tirto.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami penguatan dengan terparkir di level 7.892,9 pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (13/8/2025). Indeks tercatat naik 1,3 persen atau 101,21 poin dari posisi 7.846,1 pada pembukaan.
Mengutip RTI, kenaikan ini ditopang aliran masuk dana asing sebesar Rp1,52 triliun sepanjang perdagangan—menandai net foreign inflow tiga hari beruntun sejak awal pekan. Pada Selasa (12/8/2025), bursa bahkan menampung aliran dana asing Rp2,2 triliun, inflow harian tertinggi sejak 14 Mei 2025.
Melihat geliat tersebut, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai IHSG bisa saja mencapai level 8.000 saat perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia. Namun, untuk mencapai level ini, harus ada sentimen positif lainnya yang terjadi pada 17 Agustus mendatang.
"Bukan tidak mungkin 8.000 mampu dicapai. Namun ingat, sentimen positif harus terus selalu ada," katanya kepada Tirto, Rabu (13/8/2025).
IHSG di level 8.000 saat Hari Kemerdekaan Indonesia, seperti yang dicita-citakan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, semakin besar kemungkinan terwujud jika arus modal asing semakin deras masuk ke Tanah Air. Apalagi, IHSG ditutup menguat 1,3 persen pada perdagangan hari ini.
Menurut Nico, perbaikan kinerja pasar modal ini didorong oleh modal asing yang masuk dalam jumlah cukup besar pada perdagangan Selasa (12/8/2025).
"Apabila capital inflow kembali berdatangan, kami yakin IHSG juga mampu untuk bergerak naik.. Hari ini pun ditutup di +1,3 persen, seolah-olah ada kekuatan yang menggerakkan IHSG untuk menuju 8.000 bertepatan dengan 17 Agustus mendatang," tambahnya.
Namun demikian, gerak harga saham saat 17 Agustus akan sangat bergantung pada pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai perdamaian Ukraina. Apabila terjadi dan memberikan hasil, hal ini akan memberikan dampak positif bagi pelaku pasar dan investor.
Selain itu, IHSG juga akan dipengaruhi oleh kesepakatan dagang antara Amerika dan Tiongkok yang diputuskan dalam kurun waktu 90 hari mendatang.
"Penurunan tingkat suku bunga The Fed bulan September dan Desember, penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia akhir tahun, nota keuangan pada tanggal 15 Agustus mendatang," rinci Nico.
Seiring dengan faktor-faktor tersebut, mencapai level 8.000 menjadi hal yang sangat menantang bagi pasar saham Indonesia jika inflasi Amerika menggagalkan kemungkinan tingkat suku bunga turun, hingga kondisi geopolitik kembali memanas.
"Sejauh ini kesepakatan tarif impor antara Indonesia dan Amerika telah memberikan dampak yang positif, karena kompetitif dengan negara Asia lainnya.. Jadi sejauh ini kalau ditanya, apakah mungkin, mari kita aminkan sama-sama," tutur Nico.
Dihubungi terpisah, Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menilai dengan melihat momentum pergerakan pasar saat ini dan sentimen yang ada, mulai dari kembalinya aliran dana asing, rebalancing MSCI, hingga potensi lanjutan penurunan suku bunga, level 8.000 akan berpotensi tercapai di 17 Agustus nanti. Saya menilai cukup mungkin. Apalagi, secara teknikal, area tersebut memang merupakan resistance lanjutan yang wajar menjadi target pergerakan jangka pendek harga saham domestik.
"Meski demikian, risiko tetap perlu dicermati. Dalam jangka pendek, potensi aksi profit taking cukup besar mengingat kenaikan indeks yang cepat dan signifikan. Risiko ini akan semakin tinggi jika IHSG sudah menyentuh atau mendekati 8.000, mengingat kenaikan saat ini lebih banyak digerakkan oleh ekspektasi, bukan oleh lonjakan kinerja fundamental emiten," kata Ekky.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































