tirto.id - PT Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) melakukan ekspansi energi hijau ke Filipina, melalui anak perusahaannya Citicore Renewable Energy Corporation (CREC). Dalam bisnis tersebut, Pertamina berhasil mengoperasikan hampir 600 megawatt (MW) pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Direktur Proyek dan Operasi Pertamina NRE, Norman Ginting, menekankan bahwa proyek PLTS di Filipina menjadi tonggak penting bagi perseroan dalam memperluas bisnis ke Asia Tenggara. Norman juga menjelaskan bahwa Pertamina mulai masuk ke Filipina pada Juni lalu.
"Kita baru masuk Filipina itu kurang lebih di bulan Juni kemarin. Alhamdulillah sekarang hampir 600 MW yang mereka sudah bangun melalui anak perusahaan kita Citycore di sana. Sudah beroperasi," kata Norman dalam sesi diskusi di acara Decagrid PJCI: Empowering Smart Grids with Mission-Critical Networks, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Ia menambahkan proyek tersebut merupakan PLTS, yang sifatnya base load dan terintegrasi dengan sistem kelistrikan nasional Filipina. Pertamina NRE juga masih mempelajari model kebijakan dan regulasi energi surya di Manila untuk memperkuat strategi PLTS.
"Kita bisa belajar dari apa yang mereka lakukan, dari kebijakan yang diterapkan Filipina untuk mengembangkan PLTS lebih jauh," ujar Norman.
Sementara itu, untuk energi surya di dalam negeri, Pertamina NRE telah memasang PLTS berkapasitas 60 MW di berbagai fasilitas, seperti blok Rokan, dan kilang minyak.
Pertamina NRE pun menargetkan hingga akhir tahun 2025 dapat meningkatkan kapasitas PLTS, sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mempercepat transisi energi dan mendukung target Net Zero Emission 2060.
Dalam kesempatan yang sama, Pertamina NRE pun menyatakan dukungan pada langkah pemerintah dan PT PLN (Persero)dalam program penghapusan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sebagai bagian dari upaya transisi energi nasional.
Padahal, kebijakan ini secara tidak langsung dapat mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sektor bisnis utama Pertamina selama ini.
Norman pun mengakui bahwa kebijakan tersebut memang memiliki potensi “kanibalisasi” terhadap bisnis BBM milik Pertamina. Namun, ia menegaskan perusahaan tetap mendukung penuh langkah tersebut demi mempercepat peralihan menuju sumber energi bersih dan berkelanjutan.
"Ini juga sebenarnya dari sisi kita agak sedikit kanibalisasi juga karena Pertamina juga melakukan bisnis BBM. Tapi that’s okay, karena ini bagian dari bagaimana kita memperkuat transisi energi yang lebih bersih,” ujar Norman.
Penulis: Natania Longdong
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































