tirto.id - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mencatat pertumbuhan produksi sektor pertanian mengalami penurunan. Sejak 2014 hingga akhir 2023 pertumbuhan sektor pertanian tercatat turun 294 basis poin (bps).
“Kontribusi sektor pertanian terus merosot, dengan pertumbuhan turun dari 4,24 persen pada 2014 menjadi 1,3 persen pada 2023 dan pangsa sektor pertanian terhadap PDB menyusut menjadi 12,53 persen,” ujar Kepala Center of Food, Energy, Sustainable Development Indef, Abra Talattov, dalam keterangan resmi dikutip Senin (23/9/2024).
Seiring dengan terus melemahnya sektor pertanian, kontribusinya terhadap penyerapan lapangan kerja juga terus menyusut dari 46 persen pada 1995 menjadi 29,4 persen pada 2023.
“Meskipun pertanian menyerap 29,4 persen tenaga kerja nasional, pendapatan petani dan nelayan tetap rendah,” jelas Abra.
Dia menambahkan, untuk mengatasi tantangan ini, anggaran ketahanan pangan diperkirakan tumbuh rata-rata 11,3 per tahun, dengan memfokuskan pada pembangunan irigasi, ketersediaan pupuk, dan penguatan UMKM, serta upaya mencapai swasembada pangan.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro, Firmansyah, melihat sektor pertanian masih menghadapi tantangan besar. Termasuk rendahnya produktivitas dibandingkan negara-negara Asia lainnya.
Namun, tantangan signifikan muncul dari kondisi ketenagakerjaan yang merupakan sektor dengan pertumbuhan paling lambat dan minim pergerakan sejak 2018.
Situasi ini menjadi perhatian penting bagi pemerintah ke depan, mengingat angkatan kerja yang terus meningkat, yang dapat memperlambat kemajuan ekonomi secara keseluruhan.
“Kondisi Ketenagakerjaan yang stagnan harus menjadi perhatian, terutama dengan meningkatnya angkatan kerja” kata Firmansyah.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Anggun P Situmorang