tirto.id - Piala Dunia edisi ke-22 akan digelar pada 20 November hingga 18 Desember 2022 di Qatar. Sejumlah jenama telah merilis jersey beberapa timnas peserta perhelatan akbar tersebut. Desain masing-masing jersey tak jarang menuai pujian, namun ada pula yang dibanjiri kecaman.
Salah satu negara yang jerseynya telah dirilis adalah Argentina. Finalis Piala Dunia 1930, 1978, 1986, 1990, dan 2014 ini tetap memakai Adidas. Jersey pertama atau untuk status kandang tetap mengandalkan garis warna khas biru dengan strip putih.
Sementara jersey keduanya atau jersey tandang memadukan kombinasi warna ungu. Warna jersey tandang ini disebut-sebut memiliki pesan tentang kesetaraan gender.
Selain Argentina, peserta lain yang melakukan terobosan pada jerseynya adalah Timnas Jepang. Mereka menggunakan desain kolaborasi Giant Killing dan Blue Lock. Keduanya merupakan manga (komik khas Jepang) yang memiliki latar cerita sepakbola yang kiwari tengah populer.
Jersey ini menggunakan konsep origami. Menggabungkan berbagai bentuk yang dapat dilipat seperti origami dan ditampilkan dalam model grafis.
Pendulang Uang
Pemakaian seragam dalam pertandingan olahraga sudah mulai dilakukan pada zaman olimpiade kuno di Yunani. Sementara dalam pertandingan sepakbola, seragam mulai digunakan pada pertengahan abad ke-19.
Tujuannya sebagai pembeda antara kedua tim yang bertanding. Mereka biasanya memakai seragam yang cenderung tidak identik satu sama lain, baik warna maupun corak.
Seragam tim yang pada awalnya terbuat dari bahan wol dan katun ini kemudian dikenal sebagai “jersey”. Istilah yang sampai sekarang masih digunakan meski tidak lagi identik dengan bahan wol dan katun.
Kiwari, jersey menjadi bagian yang tak terpisahkan dari industri sepakbola sebab menjadi salah satu ladang pemasukan yang besar bagi klub. Sejumlah klub ternama di Eropa bahkan mampu menjual lebih dari 1 juta jersey di setiap musim. Untuk memperbanyak pilihan para penggemar, klub bahkan meluncurkan jersey yang dipakai hanya untuk latihan.
Uniknya, para pemain kelas dunia yang direkrut klub tertentu, juga bisa mendapatkan persentase keuntungan finansial dengan nama dan nomor punggung yang tertera di jersey. Hal ini bisa menjadi bahan negosiasi bagi pemain untuk bergabung pada sebuah klub.
Maka tak heran klub berani membayar mahal pemain dengan pamor nomor wahid sekalipun karena mereka yakin akan mendatangkan pundi-pundi dalam waktu relatif singkat. Bergabungnya David Beckham ke Real Madrid dan CR7 ke Juventus, misalnya, dapat menghasilkan puluhan juta Euro hanya dari penjualan jersey mereka.
Inspirasi dan Perkembangan Jersey
Ada tiga hal penting pada jersey, yaitu warna, motif, dan model. Warna jersey biasanya mencerminkan jati diri klub. Sementara warna jersey tim nasional tidak selalu representasi dari bendera negara. Tim nasional Belanda dan Italia, misalnya.
Jersey Timnas Belanda berwarna oranye meskipun warna itu tidak ada pada bendera negaranya. Sedangkan jersey Timnas Italia berwarna biru, yang lagi-lagi warna tersebut tidak terdapat pada bendera Italia. Kedua warna jersey itu justru merepresentasikan warna kebanggaan keluarga kerajaan.
Selain itu, ada pula warna jersey klub yang terinspirasi dari warna bendera negara lain. Warna kuning pada jersey Boca Juniors sebenarnya berasal dari warna kuning bendera Swedia. Sementara warna merah putih dengan motif garis vertikal Atletico Bilbao ada hubungannya dengan Southampton FC, meski kedua klub ini berasal dari negara yang berbeda.
Bahkan jersey salah satu klub kuat Tunisia dan Afrika, Sfaxien, mirip dengan Juventus. Ya, jersey kebanggaan mereka memang berwarna hitam dan putih dengan motif garis vertikal. Padahal soal warna hitam putih klub sebesar Juventus terinspirasi dari klub semenjana asal Inggris, Notts County.
Warna jersey yang dipakai juga bisa menjadi citra tersendiri bagi si pemain. Seragam warna-warni Jorge Campos, kiper legendaris Meksiko era 1990-an pada ajang Piala Dunia berhasil menyita jutaan pasang mata.
Timnas Kamerun pernah beberapa kali menggunakan jersey tanpa lengan sekitar dua dekade lalu. Meski masih tetap menggunakan warna hijau pada baju dan merah pada celana, namun FIFA menganggap jersey tersebut kurang layak dipakai dalam pertandingan sepakbola internasional.
Teknologi jersey terus berkembang, sekarang tak jarang jersey dibuat dengan teknologi yang ramah lingkungan. Misalnya dibuat dari bahan daur ulang.
Jersey model v-neck juga belakangan mulai digunakan agar pemain terlihat lebih elegan dan modis. Selain untuk kenyamanan pemain, jersey juga harus enak dilihat dan dipakai oleh jutaan penggemar di seluruh dunia.
Sekarang hampir tidak ada lagi jersey berbahan dasar katun dan wol karena dianggap terlalu mudah menyerap air. Bahan dasar jersey pada umumnya berasal dari bahan sintetis. Sentuhan teknologi pada bahan jersey menjadikannya lebih ringan, tidak mudah menyerap keringat, dan tetap nyaman digunakan saat cuaca terik.
Penulis: Zulfria Nanda
Editor: Irfan Teguh Pribadi