Menuju konten utama

Kemendag Ungkap Penyebab Stok Beras SPHP di Pasar Ritel Kosong

Agar kekosongan stok tidak terjadi lebih lama, Kemendag berharap penyaluran beras SPHP oleh Bulog dapat dipercepat.

Kemendag Ungkap Penyebab Stok Beras SPHP di Pasar Ritel Kosong
Pedagang menata beras SPHP di Pasar Sentral Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (15/7/2025). ANTARA FOTO/Andry Denisah/bar

tirto.id - Dirjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN), Moga Simatupang, mengakui pasokan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang belum tersalurkan seluruhnya membuat stok beras di toko-toko ritel modern kosong.

Padahal, berdasarkan rapat koordinasi terbatas (Rakortas) di Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pangan, telah disetujui penyaluran beras SPHP oleh Perum Bulog ini sudah bisa disalurkan sejak 17 Juli-31 Desember 2025.

Namun, dari laporan Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo), sampai Selasa (6/8/2025) baru 540 ton yang masuk ke pasar ritel moderen.

"Sejauh ini memang untuk ritel modern, berasnya laporannya kemarin dari Aprindo baru 540 ton yang masuk," kata Moga, kepada awak media di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Rabu (6/8/2025).

Karenanya, agar kekosongan stok tidak terjadi lebih lama, Moga berharap penyaluran beras SPHP oleh Bulog dapat dipercepat. Meski begitu, ia enggan menjelaskan mengapa penyaluran beras SPHP oleh Bulog berjalan lambat.

Namun yang pasti, dalam Rakortas sebelumnya bersama Asosiasi ritel, Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), hingga Bulog telah berkomitmen untuk segera menyalurkan pasokan beras SPHP.

"Mereka berkomitmen segera mendistribusikan secepatnya untuk beras SPHP," tambahnya.

Sebelumnya Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Iqbal Shoffan Shofwan, membantah isu kelangkaan beras di ritel modern. Sebaliknya, ketersediaan beras nasional aman dan mencukupi.

"Jadi bukan langka karena ditarik, tapi karena memang verifikasinya lama. Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia) dan anggotanya saat ini lebih berhati-hati dalam menerima beras baru dari suplier. Mereka memastikan data dalam kemasan sesuai, termasuk berat dan standar SNI,” ujar Iqbal di Jakarta, Senin (4/8/2025).

Meski begitu, menurutnya keterlambatan distribusi beras di ritel modern terjadi karena proses verifikasi ketat yang dilakukan oleh para peritel, bukan karena penarikan produk dari pasar. Menurutnya, proses verifikasi tersebut dilakukan guna memastikan keamanan penjualan bagi peritel dan kenyamanan bagi konsumen.

"Soal stok beras, sangat amat cukup. Berdasarkan data yang kami miliki, tidak ada alasan untuk menyebut terjadi kelangkaan,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait BERAS SPHP atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra