Menuju konten utama

Kisah Edwin Armstrong yang Menemukan Radio FM

Sempat kaya raya ketika popularitas radio makin mendunia, Armstrong akhirnya frustasi karena terus-menerus berhadapan dengan masalah hukum dan finansial.

Kisah Edwin Armstrong yang Menemukan Radio FM
Header Mozaik Edwin Howard Armstrong. tirto.id/Ecun

tirto.id - Gagasan untuk mengembangkan teknologi komunikasi nirkabel telah dimulai sejak 1890-an. Karl Ferdinand Braun, insinyur teknik asal Jerman, memberi kontribusi penting dalam pengembangan telegraf dan televisi. Bersama dengan Guglielmo Marconi, insinyur asal Italia, keduanya dikenal sebagai pelopor teknologi telegraf nirkabel.

Pada 1895, Marconi berhasil mengirim pesan kode morse nirkabel ke tempat yang berjarak lebih dari satu kilometer. Meski banyak insinyur di Rusia, AS, dan Jerman yang mengerjakan hal serupa, dua tahun kemudian Marconi menerima hak paten dari Inggris atas radio yang berawal dari pengembangan telegraf.

Masalahnya, sinyal yang dihasilkan radio buatan Marconi masih sangat sederhana dan cenderung mudah terganggu.

Melihat celah dalam penelitian gelombang radio itu, para ilmuwan seperti Reginald Fessenden, Lee De Forest, dan Cyril Elwell bekerja keras mencari cara untuk mengembangkan sinyal komunikasi nirkabel ini. Tujuan mereka sama yaitu menyiarkan pesan yang lebih canggih ketimbang sekadar kode morse.

Pada 1914, Reginald Fessenden, insinyur Kanada yang pernah bekerja di laboratorium milik Thomas Alfa Edison, berhasil membangun alternator yang sanggup mempertahankan gelombang siaran konsisten dan cukup kuat untuk mentransmisikan suara dan musik sejauh ribuan mil.

Sejak itu ia dikenal sebagai penemu radio khusus yang memformulasi dua sinyal frekuensi tinggi untuk membawa frekuensi suara manusia. Perubahan tinggi amplitudo yang beroperasi dalam alatnya membuat gelombang itu disebut modulasi amplitudo (AM).

Tak lama kemudian Fessenden mengirimkan siaran radio pertama dari Brant Rock Station di Massachusetts ke kapal-kapal di lautan. Pengiriman sinyal itu ia lakukan pada malam natal tahun 1906.

Selain Fessenden, radio juga menginspirasi seorang anak kelahiran New York, Edwin Howard Armstrong yang baru berusia 11 tahun kala Marconi berhasil mengirim berita radio melintasi Samudra Atlantik. Di saat itulah Armstrong bertekad untuk mempelajari teknik elektro hingga berhasil diterima dan lulus dari Universitas Columbia pada 1913.

Pada tahun-tahun pertama perkuliahan, Armstrong menyelidiki tabung audion yang berupa tiga tabung vakum buatan Lee De Forest--pelopor pengembangan telegrafi dan televisi nirkabel.

Di kemudian hari, De Forest dan Armstrong justru terlibat dalam urusan hukum yang berkepanjangan bahkan sampai 14 tahun. Perselisihan di antaranya melibatkan hak paten, berebut klaim hasil temuan, dan lain-lain.

Radio FM dan Akhir yang Tragis

Modulasi amplitudo penemuan Fessenden juga punya kelemahan. Meski frekuensi sinyal AM bisa menjangkau tempat yang sangat jauh, sinyal ini rentan terhadap "noise" atau suara statis. Melihat kelemahan gelombang AM, Armstrong sejak awal sengaja memikirkan cara untuk mengatasi masalah itu.

Akan tetapi hampir tiga tahun penelitiannya tak menghasilkan inovasi yang signifikan. Di masa kuliah, ketertarikannya meneliti soal frekuensi radio justru membantunya dalam menciptakan sirkuit regeneratif--alat penangkap dan penerus gelombang sinyal pertama yang dapat diandalkan.

Pada 1918, ia juga berhasil menciptakan sirkuit superheterodyne yang dikenal dengan sebutan superhet. Dengan alat ini, gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi bisa diterima, diubah, dan diperkuat sesuai kebutuhan.

Selain temuan itu, Armstrong terus menghasilkan alat-alat yang mendukung penggunaan gelombang suara. Di antara alat-alat itu, ada pemancar yang digunakan untuk memanggil gelombang yang tidak terlihat.

Pada 1933, Armstrong menghasilkan pencapaian terbesar sepanjang kariernya di bidang teknik elektro yaitu wide-band frequency modulation (radio FM). Meski sinyal FM tidak dapat menjangkau jarak yang lebih jauh dari AM, sinyal FM jauh lebih tahan terhadap gangguan kebisingan bahkan cuaca buruk sekalipun. Dampaknya suara yang dihasilkan akan terdengar lebih jernih.

Di tahun itu juga Armstrong menerima hak paten untuk metode menerima radio osilasi frekuensi tinggi.

“Terobosan Armstrong memungkinkan para insinyur untuk mengubah-ubah panjang gelombang udara, melipatgandakan kekuatan pemindahan informasi,” tulis Scott Woolley dalam bukunya The Network: The Battle for the Airwaves and the Birth of the Communications Age (2016:9)

Bersama David Sarnoff, kerabat dekatnya yang punya kepekaan tinggi di sisi bisnis, Armstrong menjadi kaya dengan memegang hak distribusi radio.

Sarnoff menjalankan Radio Corporation of America (RCA), perusahaan terbesar di dunia yang memproduksi radio AM dan alat-alat elektronik lainnya. Ia juga memimpin National Broadcasting Company.

Armstrong kemudian menikahi sekretaris Sarnoff. Setelah Perang Dunia I usai, ia kembali ke Universitas Columbia untuk menjadi asisten peneliti Michael Pupin, fisikawan yang ia hormati sejak remaja. Pada periode ini, Armstrong mulai menjual hak paten atas sirkuitnya kepada perusahaan besar termasuk RCA.

Meski sempat kaya raya ketika popularitas radio makin mendunia, Armstrong rupanya menjadi frustasi karena terus-menerus berhadapan dengan masalah hukum dan finansial.

Hak paten FM yang awalnya memberi keuntungan finansial besar-besaran justru menjadi sumber masalah utamanya. Pasalnya, penemuan FM mengganggu stabilitas bisnis RCA yang sudah terlanjur mengandalkan AM.

Karena mengganggu korporasi besar, hubungan Armstrong dengan Sarnoff pun akhirnya merenggang.

Infografik Mozaik Edwin Howard Armstrong

Infografik Mozaik Edwin Howard Armstrong. tirto.id/Ecun

Armstrong juga dirundung ketakutan seandainya hasil temuannya itu dimanfaatkan oleh “musuh-musuh” AS seperti Rusia dan Jepang.

Cekcok rumah tangga juga tak terhindarkan. Esther Marion, istrinya, akhirnya memilih pergi dan tinggal bersama saudara perempuannya.

Pada 1940, RCA menawarkan Armstrong imbalan senilai satu juta dolar AS untuk lisensi non-eksklusif untuk menggunakan paten FM. Tawaran ini ditolaknya mentah-mentah.

Ia menilai RCA hanya memikirkan bisnis dan tidak mengutamakan asas keadilan bagi perusahaan-perusahaan radio lainnya yang juga memegang lisensi. Alasan itu terutama karena RCA membuat perusahaan lain harus membayar dua persen dari hasil penjualan mereka.

Perselisihan dengan RCA berlarut. Bahkan, para peneliti yang dibiayai oleh RCA diberi tugas untuk mengembangkan FM versi mereka sendiri. Selain itu, mereka juga mendorong perusahaan lain agar tidak membayar royalti kepada Armstrong.

Pada 1948, kemarahan Armstrong memuncak. Ia memutuskan untuk mengajukan gugatan terhadap RCA. Dalam gugatannya, Armstrong menyebut RCA sengaja menentang dan merusak nilai dari penemuannya dan menuntut mereka membayar ganti rugi tiga kali lipat.

Proses hukum ini berkepanjangan dan berdampak pada kesulitan finansial Amstrong, terutama ketika hak paten utamanya berakhir pada 1950.

Pada suatu malam tanggal 31 Januari 1954, Armstrong yang putus asa melompat dari jendela River House, apartemennya yang berlokasi di lantai 13. TheNew York Times menggambarkan isi catatan bunuh dirinya kepada sang istri sepanjang dua halaman.

Ia dikuburkan di permakaman Locust Grove, Merrimac, Massachusetts.

Baca juga artikel terkait RADIO FM atau tulisan lainnya dari Tyson Tirta

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Tyson Tirta
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi