tirto.id - Tarif resiprokal 19 persen yang ditetapkan Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia akan mulai berlaku besok, Kamis (7/8/2025). Tarif sebesar 19 persen ini juga setara dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Kamboja, Filipina, dan Thailand.
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso, optimistis meski tarif diberikan sama, namun ekspor Indonesia ke AS tidak akan kalah saing dengan negara-negara tetangga tersebut.
“Ya kita optimis, ya. Kalau pasar Amerika terus tetap bergairah, berarti kita semakin mudah masuk ke sana. Karena kita bersaingnya, start-nya itu tidak mulai dari nol. Kita selangkah lebih maju dibanding negara yang lain,” ujar dia, saat ditemui usai Konferensi Pers Ekspose Hasil Pengawasan Tata Niaga Impor Setelah Melalui Kawasan Pabean (Post Border),” di Kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Rabu (6/8/2025).
Lebih lanjut, Busan, sapaan Budi Santoso, menjelaskan yang dimaksud tidak bersaing dari nol adalah karena Gedung Putih telah menyematkan status Most Favored Nation (MFN) atau Negara Paling Disukai kepada Indonesia. Sehingga, Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat tarif resiprokal terendah dibanding negara-negara mitra dagang AS lainnya.
“Kalau dulu kita bersaing dengan negara lain, kita bersaing masuk ke Amerika itu kan sama ya, pakai MFN. Nah sekarang kan, kalau MFN kan hampir sama tarifnya. Nah, sekarang kan, resiprokal kan tarifnya. Kita lebih dapat yang rendah, sehingga ya harapan kita semakin mudah,” tambah dia.
Selain dengan negara tetangga, dengan tarif resiprokal 19 persen, Busan juga yakin ekspor Indonesia bisa lebih bersaing dari negara-negara pesaing, seperti Cina, Vietnam dan India yang dipukul tarif resiprokal lebih tinggi dari Indonesia. Bahkan, sampai saat ini AS belum berhasil mencapai kesepakatan dagang dengan Presiden AS Donald Trump.
“Sebenernya itu kesempatan yang besar (bagi Indonesia untuk) masuk ke (pasar) Amerika itu,” ujar Busan. “Seharusnya (kinerja ekspor) meningkat, karena kan sama aja kan tarif bea masuknya lebih kecil dibanding negara lain,” lanjutnya.
Karena itu, Busan pun meminta agar para pengusaha dapat menjadikan tarif resiprokal 19 persen ini sebagai momentum untuk meningkatkan realisasi ekspornya ke AS. Dus, kinerja ekspor Indonesia secara keseluruhan juga dapat ditingkatkan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional lebih tinggi.
“Seharusnya lebih meningkat, ya artinya hitung-hitungannya lebih meningkat. Makanya, kita bagaimana memanfaatkan utilisasi itu secara optimal, ya. Kita mendorong bersama-sama pelaku usaha supaya memanfaatkan kesempatan ini,” tegas Busan.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































