tirto.id - Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral. Secara definitif, perkawinan adalah sebuah hubungan permanen antara laki-laki dan perempuan yang diakui sah oleh masyarakat berdasarkan peraturan yang berlaku.
Dalam Islam, perkawinan dinamakan dengan nikah yang artinya melakukan suatu akad untuk mengikatkan laki-laki dan perempuan untuk menghalalkan hubungan.
Bersamaan dengan akad tersebut, timbul hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak, baik bagi istri maupun suami.
Pernikahan harus dilakukan atas dasar sukarela dan keridhaan kedua belah pihak untuk mewujudkan kebahagiaan berkeluarga.
Tujuan Pernikahan
Sejumlah tujuan dari dilangsungkannya pernikahan dilansir dari buku Pengantar Antropologi yakni:
- Membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia serta kekal;
- Menghalalkan hubungan seksual untuk memenuhi tuntutan hajat kemanusiaan;
- Mewujudkan keluarga yang bahagia dengan didasari kasih sayang;
- Memperoleh keturunan yang sah;
- Sebagai motivasi untuk mencari rezeki dan memperbesar rasa tanggungjawab.
Usia Ideal Menikah
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan menyebutkan perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.
Jadi, apabila mengacu pada UU yang berlaku di Indonesia, pernikahan idealnya dilakukan ketika telah menginjak usia 19 tahun atau lebih.
Kasus Perceraian Nikah Muda
Sebagian individu, memilih untuk menikah di usia matang bertujuan untuk lebih siap secara mental dan materiil.
Sementara sebagian lainnya, justru menggelar pernikahan di usia yang terbilang muda.
Kendati menikah, merupakan keputusan masing-masing individu, tapi tak jarang lingkungan sekitar mempertanyakan apa alasan yang mendorong seseorang untuk nikah muda karena hal itu dianggap bukan opsi yang bijak.
Bahkan, disadur dari laman Kementerian Agama, Dr. H. Agus Suryo Suripto, Kepala Subdit Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam, menerangkan bahwa peristiwa perceraian saat ini didominasi oleh pasangan yang menikah di usia sangat muda dengan angka 30,8%.
Jadi, apabila ada dua juta pasangan yang menikah tahun 2021, itu artinya sekitar 586 pasangan bercerai di tahun tersebut.
“Sayangnya dalam angka 586 ribu pasangan yang bercerai tadi, sebanyak 30,8% merupakan pasangan usia muda," papar Agus.
Alasan Orang Memilih Nikah Muda
Dilansir dari laman Institute for Family Studies, keyakinan anak muda untuk menikah diduga karena didasari oleh sikap religius.
Seseorang yang religius dan lajang di usia muda lebih mungkin memiliki akses ke sekelompok pria dan wanita yang juga siap menikah serta berbagi visi tentang kehidupan berkeluarga yang sama dibandingkan dengan orang-orang yang lebih sekuler.
Pasalnya, dalam studi lain yang dipaparkan laman Aleteia, banyak orang sekuler percaya bahwa tinggal bersama sebelum menikah adalah kunci dari pernikahan yang sukses. Namun, kenyataannya tidak demikian.
Penelitian menunjukkan, orang Amerika yang telah hidup bersama pasangan dalam satu rumah sebelum menikah justru cenderung tidak bahagia saat menikah dan lebih mungkin bercerai.
Pasangan yang tinggal bersama setidaknya punya kemungkinan 15% lebih besar untuk perceraian daripada mereka yang tidak.
Sebaliknya, risiko perceraian sangat berkurang bagi orang-orang beragama dan menikah muda.
Pernikahan yang didasari agama yang dihayati semata-mata karena kesesuaian dengan norma sosial lebih langgeng. Hal ini pun tak hanya berlaku bagi agama tertentu.
Sementara itu, berdasarkan survei yang dilakukan Pop Sugar dengan menargetkan wanita, ada beberapa alasan lain yang mengapa seseorang memilih nikah muda, yakni sebagai berikut.
- Mumpung masih muda, agar bisa menikmati petualangan hidup yang lengkap bersama pasangannya.
- Dapat membentuk pribadi satu sama lain seiring berjalannya waktu.
- Belajar berkompromi saat mendekati beberapa keputusan terbesar dalam hidup seraya bergandengan tangan.
- Punya orang yang mendukung, baik ketika memulai karier baru atau pindah ke tempat baru.
- Belajar mendapatkan stabilitas keuangan bersama. Ketika memulai tanpa apa-apa, maka akan bersyukur atas apa pun.
- Dengan alasan reproduktif, tubuh lebih siap untuk memiliki bayi apabila menikah di usia yang lebih muda.
- Terbiasa menjadikan orang lain sebagai prioritas utama.
- Dapat merayakan banyak peristiwa dan pencapaian bersama.
- Dapat belajar melepaskan kebiasaan egois karena adanya keterlibatan orang lain.
- Belajar hampir semuanya bersama-sama dan membantu meningkatkan pengetahuan satu sama lain.
- Akan memiliki lebih banyak energi, baik untuk bekerja bersama, bermain bersama, atau mengejar anak bersama.
- Membuat rencana untuk masa depan menjadi lebih mudah karena telah membuat komitmen tertinggi, yakni pernikahan.
- Ambisi dan impian tidak berhenti hanya karena sudah menikah, dengan berdua, pasangan dapat menjadi kreatif terkait cara mencapai tujuan pribadi dan tujuan bersama.
- Membuat keduanya lebih bertanggung jawab, terhadap satu sama lain dan terhadap tujuan masing-masing.
Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Dhita Koesno