tirto.id - Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian (IKFT Kemenperin),Taufiek Bawazier, menyebut 80 persen bahan baku industri obat yang berbahan dasar kimia, masih dipasok oleh Cina dan India.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2023 misalnya, indonesia mengimpor Bahan Baku Obat (BBO) hingga 1,27 miliar dolar Amerika Serikat (AS), naik dari tahun sebelumnya yang hanya senilai 509 juta dolar AS.
Dari total impor tersebut, 45 persen berasal dari Cina, disusul India sebesar 27 persen, Amerika Serikat 8 persen, dan 20 persen dari sejumlah negara lainnnya.
"Banyak dari India dan Cina, itu dua besar yang suplai (Bahan Baku Obat untuk Indonesia)," kata Taufiek, usai Pembukaan Indonesia Pharmaceutical dan Cosmetic for Sustainability (IPCS) 2025, di Gedung Kementerian Perindustrian, Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu (12/11/2025).
Karena kondisi ini, Kemenperin lantas mencoba untuk meningkatkan produksi obat tradisional dengan bahan baku obat alami. Harapannya, ke depan realisasi impor Bahan Baku Obat akan semakin berkurang.
Pada saat yang sama, pemerintah juga akan meningkatkan kinerja industri petrokimia nasional yang pada dasarnya merupakan jantung dari berbagai sektor industri, termasuk industri obat. Melalui penguatan industri petrokimia ini, Indonesia diharapkan bisa semakin mandiri dalam menciptakan bahan baku obat sendiri sekaligus juga dapat meningkatkan produksi bahan aromatik.
"Jadi, selain dua jurus tadi, yang kimia kita push untuk diperkuat di dalam negeri dari hulunya, yang dari bahan alami kita push untuk kita perkuat dari Indonesia. Jadi, disitulah sebetulnya nanti kita akan saling mensubstitusi, bukan mensubstitusi, memang komplementer di dalam konteks penguatan obat nasional Indonesia," jelas Taufiek.
Menurut Taufiek, saat ini Indonesia sudah bisa memproduksi obat sendiri melalui optimalisasi bahan alam. Sebagai contoh, obat diabetes yang kini telah dipasarkan sampai ke Inggris dibuat dengan bahan baku meniran.
"Artinya, secara bertahap. Cuma mungkin ke depan yang obat-obat yang aktif ingredient-nya, ini harus bisa masuk ke dalam sistem resep obat. Itu yang paling penting. Jadi, ke depan supaya itu menciptakan demand dari dalam negeri, artinya selain dari ekspor, demand itu karena efisiasinya, kemanfaatannya dari obat itu bisa menyembuhkan berbagai penyakit yang asli Indonesia," tutur Taufiek.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































