tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengindikasi adanya kekurangan pasokan emas yang dialami PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Hal ini karena konsentrat yang diolah oleh smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) mengalami gangguan pasca terjadinya longsor.
Bahlil menyebut kapasitas pengolahan konsentrat di fasilitas pemurnian Freeport sangat besar. Dari sekitar 3 juta ton konsentrat yang diolah oleh smelter, dapat dihasilkan antara 50 hingga 60 ton emas setiap tahunnya.
"Sekarang ini adalah refenery (pemurnian) emas kita itu kan di Freeport. Sementara di Amman, di NTB, dengan 970 ribu konsentrat, itu menghasilkan 18 sampai dengan 20 ton emas. Tapi kan kita tahu bahwa sekarang di Freeport itu kemarin ada terjadi musibah di underground," kata Bahlil.
Pasca-insiden longsor yang menelan korban jiwa, pemerintah bersama PTFI pun melakukan evaluasi menyeluruh pada kegiatan produksi dan keselamatan kerja di area tambang bawah tanah. Akibatnya, kegiatan produksi konsentrat belum kembali ke kapasitas penuh, dan berpengaruh pada pasokan emas.
"Produksi terhadap konsentrat di Freeport itu belum dilakukan secara maksimal. Maka dengan demikian pasti mengalami kekurangan pasokan (emas bagi Antam)," ujar Bahlil.
Sebagai tindak lanjut, Bahlil pun membeberkan bahwa pihaknya bersama Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) akan membahas strategi untuk mengoptimalkan produksi dan pasokan emas nasional, khususnya untuk memenuhi kebutuhan Antam.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, akan mengevaluasi kebijakan domestic market obligation (DMO) untuk komoditas emas. Hal ini menyusul impor emas yang dilakukan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dalam jumlah besar.
"Kalau misalnya nanti ada DMO, seandainya ada DMO, nanti kalau misalnya sananya beroperasi seperti apa. Jangan sampai juga terus malah numpuk," kata Tri saat ditemui di Kementerian ESDM, dikutip Selasa (14/10/2025).
Tri mengatakan bahwa Antam dan PT Freeport Indonesia (PTFI) telah menjalin kerja sama jual beli emas sebanyak 30 ton untuk mengurangi impor. Namun, situasi berubah sejak adanya penutupan tambang bawah tanah milik Freeport di Grasberg, Papua.
"Sebetulnya sudah ada perjanjian sama Freeport kan. Terus kemudian atas perjanjian itu sebetulnya gak ada masalah, sudah oke. Nah cuma karena ini ada kejadian ini kan, ya kita bahas lah, nanti kita evaluasi gimana baiknya," ujar Tri.
Penulis: Natania Longdong
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































