tirto.id - Sosok Umar Patek, mantan narapidana teroris (napiter) Bom Bali 1, belakangan viral di media sosial. Mantan petinggi kelompok Jamaah Islamiyah (JI) ini jadi pembicaraan warganet lantaran kini beralih profesi jadi barista di gerai miliknya.
Sebelum beralih profesi jadi penyeduh kopi, Umar Patek, merupakan seorang buron terorisme yang sempat dicari oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS), Australia, Filipina, dan Indonesia. Pemerintah AS bahkan sempat memberikan harga 1 juta dolar AS kepada siapa pun yang berhasil menangkap atau memberikan informasi terkait Umar.
Umar Patek dicari penegak hukum di berbagai negara usai namanya muncul dalam daftar pelaku Bom Bali 1 yang terjadi pada 2002. Dalam peristiwa memilukan tersebut, Umar diyakini terlibat sebagai asisten koordinator lapangan kelompok pengebom.
Pria kelahiran Pemalang pada 20 Juli 1966 ini kemudian tertangkap di Pakistan pada 2011, setelah menjadi buron. Umar lantas diekstradisi ke Indonesia pada tahun yang sama. Pada 21 Juni 2012, pengadilan menghukum Umar 20 tahun penjara. Kini, Umar Patek sudah bebas dari hukuman tersebut dan meninggalkan dunia terorisme, serta melanjutkan hidup dengan menjadi barista.
3 Fakta Umar Patek Eks Teroris yang Kini Jadi Barista
Jejak Umar Patek pada masa lalu dapat dibilang kelam. Kini, sosok Umar Patek telah memulai kehidupan barunya sebagai seorang barista. Berikut tiga fakta tentang Umar Patek, eks teroris bom Bali 1 yang kini beralih profesi jadi barista di Surabaya.
1. Bebas Bersyarat pada 2022
Hukuman pengadilan Indonesia atas Umar Patek sejatinya adalah 20 tahun. Namun, ia dinyatakan bebas bersyarat dari Lapas Kelas I Surabaya, Porong, Sidoarjo.Kementerian Hukum dan HAM, kala itu menyatakan, Umar Patek, menjalani dua pertiga masa hukuman penjara dan beralih status menjadi klien pemasyarakatan sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan.
Setelah berikrar setia kepada NKRI dan mengikuti program pembinaan deradikalisasi, Umar pun bebas. Momen inilah yang kemudian menjadi salah satu titik balik kehidupan Umar Patek, dari narapidana terorisme menjadi seorang barista.
2. Luncurkan Gerai Kopi di Surabaya
Pada Selasa (3/6/2025), Umar Patek meluncurkan gerai kopi miliknya. Gerai kopi tersebut berada di salah gedung yang sama dengan sebuah restoran."Sebuah momen yang tak sekadar memperkenalkan racikan kopi, tapi juga merayakan sebuah perjalanan hidup," tulis promosi gerai kopi milik Patek, Kamis (29/5/2025), sebelum peluncuran.Di sana, Umar menyajikan beberapa varian kopi, dari signature, arabika ijen, hingga robusta. Namun, selain varian-varian tersebut, Umar punya menu spesial, yakni kopi rempah yang dibuat dengan resep turun temurun.
Gerai kopi Ramu milik Umar ini didirikan berkat kerja sama Umar dengan pemilik restoran tempat kedainya kini. Pasca mantan narapidana bernama kecil Hisyam tersebut bebas, ia sempat ditawari bantuan oleh pemilik Hedon Estate.
Namun, ketika ditawari sejumlah uang bantuan, Umar menolak dan memilih untuk dibantu dicarikan pekerjaan. Pertemuan itu kemudian berbuah tawaran bisnis ketika pemilik restoran merasakan kopi buatan Umar.
3. Punya Hobi Fotografi
Selain mengembangkan kemampuannya dalam menyeduh kopi, hari-hari pasca dibebaskan dari penjara juga ternyata digunakan Umar Patek untuk menekuni fotografi.Kini ia tergabung dalam komunitas fotografi makro di Surabaya. Fotografi makro adalah genre seni fotografi yang berfokus pada teknik jarak dekat. Genre ini memiliki tujuan untuk memperoleh detail tinggi, tanpa perlu menggunakan alat pembesar optik.
Melalui akun Instagram komunitas Galeri Makro ID, teman-teman Umar membagikan sudut pandang mereka tentang sosok yang sempat begitu ditakuti itu.
"Mendengar nama Umar Patek bisa membuat sebagian orang takut dengan reputasinya di masa lalu," tulis akun tersebut.
"Tapi kini, kami kenal beliau sebagai Hisyam sang peramu kopi, sebagai sahabat yang dipersatukan oleh kecintaan terhadap fotografi makro, tanpa batas agama, suku, ras, dan golongan," tambah mereka.
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Dicky Setyawan