tirto.id - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus, menyoroti anomali serapan tenaga kerja dalam struktur perekonomian Indonesia.
Dia menjelaskan, industri pengolahan sebagai penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)—dengan kontribusi 19,15 persen ke PDB— justru bukan menjadi penyerap tenaga kerja utama.
Penyerap tenaga kerja terbesar justru masih dipegang oleh sektor pertanian, yang distribusinya ke perekonomian sebesar 14,5 persen. Fenomena ini dinilainya tidak lazim dalam proses transformasi ekonomi sebuah negara.
“Ini yang saya bilang, ini hanya terjadi di Indonesia mungkin. Bagi sebuah negara yang mengalami transformasi pertanian, naik ke industri, naik ke jasa. Kita ini ada anomali,” katanya dalam webinar Indef, Kamis (7/11/2025).
Heri memaparkan ketidaksesuaian antara kontribusi ekonomi dan penyerapan tenaga kerja ini. Untuk industri pengolahan serapan tenaga kerja hanya 13,89 persen dari total penduduk bekerja yang sebesar 146,54 juta jiwa.
“Kalau kita lihat industrinya memimpin 19,17 persen, harusnya kan tenaga kerjanya paling banyak di industri pengolahan, idealnya seperti itu. Tapi saat ini tenaga kerjanya paling banyak di pertanian 28,15 persen,” jelasnya.
Kondisi ini, menurut Heri, menciptakan ketimpangan kesejahteraan. Sektor pertanian digambarkannya sebagai sektor perekonomian dengan “kue yang kecil” tapi diperebutkan oleh banyak orang.
Sehingga, masing-masing orang hanya akan mendapatkan bagian yang minim. Dengan demikian, dampaknya pada peningkatan kesejahteraan juga rendah.
Sebaliknya, sektor jasa dengan pertumbuhan tinggi justru menyerap tenaga kerja lebih sedikit. “Artinya kuenya besar tapi yang rebutin sedikit, masing-masing dapat banyak. Di sinilah ketimpangan terjadi,” ucapnya.
Anomali ini, menurut analisis Heri, berakar pada kegagalan transformasi tenaga kerja yang tidak berjalan seiring dengan transformasi ekonomi dan teknologi.
“Industri sudah mikirin AI, teknologi canggih, tapi tenaga kerjanya tidak diajak. Ditinggalkan di sektor primer,” tuturnya.
Ia menekankan bahwa solusi fundamental dari masalah ini adalah dengan memastikan kesiapan sumber daya manusia juga ikut bertransformasi seiring dengan kemajuan teknologi.
“Harusnya yang dilakukan, transformasi teknologi kita dari primer bahkan tersier juga diikuti transformasi tenaga kerja,” tambahnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































