkan karya Schumann, Wagner, Strauss, dan lain-lain.
Malam itu Bernstein berhasil menepis semua keraguan. Ia tampil memukau dalam memimpin orkestra. Keesokan harinya, The New York Times memuat cerita sukses konser di Carnegie Hall itu dengan komentar: "Ini adalah cerita sukses Amerika yang bagus."
Surat kabar lainnya juga memuat cerita yang sama. CBS Radio Network ikut mengangkat namanya ke puncak popularitas.
Antara 1945 hingga 1947, Bernstein menjadi direktur musik untuk New York City Symphony yang baru dibentuk setahun sebelumnya oleh konduktor Leopold Stokowski. Pada 1946, Bernstein sempat melakukan debut di luar negeri dengan memimpin Czech Philharmonic Orchestra konser di Prague.
Ketika namanya semakin sering terdengar di berbagai gelaran orkestra, ia didaulat menjadi direktur musik untuk New York Philharmonic pada 1957. Ia menempati posisi itu bersama Dimitri Mitropoulos. Setahun kemudian, Bernstein baru menjadi direktur musik tunggal.
Pada masa itu, sebagai bagian dari masyarakat New York, kehidupan pribadi Bernstein cukup dinamis. Pekerjaannya sebagai musisi membuat hidupnya makmur. Terutama setelah karyanya Candide dan West Side Story diakui oleh publik. Mulai populernya televisi semakin mewarnai karya-karyanya.
Pada tahun 1969, ia mundur dari posisi direktur musik karena diangkat menjadi Laureate Conductor. Bersama New York Philharmonic, ia melanjutkan konser dan merekam banyak karya hingga penghujung kariernya.
Waktu senggang yang cukup banyak baru didapatkan pada 1980-an, ketika Bernstein sudah mulai berjarak dengan New York Philharmonic.
“Banyak waktu senggang untuk Bernstein setelah ia meninggalkan orkestra New York itu. Ia jadi punya kesempatan untuk fokus pada kebebasan berkembang dengan banyak orkestra lain dan melihat ulang karya-karya klasik yang pernah ditampilkan,” tulis Allen Shawn dalam bukunya Leonard Bernstein: An American Musician (2014:264).
Pada 9 Oktober 1990 Bernstein mengumumkan pensiun sebagai konduktor. Lima hari kemudian ia meninggal di apartemennya di New York pada usia 72 tahun.
Dalam prosesi penguburannya, banyak pekerja konstruksi di Manhattan mengangkat topi sambil mengucap “Goodbye, Lenny”. Ia dikuburkan bersama satu set cetakan Simfoni no. 5 Gustav Mahler yang dibuka pada halaman Adagietto yang terkenal.
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi