Menuju konten utama

Hukum Puasa Weton Menurut Islam, Boleh atau Tidak?

Artikel berikut ini akan menjelaskan tentang hukum puasa weton atau puasa kelahiran menurut Islam, apakah diperbolehkan atau tidak.

Hukum Puasa Weton Menurut Islam, Boleh atau Tidak?
Ilustrasi Puasa. foto/istockphoto

tirto.id - Pernahkah Anda mendengar istilah puasa weton? Bagi sejumlah masyarakat Jawa, mungkin puasa tersebut menjadi hal yang dapat dilakukan sebagai tradisi turun temurun. Lantas, bagaimana hukum hingga niat puasa weton?

Puasa weton adalah puasa kelahiran, di mana puasa ini dilakukan pada hari ketika seseorang dilahirkan. Dalam kebudayaan Jawa, setiap hari kelahiran seseorang memiliki dhino (hari) dan pasaran. Sebagai contoh ketika berniat puasa weton sendiri, ada seseorang bernama Adi yang dilahirkan pada dhino Minggu dengan pasaran Pahing.

Pada Minggu Pahing, Adi dapat menjalankan niat puasa weton 1 hari sebagai bentuk rasa syukur serta memohon keselamatan, kesehatan, rezeki, kelancaran dalam bekerja, hingga berbagai hajat yang diinginkan kepada Sang Pencipta. Contoh praktik puasa weton yang berkembang di kebudayaan Jawa di antaranya puasa satu hari penuh dan puasa tiga hari.

Hukum Puasa Weton menurut Islam

Apabila puasa weton dilakukan seperti tradisi masyarakat Jawa zaman dulu, banyak ulama akan mengharamkannya. Namun, semisal puasa weton dikemas dalam bentuk seperti puasa Senin dan Kamis, ada sejumlah ulama yang memperbolehkannya.

Salah satu dalil yang digunakan untuk mendukung praktik puasa weton versi Islamisasi berasal dari hadis riwayat Abi Qatadah sebagai berikut:

عَنْ أبِي قَتادَةَ الأنْصارِيِّ، أنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ فَقالَ: فِيهِ وُلِدْتُ وفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ

Artinya:

"Diriwayatkan dari Abi Qatadah al-Ansari, sesungguhnya Rasulullah pernah ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan, dan pada hari itu diturunkannya Al-Qur’an kepadaku," (HR.Muslim).

Dalil di atas, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa di hari Senin. Terlebih pada hari itu, Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW.

Terlepas dari itu, puasa weton versi Islamisasi sesuai hukum syara karena memenuhi syarat dan rukun puasa serta tidak ada tuntunan khusus dalam pelaksanaanya. Oleh sebab itu, puasa weton yang telah dimodifikasi dapat dimasukkan dalam kategori puasa sunah mutlak. Ibn Hajar al-Asqalani dalam kitab Fath Al-Bari, menuliskan pendapat Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali sebagai berikut:

وَلَكِنِ الْأَيَّامُ الَّتِي يَحْدُثُ فِيْهَا حَوَادِثُ مِنْ نِعَمِ اللهِ عَلَى عِبَادِهِ لَوْ صَامَهَا بَعْضُ النَّاسِ شُكْرًا مِنْ غَيْرِ اتِّخَاذِهَا عِيْدًا كَانَ حَسَنًا اِسْتِدْلَالًا بِصِيَامِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَاشُوْرَاءَ لَمَّا أَخْبَرَهُ الْيَهُوْدُ بِصِيَامِ مُوْسَى لَهُ شُكْرًا ، وَبِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا سُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ الْاِثْنَيْنِ قَالَ : ” ذَلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَأُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ “

Artinya:

"… Akan tetapi hari-hari yang ada kejadian dari nikmat Allah kepada hambanya, jika dilakukan puasa oleh sebagian orang sebagai bentuk syukur tanpa menjadikan sebagai perayaan, maka bagus. Selaras dengan dalil ketika Nabi berpuasa di hari Asyura yang dikabarkan oleh Yahudi dengan puasanya Nabi Musa karena bentuk syukur. Dan dengan sabda Nabi saat ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab: 'Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan diberikan wahyu kepadaku,'" (Fath Al-Bari 1/88).

Selain Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali, Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf al-Nawawi Ra. dalam kitab Al Majmu' Syarah Al Muhadzdzab juga menyampaikan bolehnya berpuasa di hari kelahiran sebagai berikut:

"Puasa di hari kelahiran diri sendiri adalah sunnah bagi orang yang ingin berbuat baik dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan segala cara yang dibolehkan. Ini adalah pendapat sebagian ulama kami dan sebagian ulama salaf," (Al-Majmu’, 6/399).

Niat Puasa Weton

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, puasa weton yang telah diubah ke versi Islami dapat dikategorikan sebagai puasa sunah mutlak. Salah satu syarat pelaksanaan puasa sunah adalah niat, namun tidak wajib dibaca pada malam hari serta boleh di pagi hari selama sebelum mengonsumsi apa pun. Berikut ini niat puasa weton:

نَوَيْتُ صَوْمَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى

Arab Latinnya:

Nawaitu shauma sunnatan lillahi ta'ala.

Artinya:

"Saya berniat puasa sunah karena Allah."

Tata Cara Puasa Weton

Tata cara puasa weton versi Islam tidak berbeda dengan puasa sunah lainnya seperti Senin Kamis.

Disunnahkan sahur sebelum berpuasa dan membaca niat. Setelah itu, berpuasa dari mulai terbitnya fajar shadiq (waktu Subuh) hingga terbenamnya matahari (waktu Maghrib).

Baca juga artikel terkait NIAT PUASA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Edusains
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno