tirto.id - Pemerintah mendorong pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap sebagai salah satu upaya transisi energi. Namun, sejumlah tantangan teknis masih perlu diantisipasi agar program ini berjalan lancar.
Salah satu isu utama yang dihadapi adalah keterbatasan kapasitas jaringan distribusi, khususnya pada transformator (trafo). Pihak penyedia jaringan listrik, PLN, mengingatkan bahwa pemasangan PLTS Atap dalam jumlah besar secara bersamaan berisiko membebani trafo.
“Kalau semua PLTS Atap dipasang sekaligus ada kemungkinan trafo kami tidak kuat, sehingga malah menyebabkan pemadaman,” kata Direktur Utama PT PLN Enjiniring Chairani Rachmatullah, dalam acara Meneropong Penerapan ESG di Tengah HUT RI ke-80 melalui Youtube, Kamis (25/9/2025).
Diketahui, PLTS Atap menghasilkan listrik sendiri dari sinar matahari. Kalau jumlah rumah atau bangunan yang memasang PLTS Atap banyak dan semuanya menyalurkan listrik ke jaringan PLN dalam waktu bersamaan, maka aliran listrik yang masuk ke jaringan bisa sangat besar.
Di lain sisi, Trafo punya kapasitas terbatas untuk menerima, menyalurkan, dan menyeimbangkan arus listrik. Kalau daya yang masuk dari PLTS Atap lebih besar daripada kapasitas trafo, maka trafo bisa overload.
Meski demikian, PLN terus mengupayakan untuk melakukan perbaikan terhadap infrastruktur transmisi maupun distribusi, sehingga PLTS Atap bisa lebih banyak masuk ke dalam sistem kelistrikan.
"Walaupun kalau secara pribadi kepentingan PLN Ibu Bapak, kadang-kadang pelanggan kita yang memasang rooftop (PLTS Atap) itu dia turun daya lho ke PLN. Karena dia nggak nambah demand, tapi dia pengen dia green, maka dia bikin rooftop. Tapi itu ya nggak apa-apa, PLN ikutin," ungkapnya.
Penulis: Natania Longdong
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































