tirto.id - Narasi mengenai dan seruan kebencian terhadap para pengungsi Rohingya masih banyak beredar di media sosial. Penolakan terhadap kelompok minoritas Myanmar ini beredar juga di Indonesia, salah satu negara yang menjadi tujuan para pengungsi Rohingya.
Beberapa waktu lalu, di media sosial, muncul sebuah video dengan klaim pengungsi Rohingya yang datang ke Indonesia hanyalah aktor yang berusaha menyelamatkan diri.
"Aktor Rohingya kemarin diwawancara pura-pura gakngerti. Ternyata pemain lama di Aceh. Sudah waktunya mereka dikasih Piala Oscar. Kepolisian harus lebih jeli investigasi dan periksa semua manusia tak tahu malu ini," begitu isi pesan dalam unggahan akun "atinksucia" lewat reels yang dibagikan di Instagram (arsip) juga Facebook (arsip).
Dalam video singkat yang diunggah, terlihat dua orang pria yang diduga orang yang sama. Foto di bawah diberi keterangan diambil pada tahun 2015, sementara video di bagian atas diberi keterangan bahwa video diambil tahun 2024.
Konten dengan format video singkat tersebut telah ditonton lebih dari 1,1 juta kali, mengumpulkan lebih dari 3.300 tanda suka (likes) dan 199 komentar. Video juga telah dibagikan ulang sebanyak 4.300 kali. Salah satunya dalam unggahan di grup publik berikut.
Unggahanserupa juga ditemukan tersebar di TikTok, meski tidak ada pernyataan tuduhan aktor ataupun narasi pura-pura tidak mengerti yang menyertai (tautan 1, tautan 2)
Lalu benarkah adanya aktor yang pura-pura tidak mengerti bahasa Indonesia dan kondisi di Indonesia dibalik kedatangan pengungsi Rohingya ke Indonesia?
Penelusuran Fakta
Tirtopertama-tama coba mencari orang yang wajahnya ditampilkan di dalam video tersebut.
Pertama-tama, Tirto menelusuri Antara Foto, sebab sumber ini disebut di foto di bagian bawah. Hasil pencarian dengan kata kunci Rohingya pada tahun 2015, mengarahkan ke foto berikut dari arsip Antara.
Berdasarkan keterangan foto, didapatkan informasi kalau orang di dalam foto adalah seorang imigran gelap asal Bangladesh. Dia mengantongi data kependudukan yang jelas dari Kedubes Bangladesh untuk Indonesia. Berdasar informasi dari keterangan foto, diketahui pula kalau pria tersebut dideportasi pada Kamis (11/6/2015) lalu, bersama dengan 17 orang lainnya, karena sudah mengantongi data kependudukan dari Bangladesh.
Meski begitu, tidak terdapat informasi data diri imigran yang dipulangkan tersebut, sehingga tidak bisa dilakukan pencocokan data antara orang di foto ini dengan orang di video.
Sementara terkait video di bagian atas, hasil pencarian menggunakan metode reverse search image di Google maupun TinEye tidak memberi hasil yang memuaskan.
Pencarian coba dilakukan dengan penelusuran ke beberapa sosial media. Pertama-tama di Facebook. Dengan menggunakan kata kunci "rohingya langkat", salah satu hasil pencarian mengarahkan ke rangkaian video berikut, yang memperlihatkan sosok pria berpeci dan kemeja putih yang mirip dengan orang yang ada di video.
Terlihat dalam video di Facebook, pria ini bisa berbahasa Indonesia dan menyampaikan pesan ke para pengungsi. Meski begitu, perannya di tempat pengungsian tidak tergambar jelas lewat video pendek ini.
Pencarian di TikTokdengan kata kunci "wawancara rohingya langkat" mengarahkan ke video ini. Pada unggahan tersebut, terlihat pria yang identik dengan latar belakang yang juga identik dengan potongan video di unggahan. Pada video di TikTok, ia menjelaskan tentang biaya yang harus dibayarkan para pengungsi untuk bisa sampai ke Indonesia.
Berdasar video ini, bisa terlihat kalau pria yang ada di video bukanlah aktor yang pura-pura tidak mengertidengan kondisi pengungsi yang ada di Indonesia. Terlihat pria berpeci putih ini lancar berbahasa Indonesia dan menjadi penerjemah di kamp pengungsian.
Lebih lanjut, walaupun misalnya pria dalam foto dan video di reelsadalah orang yang sama, maka statusnya jelas bukan pengungsi Rohingya. Sebab, berdasar informasi dari foto Antara tertulis jelas kalau dia memiliki data kependudukan yang jelas dari Kedubes Bangladesh di Indonesia.
Pun, tidak ada bukti lebih lanjut di unggahan yang menegaskan bahwa ia adalah aktor di balik datangnya pengungsi Rohingya ke Indonesia.
Para pengungsi Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang tinggal di Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. Mereka mengalami penolakan kewarganegaraan sejak tahun 1982 dan menjadikan mereka populasi manusia tanpa kewarganegaraan terbesar di dunia.
Rohingyakerap mengalami kekerasan, diskriminasi dan penganiayaan selama puluhan tahun di Myanmar. Eksodus besar-besaran pada Agustus 2017 mendorong banyak dari masyarakat Rohingya kemudian mencari perlindungan ke Bangladesh.
Terdapat lebih dari 960 ribu orang pengungsi tinggal di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, yang membuatnya menjadi kamp pengungsian terpadat di dunia. Akhirnya banyak juga pengungsi Rohingya yang kemudian mencari perlindungan ke negara lain seperti Thailand, India, juga sebagian kecil ke Malaysia dan Indonesia.
Terkait pengungsi Rohingya di Langkat, menukil dari VOA Indonesia, sekitar 170 etnis Rohingya mendarat di perairan Desa Kwala Besar, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, pada Sabtu (30/12/2023) pukul 23.00 WIB. Pelaksana tugas Bupati Langkat, Syah Afandin, mengatakan rombongan etnis Rohingya itu terdiri dari laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Saat ini mereka di tempatkan sementara di lokasi yang tak jauh dari Desa Kwala Besar.
Kesimpulan
Hasil dari penelusuran fakta menunjukkan klaim adanya aktor dibalik kedatangan pengungsi Rohingya yang pura-pura tidak mengertidengan bahasa Indonesia dan kondisi di Indonesia bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Orang yang dicatut dalam video unggahan di reels, terlihat bisa berbahasa Indonesia dan menjadi semacam penerjemah di tempat pengungsian. Sementara orang yang ditampilkan di unggahan, menurut keterangan Antara, adalah imigran gelap yang diberikan data kependudukan jelas dari Kedubes Bangladesh untuk Indonesia, serta dideportasi pada 2015.
Tak ada bukti lebih lanjut bahwa kedua orang di foto dan video unggahan adalah orang yang sama, maupun bahwa ia aktor pada kedatangan pengungsi Rohingya ke Indonesia. Kalaupun mereka adalah orang yang sama, ia telah memiliki data kependudukan yang jelas dan bukan pengungsi Rohingya.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty