Menuju konten utama

Kala Pasar Glodok di Bawah Bayang Rantis & Kekhawatiran

Sebuah kendaraan taktis (rantis) barakuda terparkir rapi di trotoar persis di samping pintu keluar LCT Glodok.

Kala Pasar Glodok di Bawah Bayang Rantis & Kekhawatiran
Barakuda siaga di dekat pintu keluar LCT Glodok./Qonita Azzahra Tirto.

tirto.id - Aktivitas di pusat perdagangan Glodok, Jakarta Barat tampak berjalan seperti biasa: pembeli dan penjual bertransaksi, tukang-tukang parkir pinggir jalan mulai menjajakan jasanya, hingga kuli-kuli panggul yang banyak terlihat menurunkan pasokan barang dari mobil-mobil box yang penuh dengan muatan.

Namun, di tengah normalnya aktivitas di pusat perdagangan Glodok, sebuah kendaraan taktis (rantis) barakuda terparkir rapi di trotoar persis di samping pintu keluar LCT Glodok.

Di sebelah kanan rantis milik brimob itu, berdiri tenda biru yang digunakan oleh anggota TNI, Polri, dan beberapa orang dari Kelurahan Mangga Besar berteduh dari teriknya matahari Jakarta.

Lurah Mangga Besar, Dwi Cahyono, mengatakan tenda biru itu adalah pos pengamanan yang didirikan tim gabungan TNI-Polri dalam rangka Jaga Jakarta.

“(Tim gabungan) dari TNI-Polri, Satpol PP, Pemda, diperintahkan untuk Jaga Jakarta, biar aman, damai, tentram. Penjagaannya mulai Minggu, Sabtu malam rantisnya siaga di sini,” ujarnya, saat berbincang dengan Tirto, di depan LCT Glodok, Rabu (3/9/2025).

Ada lima titik pusat perbelanjaan di Jakarta Barat yang dijaga ketat sebagai mitigasi dari aksi penjarahan oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab, beberapa di antaranya adalah pusat pertokoan Glodok, Mall Taman Anggrek, pusat perbelanjaan di kawasan Kembangan, hingga Pantai Indah Kapuk (PIK).

Dwi mengaku, aksi Jaga Jakarta yang dilakukan oleh lurah, Camat dan Walikota setidaknya akan terus berlangsung sampai September berakhir.

Namun, ketika Tirto mencoba bertanya kepada anggota TNI dan Polri yang bertugas jaga di pos pengamanan itu, mereka hanya menjawab kalau pengamanan di sekitar pertokoan Glodok akan dilakukan sampai Jakarta kembali kondusif.

“Kita patrol bersama. Kalau saya, muter ke wilayah kerja saya, di Hayam Wuruk, Gadjah Mada Raya, Mangga Besar II, Mangga Besar I, Glodok, LTC sini, sama ke dalam sampai hotel (Fave Hotel),” jelasnya, sembari menyantap nasi goreng telur dan ayam sebagai menu makan siangnya.

Sebelum berbincang dengan Dwi, Tirto mencoba menyusuri pusat pertokoan Glodok, yang dimulai dari Fave Hotel, Pertokoan Glodok Metro, Ruko Glodok Plaza, hingga Harco Glodok.

Pertokoan Glodok

Pembeli bertransaksi di toko-toko di pertokoan Glodok seperti biasa. tirto.id/Qonita

Namun, tidak ada lagi TNI yang berjaga di sudut-sudut pertokoan yang menjajakan berbagai jenis hardware, peralatan listrik, sparepart, audio video, kabel, paralon, sampai peralatan elektronik itu.

“Kemarin sempat jaga di sini (Harco Glodok) seharian, ada tiga orang yang patrol. Tapi, mulai hari ini udah nggak ada,” beber salah seorang satpam Harco Glodok yang tak ingin disebutkan namanya.

Kendati kini aktivitas jual-beli di pertokoan Glodok sudah kembali normal, namun tempat yang berjarak sekitar 6 kilometer (km) dari Pasar Senen itu sempat ikut mencekam pada Jumat (29/8/2025) lalu. Banyak demonstran yang berjalan beriringan untuk menuju ke salah satu titik demo: Mako Brimob Kwitang hingga ke Senen Sentral.

“Makanya kita juga takut. Yang dagang di sini aja paling cuma setengah hari. Habis Jumatan kita tutup toko. Yang di depan, malah lebih awal lagi tutupnya. Kan deket sini sama Senen,” kisah Aji (34), seorang penjaja soto tengker di pusat kuliner pertokoan Glodok.

Pertokoan Glodok

Pembeli bertransaksi di toko-toko di pertokoan Glodok seperti biasa. tirto.id/Qonita

Di tempat yang sama, kuli panggul, penjaga toko, sekaligus penagih di salah satu toko peralatan listrik di LCT Glodok yang kerap disapa Emon, menjelaskan bahwa pihaknya mendukung penuh tuntutan reformasi yang disuarakan para demonstran. Tapi, bagaimanapun ia khawatir kerusuhan yang sempat terjadi di kawasan Kwitang hingga Senen, meluas ke Glodok.

“Kita cuma pekerja yang bergantung sama gaji kecil. Kalau sampai rusuh, yang di sini ikut dijarah, gimana nasib kita?” kata warga Bekasi itu khawatir.

Kekhawatiran tidak hanya dirasakan oleh Aji dan Emon saja, melainkan oleh banyak pedagang di pertokoan Glodok. Karena itu, sebagai mitigasi atas potensi kerusuhan, para pedagang lebih rela menutup lapaknya lebih awal selama beberapa hari.

“Ini baru normal lagi aja tuh mulai Senin, tapi itu juga masih sepi. Selasa lah, kemarin mulai ramai lagi kayak biasa,” ungkap Aji.

Baca juga artikel terkait GLODOK atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra