Menuju konten utama
Liga Indonesia 2017

Karier Prematur Juru Taktik Liga 1

Liga 1 2017 baru bergulir setengah bulan tapi sudah memakan korban. Sejumlah pelatih diberhentikan paksa, beberapa di antaranya dipecat dengan alasan yang terkesan janggal.

Karier Prematur Juru Taktik Liga 1
Peresmian Liga 1 2017, Senin (10/4/2017). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/Spt/17

tirto.id - Kemenangan PS TNI atas Bhayangkara FC pada akhir April 2017 lalu sebenarnya sangat berarti bagi Laurent Hatton. Itu adalah kemenangan pertama PS TNI di laga ketiga kompetisi Liga 1 2017, diraih di kandang lawan pula. Tapi, sang pelatih justru menyikapi suasana gembira tersebut dengan rasa getir berbalut kepasrahan.

Sebelum pertandingan tandang melawan Bhayangkara FC, sudah terdengar rumor bahwa posisi Hatton bakal tergusur. Para petinggi PS TNI telah menyiapkan calon juru taktik baru yang punya jejak rekam lebih mentereng darinya, yakni Ivan Kolev, mantan pelatih Timnas Indonesia asal Bulgaria itu.

“Saya tidak tahu apa yang terjadi di manajemen. Sebagai pelatih, saya hanya berlatih setiap hari dengan anak-anak saya dan memberikan yang terbaik,” ucap pelatih asal Perancis ini kepada media usai laga Bhayangkara FC vs PS TNI yang dihelat di Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi.

“Dengan kemenangan ini sekarang PS TNI ada di urutan kelima. Saya tidak tahu ke depannya bagaimana, saya serahkan kepada manajemen,” tambah Hatton.

Kinerja Bukan Ukuran

Firasat buruk Laurent Hatton itu ternyata menjadi kenyataan. Tepat tanggal 1 Mei 2017, kiprah singkat Hatton di skuad The Army benar-benar tamat seiring kedatangan Ivan Kolev. Salah satu alasan Hatton didepak adalah karena ia tidak bisa berbahasa Indonesia!

Manajemen PS TNI membenarkan bahwa pergantian pelatih dari Laurent Hatton ke Ivan Kolev dilakukan dengan dasar faktor bahasa sebagai salah satu pertimbangannya. Hatton memang belum lama berkarier di Indonesia.

“Sebetulnya pelatih kemarin (Laurent Hatton) bagus, kami akui. Dua kali seri dan sekali menang itu prestasi yang tidak jelek. Tetapi Laurent Hatton ini kan baru, bahasanya (Indonesia) juga belum (terlalu fasih), belum mengerti persepakbolaan Indonesia, makanya diganti,” ungkap Yandri, Sekretaris Umum PS TNI.

Kinerja Hatton di PS TNI memang cukup oke. PS TNI yang diperkuat mayoritas pemain muda mampu mengimbangi dua tim bertabur bintang, Borneo FC dan Persib Bandung. Dua klub ini punya dijejali sederet pemain top, bahkan mereka punya pesepakbola internasional macam Shane Smeltz di Borneo FC atau Michael Essien dan Carlton Cole di Persib.

(Baca juga: Akal-akalan Marquee Player di Liga Indonesia)

Di pertandingan ketiga, Hatton bahkan sukses mempersembahkan kemenangan pertama PS TNI. Selain menang di laga tandang, lawan yang ditaklukkan pun cukup bergengsi karena menghadapi sesama klub milik perangkat militer yakni Bhayangkara FC yang kini dipunyai oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Portofolio Hatton memang kalah gemerlap dari Ivan Kolev. Semasa di Perancis, ia pernah menukangi dua klub yang nyaris selalu beredar di liga kasta bawah: Pacy Vallee-d'Eure dan US Quevilly. Sebelumnya, ia sempat bekerja di beberapa klub Qatar sebagai pelatih tim muda hingga asisten pelatih, termasuk di Al-Khor, Al-Rayyan, dan Al-Gharafa.

Adapun Kolev tentunya bukan nama yang asing bagi publik sepakbola nasional. Di tataran klub tanah air, ia pernah membesut Persija, Mitra Kukar, Persipura, hingga Sriwijaya FC. Di level tim nasional, pengalaman Kolev lebih berkilau lagi. Bulgaria U19 U20, dan 21, Myanmar, hingga Timnas Indonesia pernah merasakan tangan dinginnya.

Miris betul nasib Hatton. Jauh-jauh datang dari Perancis dan hanya bertahan kurang dari sebulan tentu saja menyakitkan.

Misteri Alasan Pemecatan

Selain Laurent Hatton, ada beberapa pelatih Liga 1 lainnya yang juga bernasib sama dengannya, dipecat dengan alasan yang janggal atau bahkan masih menjadi misteri. Sebutlah apa yang dialami Hans Peter Schaller di Bali United.

Didapuk menggantikan Indra Sjafri yang dipanggil PSSI untuk kembali ke Timnas Indonesia U19, pelatih asal Austria ini tiba-tiba didepak tanpa kasak-kusuk sebelumnya. Hans Peter Schaller didepak tak lama setelah Bali United dibekuk Persipura di kandang sendiri pada laga Liga 1 2017.

Tak jelas apa alasan pemecatan Schaller pada 25 April 2017 itu. Manajemen Bali United hanya mengatakan bahwa ada ketidaksamaan pandangan antara pihaknya dengan sang pelatih. Padahal, Schaller termasuk sosok pelatih yang menjanjikan dan punya konsep jelas serta mengenal karakter persepakbolaan Indonesia.

“Ada beberapa hal yang menjadi perbedaan visi antara kami dengan pelatih,” hanya begitu alasan CEO Bali United, Yabes Tanuri, terkait dalih pemecatan Schaller.

Schaller adalah asisten pelatih Alfred Riedl saat Timnas Indonesia menjadi runner-up Piala AFF 2016 lalu, dan sempat menukangi tim nasional Laos pada 2011. Ia juga pernah membesut Persiba Balikpapan dan PSM Makassar.

(Tentang Alfred Riedl dan Timnas Indonesia, baca: Tambah Tua, Opa Riedl Kapan Juara?)

Setali tiga uang, Angel Alfredo Vera juga bernasib serupa di Persipura. Kesuksesannya mengantarkan tim Mutiara Hitam juara kompetisi Indonesia Soccer Championship A (ISC A) 2016 seolah tak ada artinya.

Alfredo Vera ditendang dua hari sebelum Persipura melakoni laga perdana Liga 1 2017 dengan alasan yang belum terkuak. Penggantinya pun tidak bagus-bagus amat untuk tim sebesar Persipura, yakni Liestiadi yang belum punya prestasi mumpuni sebagai pelatih klub, bahkan sempat dicemooh suporter Persipura di laga debutnya. Uniknya, Alfredo Vera dan Liestiadi sama-sama pernah menangani Persegres Gresik United.

Widodo C. Putro lebih miris lagi. Ia diberhentikan sebagai pelatih Sriwijaya FC bahkan sebelum habis kontrak. Sempat dijamin posisinya setelah Laskar Wong Kito terhenti di babak 8 besar Piala Presiden 2017, Widodo justru menelan pil pahit 20 hari menjelang kick-off Liga 1. Ia dipecat pada 25 Februari 2017 dan masih menganggur hingga detik ini.

Alasan Widodo C. Putro dipecat? Lagi-lagi masih menjadi teka-teki mengingat garansi yang sempat dijanjikan kepada salah satu legenda hidup Timnas Indonesia itu oleh manajemen Sriwijaya FC.

infografis pelatih liga 1

Mundur Sebelum Digusur

Setelah Widodo C. Putro, Alfredo Vera, Hans Peter Schaller, dan Laurent Hatton, yang terbaru adalah Timo Scheunemann. Pelatih bule Jerman kelahiran Kediri ini undur diri sesaat usai Persiba Balikpapan dibekuk Arema pada 1 Mei 2017 lalu. Ini adalah kekalahan ketiga secara beruntun setelah di dua laga sebelumnya kalah dari Persija dan Perseru Serui.

Meskipun mengundurkan diri, sebenarnya Timo Scheunemann sudah mendapatkan ultimatum dari manajemen tim Beruang Madu sejak pertandingan pertama Liga 1, yakni setelah dibekap Persija dengan skor 0-2. Ancaman pemecatan dilontarkan jika Persiba gagal menang lagi di dua laga berikutnya.

Alasannya adalah karena Persiba sudah melakukan persiapan sejak lama untuk Liga 1 2017. “Tapi dalam pertandingan pertama kompetisi justru penampilan tim terasa kurang greget,” sebut Ryan Chong selaku General Manager Persiba Balikpapan pada 21 April 2017 lalu.

Ketika akhirnya Persiba kalah dan kalah lagi, Timo Scheunemann sadar bahwa inilah saatnya ia harus mundur sebelum benar-benar di-PHK. Tapi, bagaimanapun juga, tekanan dari manajemen yang berujung pada pemecatan tetap saja aneh mengingat kompetisi baru tiga pekan bergulir.

Apakah ada “permainan” di balik penggantian sejumlah pelatih di pekan-pekan awal Liga 1 itu, sejauh ini belum terungkap. Tetapi kemungkinan tersebut jangan diabaikan begitu saja karena memang ada aroma janggal di balik dalih pemecatan itu, bahkan alasan yang terkesan tidak masuk akal seperti yang dialami Laurent Hatton di PS TNI, klubnya penguasa PSSI saat ini.

Baca juga artikel terkait SEPAKBOLA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti